Sakit Saat Berintim-Intim

By nova.id, Minggu, 29 Mei 2011 | 22:36 WIB
Sakit Saat Berintim Intim (nova.id)

Pada wanita, menurut Gerard, harus segera diatasi dengan minta bantuan psikiater. Pasalnya, selain bantuan psikologis, biasanya juga diperlukan obat. Namun bila dirasa bantuan psikologis tak diperlukan, cukup ke dokter kandungan atau dokter umum. "Ini, kan, bukan penyakit spesialistik, makanya dokter umum juga bisa."

Sementara pada pria, untuk mengatasi perlukaan/infeksi, cukup ke mantri asalkan ada pemberian obat antibiotika. Biasanya akan sembuh dalam waktu 7-10 hari. Malah, vaginistis akibat jamur pun bisa teratasi dalam 2 hari dengan pengobatan yang ada, yakni tablet berbentuk seperti peluru dan dimasukkan ke vagina. Hanya saja, harganya relatif mahal, sekitar Rp 80 ribu.

"PUASA" SEMENTARA

Jika dyspareunia tak segera diatasi atau didiamkan berlarut-larut tanpa upaya pengobatan, menurut Gerard, akan membuat pasangan ogah berintim-intim. Jikapun dipaksakan, akan terasa makin sakit, hingga membuat yang bersangkutan maupun pasangannya jadi jengah dan akhirnya berbuntut pada keengganan.

Tentunya, selama menjalani pengobatan atau menunggu proses penyembuhan, suami-istri diminta "berpuasa" untuk waktu tertentu. Bukankah bila sedang sakit memang tak boleh berintim-intim untuk mencegah penularan? Meskipun ada yang tak menularkan semisal infeksi jamur, tapi biasanya menyebabkan gatal.

Namun Gerard minta, jangan sampai keluhan dyspareunia pada salah satu pihak dipakai oleh pihak yang lain sebagai alasan untuk cari "ban serep" alias pembenaran berselingkuh.

"Itu cara berpikir yang dangkal!" tegasnya. Sebagai manusia, lanjutnya, kita punya moral dan sistem nilai. "Harus ada semangat berkorban disertai pengendalian diri, dong!" Itu sebab, anjurnya, suami menemani istrinya berobat, bukan malah menambah masalah baru dengan "jajan" di luaran.

Tanpa semangat berkorban dan pengendalian diri, terangnya, perkawinan bakal hancur. Lagi pula, "berpuasa"nya juga enggak lama, kok, rata-rata cuma seminggu. Jadi, kenapa tidak? Toh, demi kebaikan bersama. Iya, kan, Bu-Pak?

  

Harus Rajin Mandi

Sebenarnya, angka kejadian dyspareunia yang disebabkan keluhan fisik, tak banyak, kok. Jadi, tak usah kelewat dicemaskan.

Umumnya, kata Gerard, dialami oleh golongan bawah yang higienisnya kurang. Dalam arti kebersihan secara umum kurang, semisal belum tentu mandi dua kali sehari. "Jikapun mandi, belum tentu menggunakan sabun mandi untuk membersihkan kotoran yang menempel di tubuh. Selain itu, mereka, kan, tergolong malas mencuci alat kelamin maupun berganti pakaian dalam yang bersih."

Kendati begitu, tak ada salahnya kita perhatikan betul faktor kebersihan ini. Kala terpaksa BAK di tempat umum, misal, untuk wanita jangan lupa bersihkan dulu klosetnya dan bawa tisu bersih untuk mengeringkan vagina. Sekalipun kita tak perlu risau akan tertular penyakit karena kuman akan cepat mati jika sudah berada di luar tubuh. Kemudian, bila dirasa lembab, segeralah berganti pakaian dalam karena kondisi tersebut amat kondusif untuk tumbuh kembangnya jamur atau kuman.

Selain itu, Gerard pun menganjurkan agar sebelum berintim-intim, baik suami maupun istri harus membersihkan organ kelaminnya masing-masing. Begitu juga usai berintim-intim, meski tak harus sesegera mungkin.

  Th. Puspayanti/nakita