Memahami Kecemasan Soal Uang

By nova.id, Kamis, 23 Juni 2011 | 17:05 WIB
Memahami Kecemasan Soal Uang (nova.id)

2. Matangnya perencanaan keuangan

Setiap rumah tangga tentu memiliki rencana keuangan masing-masing, entah itu untuk membeli rumah, kendaraan, alat-alat rumah tangga, dan lain-lain. Nah, realisasi rencana tersebut umumnya tergantung pada besarnya tabungan yang dimiliki. Rumah tangga yang secara detail mengontrol keuangannya, tentu akan mudah memprediksi kapan rencana keuangannya bisa terlaksana.

3. Tahu skala prioritas

Dengan keadaan keuangan yang senantiasa terkontrol, pasangan bisa mengetahui skala prioritas kebutuhan. Mana kebutuhan yang mendesak dipenuhi saat itu, dan mana yang tidak.

SEDERET DAMPAK NEGATIF

Akan tetapi Ida juga mengingatkan, pasangan harus hati-hati karena terlalu detail dan lengkap mencatatkan semua keuangan bisa menimbulkan kecemasan. Selain harus membuat laporan pengeluaran sehari-hari dengan detail dan terinci, dia juga mesti mengejar target rencana keuangannya. Jika targetnya tak tercapai, ia akan sangat kecewa. Semakin banyak dan tinggi target yang akan dicapai, semakin tinggi pula kecemasan yang dialami. Begitu juga ketika ada peristiwa yang terjadi di luar dugaan, tingkat stresnya bisa langsung meninggi.

Ida juga meyakini, sikap kelewat tertib dalam mencatat pengeluaran adalah tindakan buang-buang waktu. Bisa dibayangkan berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencatat pengeluaran sehari-hari secara detail. Meski begitu, Ida juga tidak setuju jika pasangan terlalu longgar mengatur keuangannya. Tidak adanya perencanaan yang matang dan pencatatan pengeluaran, sangat mungkin membuat seseorang mengalami kesulitan. Boleh jadi ia akan terjebak pada sikap boros. "Bisa dibayangkan jika gaji setiap bulannya selalu akan habis dalam waktu 1-2 minggu saja."

KONDISI IDEAL

Idealnya, ungkap Ida, kombinasi antara si fleksibel maupun si kaku/si detail mesti jadi acuan. Di satu sisi pasangan harus bersikap fleksibel, tapi di sisi lain harus ada perencanaan dan target yang jelas. Sebuah keluarga sebaiknya mengawasi pengeluaran keuangannya agar bisa diatur dan dibatasi. Dengan begitu, konsep lebih besar pasak daripada tiang bisa dihindarkan.

Rencanakan juga target yang jelas. Misalnya dalam usia perkawinan ke sekian harus sudah punya rumah atau mobil dan sebagainya. Akan tetapi buatlah rencana keuangan yang bersifat fleksibel. Ingat, ada situasi dan kondisi tertentu yang bisa mengacaukan rencana keuangan. Intinya, jangan jadikan target sebagai beban. Ambil juga beberapa produk investasi yang berfungsi memproteksi barang atau rencana keuangan, semisal produk asuransi.

Sediakan juga "tabungan siaga" yang merupakan bentuk antisipasi jika ada musibah atau peristiwa yang tidak terduga, seperti PHK, kecelakaan, terkena penyakit kronis, dan lain-lain.

Saeful Imam