Mengenalkan Anggota Tubuh

By nova.id, Rabu, 27 Juli 2011 | 23:27 WIB
Mengenalkan Anggota Tubuh (nova.id)

Sebaiknya katakan, "Dek, sebelum makan, kita harus cuci tangan dulu, karena tangan, kan, kita gunakan untuk macem-macem, untuk main pasir, main boneka. Nah, tangan kita, kan, jadi kotor. Kalau kita makan dengan tangan kotor, nanti kita bisa sakit. Jadi, sebelum makan kita harus cuci tangan dulu."

Dengan begitu, ia tahu, kalau mau memegang makanan harus cuci tangan dulu. Begitu juga dalam menjelaskan mengapa ia harus cuci kaki dulu sebelum tidur, "Tadi Adek, kan, habis jalan-jalan. Kaki Adek jadi kotor. Kalau kaki Adek enggak dicuci dulu, nanti tempat tidurnya jadi kotor. Makanya, sebelum tidur, Adek harus cuci kaki dulu."

Contoh lain, lanjut Direktur Utama Essa Consulting Group ini, kala kita mengenalkan pancaindra dengan bermain ciluk-ba, misal, si kecil jadi tahu bahwa tanpa mata, ia tak bisa melihat. Nah, selanjutnya minta ia menjaga kebersihan matanya, "Kalau mata Adek enggak dibersihin, nanti Adek enggak bisa melihat orang, lo, karena ada kotorannya," misal, atau, "Mata enggak boleh dikucek-ucek, ya, Dek, karena tangan, kan, kotor. Nanti kalau matanya kemasukan pasir, Adek jadi enggak bisa melihat."

MANDI SENDIRI

Selanjutnya, kita jadi lebih mudah dalam mengajarkan kebersihan pada anak, khususnya mandi. "Biasanya orang tua, kan, sering mengeluh, kalau anaknya mandi sendiri pasti enggak bersih. Hingga, jalan keluar yang dipilih, anak selalu dimandikan," tutur Romi. Padahal, anak harus dilatih mandi sendiri agar ia belajar mandiri. Tentu dengan cara diajarkan secara perlahan dan diberi contoh.

Awalnya, anak biasanya hanya akan menyabuni perutnya, karena bagian itulah yang paling dekat dan terlihat oleh dirinya. Nah, kita bisa jelaskan, "Dek, kalau mandi, yang disabuni mulai dari bagian atas dulu, yaitu leher, baru bagian bawah, yaitu kaki, karena bagian bawah paling sering terkena macam-macam, hingga kotor. Bagian wajah belakangan.", misal. Untuk memudahkan, kita bisa ciptakan nyanyian dengan memberi nomor bagian tubuh, misal, nomor satu leher, kedua perut, ketiga tangan, dan seterusnya.

Jadi, tegas Romi, kita jangan hanya mengatakan, "Ayo mandi, Dek!", misal. "Anak kecil, kan, belum bisa mandi secara benar kalau tak diajarkan." Kemudian, usai mandi pun harus kita ajarkan memakai baju. Misal, bagian kerah yang lebih rendah berarti depan, lalu beri contoh bagaimana memakainya, hingga lama-lama si anak pun bisa melakukannya sendiri.

Dengan mengenal anggota tubuh, lanjut Romi, kita pun bisa membujuk anak untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tak disukai. Menyisir rambut, misal. "Anak batita biasanya tak mau nyisir. Ini wajar, karena ia belum punya kenikmatan melihat wajahnya bila rambutnya disisir rapi. Jadi, kita mesti omong, 'Dek, kalau rambut Adek enggak disisir, nanti kayak benang kusut, lo. Bunda jadi enggak bisa nyisirin Adek karena kalau disisir, Adek jadi kesakitan,' misal." Atau, jika si kecil tak mau potong kuku, kita jelaskan, "Dek, kita harus memotong kuku agar terlihat rapi. Kalau kuku Adek panjang-panjang dan ada item-item-nya, berarti kotor. Kita, kan, enggak tahu apa isinya. Kalau isinya telur cacing gimana? Nanti Adek bisa kena penyakit cacingan, lo."

TOILET TRAINING

Tentunya, dalam mengenalkan anggota tubuh, kita pun harus mengenalkan alat kelamin si kecil. Namun mengenalkannya harus menggunakan nama yang benar, lo. Jangan kita menyebut "burung" untuk alat kelamin si Buyung, melainkan penis. Begitu pula dengan alat kelamin si Upik, katakan namanya vagina, bukan "dompet" atau istilah lain yang tak tepat. Kita bisa bilang, "Ini alat kelamin pria, namanya penis, gunanya untuk pipis, tapi enggak usah disebut-sebut terus namanya, ya, Dek," misal.

Bila si kecil bertanya mengenai perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan, jawablah seperlunya. Kita bisa bilang, "Hidung Ayah dan hidung Adek enggak sama, kan? Jadi, beda itu enggak apa-apa. Nah, penis itu untuk lelaki, sedangkan vagina untuk perempuan. Anak lelaki akan jadi Ayah dan anak perempuan akan jadi Bunda," misal. "Jadi, tak perlu sampai mendalam karena biasanya anak hanya ingin tahu kenapa berbeda. Cukup agar ia memahami bahwa perbedaan itu enggak apa-apa," tutur Romi.

Kemudian, ajarkan cara merawat alat kelaminnya. "Dek, kalau habis pipis harus dibersihkan, ya. Cara membersihkannya harus dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan karena kotoran yang ada di belakang bisa masuk ke depan." Katakan juga, kita harus menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir karena air yang mengalir lebih baik ketimbang air di bak. Dengan begitu, ia akan ingat terus. "Kalau sudah lebih besar, anak mulai dapat diajarkan bagaimana membersihkan dengan tisu."

Tentu awalnya ia harus dibantu. Lama-lama kita bisa minta ia untuk mencoba membersihkan alat kelaminnya tiap kali habis BAK/BAB. Namun kita tak boleh memperlihatkan kesan jijik manakala melihat kotorannya, lo, tapi katakan, "Kotoran ini punya Adek sendiri, tapi harus dikeluarkan dan dibuang, karena kalau tidak, perut Adek bisa kembung dan besar. Nanti Adek bisa sakit perut." Semua ini, jelas Romi, merupakan bagian dari toilet training.

Nah, banyak manfaatnya, kan, Bu-Pak?

Faras Handayani/nakita