Ada, kan, anak yang dibiasakan melakukan ritual-ritual tertentu yang merupakan ritual orang tua? Misal, si kecil jarang dibiasakan terkena pasir dengan alasan kotor, "Jangan main pasir, Dek, nanti tangannya kotor. Ih, jijik!" Jadi, secara tak langsung, anak dibiasakan menghindari hal-hal tersebut.
* Peniruan
Boleh jadi orang tua sebenarnya tak keberatan anak bermain tanah, misal, tapi secara tak sadar ia memang merasa jijik bila dirinya kotor, "Ih, kok, kotor banget, sih. Jijik, ah!" Nah, tingkah laku orang tua seperti ini diamati anak. Jangan lupa, ciri khas usia batita adalah peniruan dengan mempelajari lingkungan yang dilihatnya. Jika ia melihat contoh konkret, ia pun akan berpikir, "Bunda aja jijik main tanah, aku juga harus jijik, dong." Jadi, mungkin saja awalnya anak tak apa-apa, tapi menjadi jijik karena melihat orang tuanya atau orang-orang yang dekat dengannya bereaksi seperti itu.
* Ada ingatan atau pengalaman yang tak menyenangkan
Di usia batita, anak sudah bereaksi dengan lingkungan hingga sudah memiliki memori akan pengalaman yang tak menyenangkan. Misal, si kecil pernah terjatuh sampai berlumuran tanah dan orang tua bereaksi, "Ih, Adek, kok, jelek banget, sih. Lihat, tuh, bajunya jadi kotor, jijik, ah!" Di sini, ia bukan hanya punya pengalaman yang secara fisik tak menyenangkan, tapi juga ditambah statement atau reaksi orang tua yang memperkuat kenyakinannya bahwa ia memang perlu jijik pada objek itu.
* Anak berpikir asosiasi, yaitu menghubungkan objek yang sedang dilihat dengan peristiwa sebelumnya.
Anak batita belum bisa membedakan fantasi dan kenyataan. Misal, kala menonton TV, ia melihat ada monster berbentuk lengket yang bisa berubah bentuk dan memakan manusia. Nah, begitu melihat objek-objek yang mirip seperti bubur atau makanan/benda yang lengket-lengket, ia jadi jijik sendiri.
* Ketakutan berlebihan terhadap sesuatu yang bisa mengancam dirinya
Salah satu lagi ciri khas batita adalah minatnya pada tubuh sedang berkembang. Artinya, ia sedang senang mempelajari tubuh, termasuk hal-hal yang bisa membahayakan tubuhnya. Biasanya semua ini diperoleh dari informasi orang tua juga, seperti, "Ih, Adek, kalau mau makan cuci tangan dulu, dong. Kan, jijik, Adek habis main tanah. Di situ banyak kuman-kumannya. Nanti Adek bisa sakit, lo." Maka, saat melihat tanah, ia pun takut tubuhnya terluka atau tersakiti.
Itulah mengapa, kerap terjadi, ketika melihat tubuhnya tergores sedikit, anak langsung minta lukanya diobati, "Kasih obat merah, dong, Bunda. Aku, kan, sakit." Jadi, dalam khayalannya sudah heboh sekali, "Kalau aku nginjek pasir, nanti aku bisa luka." Walaupun pada kenyataannya tidak. Ini wajar karena perkembangan pikiran batita masih terbatas.
TANGANI SECARA PERLAHAN
Jadi, Bu-Pak, bila si kecil jijikan, coba telaah dulu penyebabnya. "Orang tua perlu introspeksi, benar enggak, sih, aku yang memberi contoh hingga anakku jadi jijikan?" ujar Nisfie. Perhatikan pula, mungkin ada orang di rumah yang memberi contoh perilaku seperti itu.