Mitos & Fakta Alergi Makanan

By nova.id, Senin, 10 Januari 2011 | 17:03 WIB
Mitos Fakta Alergi Makanan (nova.id)

Mitos Fakta Alergi Makanan (nova.id)

"Foto: Agus Dwianto "

Mitos 1: Alergi makanan umum dialami anak-anak.

Fakta: Berbagai studi mengungkapkan kalau total anak yang menderita alergi sekitar 6 persen, sementara orang dewasa sekitar 2 persen. Alergi makanan merupakan reaksi yang dipicu oleh sistem imun sebagai bagian tubuh yang bertugas melawan infeksi. Ada lagi yang disebut intoleransi, dimana penderita mengalami sejumlah kondisi tak menyenangkan yang dipicu oleh makanan, tapi tidak terkait dengan sistem imun tubuhnya.

Mitos 2: Alergi susu juga dialami oleh kalangan dewasa.

Fakta: Kebanyakan anak berhasil mengatasi masalah alergi di usia 2 atau 3 tahun yang ditandai bintik-bintik merah disertai rasa gatal, muntah ataupun gangguan pernapasan setelah mengonsumsi produk susu dan turunannya.

Sebagian orang dewasa mungkin menunjukkan kemiripan gejala yang dialami anak-anak yang menderita alergi susu, namun ini lebih tepat disebut intoleransi terhadap laktosa. Gejalanya antara lain perasaan kembung, mual akibat timbunan gas, diare, bahkan kejang.

Mitos 3: Umumnya orang alergi terhadap makanan yang mengandung zat-zat aditif.

Fakta: Meski hasil penelitian menunjukkan beberapa zat yang ditambahkan pada makanan, seperti tartrazine (pewarna makanan warna kuning) dan aspartam (pemanis buatan), merupakan penyebab utama munculnya reaksi alergi, ada juga sejumlah makanan alami yang menjadi pemicu utama reaksi alergi.

Mitos 4: Alergi makanan bisa diderita seumur hidup ataupun hanya semasa tumbuh kembang.

Fakta: Di usia pertumbuhan anak-anak biasanya alergi terhadap susu, telur, ataupun produk makanan yang terbuat dari gandum dan kedelai. Namun saat bertambah besar, jarang sekali mereka alergi juga terhadap kacang-kacangan, ikan dan kerang.

Mitos 5: Alergi makanan tidak membahayakan.

Fakta: Alergi makanan bisa berakibat fatal bila sampai menyebabkan reaksi yang disebut dengan anaphylaxis (sulit bernapas).

Pengobatan secepatnya dilakukan dengan pemberian obat epinephrine. Kalau buah hati Anda memiliki alergi yang hebat terhadap makanan, dokter mungkin akan meresepkan "pena" berisi epinephrine untuk disuntikkan sendiri. Dokter pasti akan menjelaskan kapan dan bagaimana "pena" tersebut digunakan dan bawa selalu "pena" ini. Penderita yang menunjukkan reaksi alergi sebaiknya di bawa ke IGD karena gejala-gejalanya bisa saja muncul kembali berjam-jam kemudian setelah pemberian epinephrine.

Kalau Anda atau anak punya riwayat alergi, jangan lupa untuk senantiasa mencermati apa yang tertera pada kemasan makanan yang disantap. Sampaikan kepada pihak sekolah Si Buah Hati atau pihak lain yang terkait, daftar makanan yang harus dihindari sekaligus apa yang harus dilakukan bila terjadi kecelakaan seputar salah makan.

 Paskaria