Diajak Berintim-intim Selagi Tidur Nyenyak

By nova.id, Senin, 20 Juni 2011 | 00:08 WIB
Diajak Berintim intim Selagi Tidur Nyenyak (nova.id)

Jika enggan, menolaknya harus dengan cara halus. Atau, buatlah kesepakatan bersama. Keseringan menolak bisa berujung balas dendam dari pasangan.

Siapa, sih, yang nggak jengkel kalau lagi enak-enaknya terbuai mimpi lalu dibangunkan hanya untuk berintim-intim? Hingga, yang terjadi adalah penolakan dengan nada mangkel, "Yang bener aja, dong. Aku, kan, capek dan mengantuk, nih!" Padahal, boleh jadi saat itu hasrat pasangan memang betul-betul menggebu dan tak bisa tertahankan lagi.

Iya, sih, kita memang perlu berusaha memakluminya, tapi bagaimana dengan "polusi" yang justru membuat kita jadi tambah tak bergairah? Bukankah saat tertidur biasanya mulut pun mengeluarkan bau tak sedap yang bisa mengganggu? Sementara untuk menjalani ritual bersih-bersih ke kamar mandi sebelum berintim-intim juga kaki terasa berat. "Ih..dingin," begitu kita berkilah.

Berbagai alasan penolakan semacam itu, menurut DR. Sukiat, sah-sah saja sepanjang tak menyinggung perasaan pasangan. Akan tetapi, "coba, deh, seandainya posisi tersebut kita balik. Bagaimana kalau kita yang meminta kesediaan pasangan untuk berintim-intim di tengah malam buta seperti itu, lalu dia menolak atau minimal menunjukkan sikap ogah-ogahan?"

Harusnya, lanjut Sukiat, masing-masing pihak mengapresiasikan ajakan pasangan. "Bukankah ajakan berintim-intim merupakan ekspresi rasa cinta dan kerinduan pasangan kepada kita? Dengan kata lain, pasangan masih membutuhkan kita sebagai partner." Soal waktu, lanjutnya, bisa kapan saja, kok, entah pagi, tengah hari bolong, sore, atau tengah malam buta sekalipun.

BALAS DENDAM

Menurut psikolog dari Fakultas Psikologi UI ini, seks adalah rekreasi. Jadi, seks seyogyanya dijalani sebagai sesuatu yang menyenangkan kedua belah pihak alias tak boleh ada satu pihak pun yang merasa tertekan atau terpaksa melakukannya.

"Sayangnya, secara kualitatif suamilah yang umumnya jadi pihak pengambil inisiatif, sementara mayoritas penolak adalah istri dengan berbagai dalih yang memang masuk akal tadi." Jika cuma sekali-dua kali ditolak, sih, mungkin tak mengapa. Namun bila keseringan atau tiap kali minta langsung ditolak mentah-mentah, "bukan tak mungkin, lo, suami bakal uring-uringan atau malah muncul bentuk-bentuk reaksi yang sama sekali tak diharapkan."

Bahkan, bisa berdampak lebih buruk dari itu semisal balas dendam dengan sengaja tak mau menyentuh istrinya sama sekali, atau malah memanas-manasinya dengan bikin affair di luaran. Celaka, kan? Soalnya, penolakan untuk urusan yang satu ini bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap harga diri suami, lo!

AMBIL SISI BAIKNYA

Itu sebab, jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut dan tak segera dipecahkan, "bisa jadi runyam karena minimal berujung pada ketidakpuasan pasangan yang memperbesar peluang terjadi perceraian." Soalnya, orientasi seks para suami memang lebih bersifat fisik. Artinya, bagaimana ia bisa ereksi sampai mencapai ejakulasi. Aspek lain di luar hal-hal tadi tak terlalu dipertimbangkannya. Sebaliknya, orientasi para istri biasanya lebih pada ungkapan cinta kasih yang psikis sifatnya, seperti bagaimana nyamannya dipeluk dan diyakini bahwa ia memang benar disayangi/dicintai.

Bagaimanapun, saran Sukiat, "sebaiknya keinginan pasangan untuk berintim-intim jangan langsung ditolak. Ambil sisi baiknya sajalah." Menurutnya, menyambut keinginan/permintaan pasangan untuk berintim-intim, sekalipun kita lagi nyenyak-nyenyaknya tidur, merupakan bunga-bunga perkawinan dan sarana rekreasi bersama. "Bukankah bila kedua belah pihak sama-sama menikmati, seks justru diyakini mampu melepas kepenatan atau tekanan keseharian?"