Imelda Akmal, Penulis Laris Buku Arsitektur dan Interior

By nova.id, Rabu, 20 Februari 2008 | 04:20 WIB
Imelda Akmal Penulis Laris Buku Arsitektur dan Interior (nova.id)

Masih langka seorang arsitek yang menjadi penulis buku arsitektur seperti dia. Bersama suaminya, Sonny Sandjaya yang seorang fotografer, Akmal menelurkan buku-buku arsitektur dan interior yang laris manis.

Anda lebih suka disebut arsitek yang penulis, atau penulis yang arsitek? Saya adalah penulis buku-buku arsitektur dan interior. Meskipun arsitek, saya tidak merancang. Pekerjaan saya adalah menulis buku, artikel arsitektur, dan interior.

Profesi ini termasuk jarang ya di Indonesia? Di Indonesia, bisa jadi saya adalah satu-satunya orang yang profesinya full time penulis buku arsitektur, yang memang memiliki basic arsitek.

Apa latar belakang pendidikan Anda? Ijasah arsitek dari Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Trisakti. Tahun 1997 saya melanjutkan studi interior decoration di Royal Melbourne Institute of Technology sekaligus meraih gelar master of business administration dari Swinburne University.

Kapan tepatnya Anda melihat pekerjaan ini bisa dijadikan profesi? Ketika mulai masuk produksi buku Seri Menata Rumah yang keempat. Dari royalti buku-buku yang sudah terbit, saya bisa pakai untuk membiayai produksi pengerjaan buku saya selanjutnya. Dari situ saya mulai memutuskan bahwa menjadi penulis bisa dijadikan profesi.

Apa yang Anda bahas dalam buku Anda? Buku-buku yang sudah saya terbitkan, yaitu Seri Menata Rumah, bertema rumah-rumah yang practical.

Proyek apa lagi yang akan Anda kerjakan? Saya sedang menyiapkan buku mengenai rumah tropis yang sehat. Selain itu, saya juga menyiapkan buku-buku arsitektur dan interior yang sifatnya lebih advance.

Seberapa susah mengerjakan buku yang spesifik arsitektur macam ini? Rumit sekali. Dari membuat tema buku, konsep, target pasar, separasi, studi literatur, pemotretan, sampai penulisan. Akan tetapi, yang paling memakan waktu adalah mencari tempat.

Apakah Anda berniat "menularkan" profesi Anda ke calon-calon arsitek lain? Saya sering sekali memberi "indoktrinasi" ke mahasiswa-mahasiswa arsitektur di kampus-kampus bahwa lulusan fakultas teknik arsitektur itu tidak melulu jadi arsitek. Semoga ada hasilnya.

Brilyantini