Osteoporosis seringkali dianggap sepele. Padahal, akibatnya juga bisa fatal.
Apakah Anda gampang mengalami patah tulang akibat trauma ringan, merasa tubuh makin pendek, atau mengalami nyeri tulang yang merata. "Hati-hati, ini merupakan gambaran gejala osteoporosis," terang Dr. dr. Luthfi Gatam, Sp.OT (K), saat tampil sebagai pembicara dalam Seminar tentang "Bagaimana Menyiasati Aging Process", Sabtu (1/12) lalu di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Osteoporosis adalah berkurangnya massa tulang dan kelainan struktur tulang yang mengakibatkan tulang menjadi keropos dan mudah patah. Seringkali, orang mengangap sama pengeroposan tulang dengan pengapuran tulang. Padahal, pengeroposan tulang berbeda dengan pengapuran tulang.
"Pengapuran terjadi pada sendi-sendi, sementara pengeroposan terjadi pada tulang. Pengeroposan akan mengakibatkan tulang menjadi rapuh yang menyebabkan struktur tulangnya hancur, akhirnya tulang mudah patah," jelas Orthopaedist Spine RS Fatmawati, Jakarta ini.
Wanita Lebih Rentan
Pembentukan dan penyerapan tulang harus seimbang. Jika tidak, maka bisa terjadi pembentukan tulang berlebih (osteoblas) atau penyerapan tulang berlebih (osteoclas) yang sama-sama tidak baik. Osteoblas bisa menyebabkan tulang menjadi besar (tumor tulang), sementara penyerapan tulang yang berlebih bisa menyebabkan keropos tulang dan kanker tulang.
"Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan dan penyerapan tulang antara lain hormon estrogen (pada wanita), kalsium, sinar matahari, dan gerak aktif dan olahraga," lanjutnya.
Wanita lebih banyak terkena osteoporosis karena pengaruh hormon estrogen. Hormon estrogen pada wanita yang sudah memasuki usia menopause akan turun drastis. Karena hormon estrogen turun, akibatnya penyerapan kalsium dalam tubuh pun menjadi terganggu, sehingga sel tidak bisa mendeposit kalsium di dalam tulang, sehingga berakibat tulang keropos. "Pada laki-laki, hormon testosteron tidak pernah berkurang, sehingga lebih jarang terkena keropos tulang," jelas Luthfi.
Sinar matahari juga sangat penting karena mengandung vitamin D yang diperlukan untuk penyerapan kalisum di dalam tubuh. Yang tak kalah penting adalah gerak atif dan olahraga. Luthfi melanjutkan, faktor risiko osteoporosis juga perlu diketahui, antara lain usia, ras, jenis kelamin, makanan yang dikonsumsi, konsumsi obat-obatan, kebiasaan merokok dan minum alkohol, kekurangan hormon seks, serta menderita penyakit kronis tertentu, dan imobilisasi (tidak banyak gerak).
Latihan Fisik
Kapan kita curiga terkena osteoporosis? Kita wajib curiga ketika tulang patah akibat trauma ringan, tubuh makin pendek, nyeri tulang yang merata, serta adanya gambaran radiologi. Untuk mendiagnosa osteoporosis bisa dilakukan screening dengan alat densitometri. Jika T-skor lebih dari -1 berarti normal. Akan tetapi, jika T-skornya lebih kecil dari 2,5 meski tidak sakit, risiko terhadap patah tulang 4 kali lebih dari orang normal. "Jatuh sedikit saja sudah patah. Kalau sudah patah, maka sakitnya akan sangat luar biasa," terang Luthfi.
Selain itu, tanda-tanda usia mulai lanjut seperti penurunan kekuatan otot, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan yang memengaruhi aktivitas juga memperbesar risiko jatuh.
"Untuk mencegah osteoporosis, selain mengenali faktor risiko, juga diperlukan asupan nutrisi yang cukup, menjalankan pola hidup yang berimbang, serta rajin melakukan aktivitas fisik," lanjutnya. Latihan fisik dilakukan 3 kali seminggu, intensitas ringan/sedang dengan durasi 20-60 menit. Manfaat latihan fisik antara lain untuk mencegah/perlambat osteoporosis, memperbaiki kekuatan otot, memperbaiki keseimbangan dan koordinasi gerak, serta memperbaiki postur, sehingga risiko jatuh bisa dikurangi.
Sementara jenis latihan pada penderita osteporosis antara lain jalan kaki kurang dari 4,5 km/jam selama 50 menit, dilakukan secara bertahap, 5 kali seminggu. Latihan lain adalah latihan beban, latihan kesimbangan dan kesigapan, dan latihan ekstensi punggung.
Hasto Prianggoro