Jangan frustrasi dulu jika suami maunya langsung ke tujuan alias tanpa foreplay. Ini cuma soal beda selera, kok, dan bisa diatasi dengan mudah.
Kita tahu betapa penting foreplay (permainan awal). Namun tak sedikit pasangan yang memulainya tanpa foreplay, tapi langsung ke tujuan alias "tembak langsung". Kalau sudah begitu, biasanya istri yang jadi "korban". Bukankah ia jadi tak bisa menikmati hubungan tersebut? Namun untuk membicarakannya dengan suami, takut suami jadi tersinggung dan buntutnya malah jadi berantem. Akhirnya, dipilihlah berdiam diri. Padahal, cara ini justru bisa membuat istri frustrasi. "Lo, jika istri diam saja, suami mana tahu apa yang diinginkan. Ya, lama-lama si istri bisa frustrasi, dong. Apalagi, sudah 'tembak langsung', eh, begitu selesai si suami langsung ngorok. Si istri bisa tambah mengamuk," kata Dr. Naek L. Tobing.
Menurut Naek, masalah ini lebih merupakan perbedaan pola permainan yang hampir terjadi pada tiap pasangan. "Ada yang mau langsung, ada yang senang pakai cumbu-cumbuan dulu. Semuanya cuma masalah keinginan masih-masing pihak yang sebaiknya dipertemukan," terang seksolog ini. Pasalnya, baik pakai foreplay atau tidak, dari sudut ilmu seksologi normal-normal saja, kok. Kendati begitu, tegas Naek, "seks yang sehat adalah yang bisa memuaskan kedua belah pihak. Jadi, kalau salah satu merasa tak puas, mestinya pihak yang lain harus sensitif membaca kebutuhan pasangannya."
BUTUH WAKTU
Perlu diketahui, wanita pada dasarnya jarang yang suka dengan hubungan intim yang langsung ke tujuan. "Mereka ingin dicumbu dulu sebelum hubungan intim yang sebenarnya dimulai. Beda dengan pria yang lebih mudah terangsang, wanita butuh waktu lebih dulu untuk menyiapkan dirinya," jelas Naek.
Lebih jauh dijelaskan Naek, ada 4 tahapan dalam bercinta, yaitu excitement, arousal, orgasm dan resolution. "Tahap excitement biasanya dipicu oleh fantasi-fantasi seksual yang timbul dari lingkungan sekitar." Misal, suami-istri sama-sama menerima rangsangan yang diterima pancaindra hingga mendorong mereka ingin bercinta. "Jadi, setelah mereka mendengarkan musik lembut bersama atau sehabis menonton film erotis, misal, ada perasaan suka yang membuat mereka ingin bercinta." Nah, perasaan ini mengantar mereka pada tahap arousal dimana organ-organ seksual lebih terlibat. "Di tahap inilah wanita butuh foreplay yang dapat menstimulasi secara fisik area-area yang gampang terangsang."
Menurut Naek, ada 2 hal penting yang umumnya diinginkan wanita dari foreplay. Pertama, secara psikis ia merasa siap memasuki hubungan intim. Bukankah lewat cumbuan dan belaian pasangannya, ia merasa dirinya memang sungguh disayang dan diinginkan oleh pasangannya bukan sebagai objek seks? Nah, kondisi psikis yang menyenangkan ini tentulah membuat ia jadi lebih siap untuk berhubungan. Kedua, lewat foreplay, organ seks wanita itu sendiri lebih siap menerima alat vital suami, hingga si wanita tak merasakan sakit saat terjadi koitus (senggama). Makanya, enggak heran, ya, kalau istri jadi uring-uringan dan tak puas gara-gara suami maunya langsung ke tujuan.
GUNAKAN BAHASA TUBUH
Celakanya, tak semua suami menyadari bahwa banyak istri yang menginginkan foreplay sebelum koitus dimulai. Sudah gitu, si istri juga enggak mengemukakan apa yang jadi keinginannya karena khawatir akibatnya malah akan bertengkar. Jadi, runyam, kan? Itu sebab, saran Naek, kalau mau sama-sama puas, ya, diomongkan saja. "Kuncinya cuma keberanian mengungkapkan apa kebutuhan masing-masing pihak di ranjang."
Jika sulit, "cobalah 'sadarkan' suami dengan gerak-gerik bahasa tubuh," anjurnya. Misal, begitu ada tanda-tanda suami mau langsung ke tujuan, giring tangannya secara lembut ke bagian-bagian yang ingin dibelai. "Dari bahasa tubuh ini, istri bisa memberi petunjuk pada suami cara terbaik memperlakukan dirinya kala berhubungan intim. Suami pun jadi mengerti apa maunya istri."
Menurut Naek, kecil kemungkinan suami akan marah kalau istri bisa mengemukakan keiinginannya dengan cara langsung model begini. Tentu saja, jika istri sudah mengemukakan keinginannya, suami juga enggak boleh egois. "Dia mesti belajar sensitif sedikit hingga bisa mengenali sinyal-sinyal intim yang dikirim istrinya." Jadi, kuncinya ada 2, ya, Bu-Pak: keterbukaan istri dan kemauan suami untuk belajar.
Bagaimanapun, lanjut Naek, pola permainan yang diharapkan kedua belah pihak enggak otomatis datang dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari dan dipraktekkan. "Baik suami maupun istri harus sama-sama belajar. Jadi, istri pun wajib mencari tahu zona-zona erotis mana saja di tubuh pria hingga ia bisa mempraktekkannya pada sang suami."