Mengobrol Intim dengan Suami

By nova.id, Minggu, 18 September 2011 | 23:15 WIB
Mengobrol Intim dengan Suami (nova.id)

Namun kini semakin lumrah bahwa apa yang dulu pasti harus membujuk untuk memperoleh kesenangan kini tak berlaku lagi. Berterima kasihlah pada perubahan tubuh (biasanya setelah mempunyai anak) atau karena pemahaman yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kalau Anda tidak mengatakan kepada suami apa yang menyenangkan (dan apa yang tidak lagi menyenangkan), bagaimana dia bisa mengetahuinya? Bandingkan dengan peta terbaru yang kini memuat jalan-jalan baru atau landmark yang dulu tidak ada. Jika tidak diberitahu, pasti akan tersesat.

Keinginan Harus Jelas

Kalau Anda tak yakin apakah perahu Anda masih akan bisa berlayar atau tidak, mau tidak mau Anda harus membicarakannya dengan pasangan. Kalau dulu terbiasa langsung naik tempat tidur dan segera mendapatkan kenikmatan yang Anda cari, Anda mungkin sekarang ingin merakasan nikmatnya lebih dulu bermanja-manja di sofa sebelum beranjak ke peraduan, ya kemukakan demikian pada suami.

Begitu juga kalau lantaran berbagai sebab. Misalnya bagian tubuh tertentu Anda kini tak lagi mudah terangsang. Tak usah ragu, tunjukkan padanya daerah mana yang kini Anda inginkan jadi sasaran dari sentuhan dan rabaan yang Anda yakini bakal membuat Anda langsung terangsang.

Jangan Meng­anggap Remeh

Anda tidak akan langsung mendapatkan apa yang Anda inginkan. Saat membutuhkan sesuatu, mulailah dengan mengondisikan mental pasangan dengan sikap yang membuatnya merasa diterima. Dengan begitu kita bisa berasumsi bahwa keinginan dan kesenangan Anda akan mendapat didengarkan oleh suami.

Jadi, daripada bilang, "Kita perlu mengobrol tentang kehidupan seksual kita yang memprihatinkan." Akan lebih mengena dan enak didengar kalau Anda mengatakannya begini, "Mama tahu kalau Papa mau Mama merasa nyaman. Mama pinginnya juga nyeneng-nyenengin Papa biar puas di ranjang. Makanya Papa setuju, kan, kalau kita ngobrol gimana caranya supaya kebersamaan kita jadi lebih menyenangkan."

Ungkapkan Pernyataan

Arahkan percakapan sedemikian rupa hingga fokusnya adalah Anda. Intinya, "Bukan tentang apa yang salah dengan perbuatan Papa, lho, tapi lebih apa yang Mama mau."

Jadi, daripada menyerangnya dengan mengatakan, "Papa sih enggak pernah nyempetin pemanasan yang cukup supaya Mama bergairah." Akan lebih membuahkan hasil sekaligus enak didengar kalau Anda mengatakannya, "Sebelum kita berhubungan intim, sebetulnya Mama pingin berlama-lama menikmati sentuhan dan rabaan Papa."

Jangan Abaikan Bahasa Tubuh 

Mungkin Anda sudah begitu berhati-hati menjaga mulut hingga tak keluar sedikit pun kata-kata yang bisa menyinggung perasaan.Tapi, bagaimana dengan perilaku, gerak tubuh dan nada suara Anda?