8 Penyebab Si Kecil Mulai Sulit Makan

By nova.id, Jumat, 25 November 2011 | 22:39 WIB
8 Penyebab Si Kecil Mulai Sulit Makan (nova.id)

KIAT KREATIF MENGATASINYA 

Nuraini mengakui bahwa mengatasi batita yang susah makan memang bukan masalah gampang. "Makanya saya selalu mengingatkan orang tua pasien untuk senantiasa bersabar dan kreatif." Mencoba bersabar memang tidak mudah karena umumnya orang tua lebih gampang kesal dan putus asa menghadapi si kecil yang tidak lagi kooperatif. Beberapa tips berikut bisa dicoba untuk diterapkan di rumah:

* Sebelum memberi makan, cicipi dulu makanan tersebut. Kalau menurut kita tidak enak, ya jangan paksa anak menikmatinya.

* Kombinasikan rasa asin dan gurih dari lauk pauk secara pas dengan rasa asam dan manis dari buah-buahan. Ini semata-mata supaya makanan tersebut enak untuk dicecap, harum ketika dicium, dan menggugah selera.

* Variasikan hidangan setiap kali makan, baik dari pilihan bahan makanannya maupun penyajiannya.

* Begitu juga pilihan peralatan makan. Manfaatkan bentuk, gambar dan warna-warna menarik kesukaan anak. Sementara penyajiannya bisa diakali dengan tampilan yang lucu dan menarik seperti hiasan dari tomat, wortel, sayur atau irisan telur di atasnya.

* Soal lauk pauknya, berikan seperti apa yang dimakan anggota keluarga lainnya. Jangan membatasi dengan hanya memberinya olahan hati ayam, wortel dan bayam. Kacang merah yang ditumbuk, sup kacang hijau atau kacang polong sah-sah saja dicampur dengan ikan, daging sapi atau ayam maupun telur. Yang harus diberikan secara terbatas dan hati-hati sebetulnya hanyalah jenis lauk pauk yang mengundang alergi seperti ikan laut, udang, dan telur.

* Bangun pula suasana makan yang menyenangkan. Bila perlu libatkan anak. Kalau anak suka makan sambil diiringi musik, why not? Kalau anak bisa lahap sambil main mobil-mobilan, ya tidak apa-apa. "Asalkan lambut laun seiring dengan bertambahnya usia, anak harus digiring untuk tahu bahwa di sini dan begini, lo, cara makan yang baik itu."

* Yang juga sering terjadi, gara-gara tidak mau makan, orang tua lantas "menggenjot" anaknya dengan asupan susu lebih banyak. Padahal pola seperti ini justru hanya akan membunuh nafsu makannya. Bagaimana pun, makanan padat penting bagi anak. Terutama sebagai latihan dan pembelajaran mengunyah sampai menelan makanan tanpa tersedak. "Tidak mungkin sampai dewasa ia hanya mengandalkan susu sebagai makanannya." Malahan, pemberian susu sebaiknya dikurangi secara bertahap.

* Hindari atau setidaknya kurangi pemberian makanan "alternatif" yang mengenyangkan seperti cokelat, dan sejenisnya. Kalau asupan karbohidratnya memang dianggap kurang, misalnya karena si anak tak suka nasi, berikanlah makanan alternatif yang kandungan zat gizinya setara. Bisa roti, makaroni, jagung, dan lain-lain.

* Berikan tambahan vitamin atau suplemen makanan yang dapat menutupi kekurangan zat gizi tertentu akibat ia sulit makan. Jangan lupa, konsultasikan dulu dengan dokter yang bisa menilai kebutuhan anak. Harus diingat bahwa vitamin/zat gizi yang terdapat dalam sumber nabati maupun hewani yang fresh jauh lebih baik dari vitamin/zat gizi sejenis yang didapat dari suplemen.

PERKEMBANGAN OTAK DAN FISIK

Nuraini menyangkal pendapat yang mengatakan perkembangan anak usia ini secara fisik memang sedang surut, sementara perkembangan otaknya meningkat pesat. "Yang benar, perkembangan otak dan fisik berjalan seiring. Untuk mendapatkan stimulasi, anak perlu eksplorasi dan agar bisa bereksplorasi ia memerlukan makanan berenerji yang bisa diandalkan untuk menghasilkan tenaga. Jadi, tipis kemungkinan anak bisa semakin pintar kalau fisiknya loyo."

Gazali