"Wanita yang sewaktu kecil kerap mendapat perlakuan tak menyenangkan dari pria, terutama kasih sayang, ia sudah 'meramalkan' di kemudian hari orang lain pun tak akan memberi kasih sayang padanya termasuk suaminya sendiri," papar Ayub. Pengalaman traumatis lain, sewaktu malam pertama ia mengalami kesakitan saat berhubungan seks, hingga ia takut untuk melakukannya lagi. Sekalipun ia memaksakan diri melayani suaminya, ia tetap was-was atau takut akan mengalami kesakitan lagi.
PRIBADI HISTERIK
Kendati demikian, tak setiap wanita akan mengalami frigiditas sekalipun suaminya ketahuan punya WIL, misal. Soalnya, mereka yang frigid umumnya punya kepribadian histerik, yaitu selalu menunjukkan dirinya extravaganza. "Dalam kesehariannya, ia selalu berpenampilan modis maupun seksi atau sensual," jelas Ayub.
Jadi, cuma penampilannya saja yang menggoda, tapi setelah diajak "bertempur" di ranjang barulah ketahuan kalau ia frigid. Ciri lain, ia kerap menolak bila diajak berhubungan seks dan selalu merasa sakit saat berhubungan. Ia pun selalu minta perhatian lebih pada suami atau bahkan lingkungan. Salah satunya, ya, dengan selalu berpenampilan sensual dan modis tadi. Sayang, frigiditas tak bisa dicegah. Pasalnya, menurut psikiater lulusan FKUI ini, baik istri maupun suami tak mengetahui apa yang menjadi penyebabnya. Mereka baru tahu setelah datang berkonsultasi pada ahlinya.
PSIKOTERAPI
Untuk mengatasi masalah frigiditas, menurut Ayub, tak ada cara lain kecuali dengan psikoterapi yang menggunakan metode penghayatan (insight psychotherapy). "Pasien akan diajak berdialog dengan diajukan berbagai pertanyaan. Misal, disuruh bercerita tentang masa kecilnya dan hubungannya dengan ayah-ibunya, atau diminta mengungkapkan isi hatinya tentang apa yang dinginkan dari suaminya dan bagaimana hubungannya dengan suami, dan sebagainya," papar Ayub.
Dari situ, lanjut penulis di berbagai media cetak yang telah menghasilkan sejumlah buku ini, pasien bisa menghayati kenapa dirinya menjadi frigid. Misal, "Oh, karena saya takut hamil hingga saya jadi frigid." Dengan demikian, pasien yang menyimpulkan sendiri penyebabnya, bukan si terapis. Tentu saja, suami diharapkan ikut hadir selama istri melakukan terapi atau konsultasi. Dengan begitu, kata Ayub, akan mempercepat diketemukannya penyebab istri menjadi frigid. Bukankah salah satu sumber frigiditas adalah perilaku suami?
"Nah, dengan suami ikut, akan makin banyak cerita yang bisa digali. Hingga, suami bukan cuma jadi tahu penyebabnya, juga bisa membantu istri mengatasinya." Lagi pula, "siapa tahu frigidnya istri hanya bersifat temporer. Artinya, bisa saja sekarang ia frigid tapi di lain waktu enggak frigid lagi. Jadi, ada fase-fase tertentu istri mengalami frigid, tergantung kondisi mood-nya." Misal, ia lagi tak senang pada suami oleh suatu sebab atau ia tengah mengalami stres hingga membuatnya kehilangan gairah untuk berhubungan.
"Mood atau perasaan atau emosi ini, kan, mempengaruhi otak lewat saraf tertentu, hingga ke daerah kelaminnya." Nah, bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, lama-lama istri akan jadi frigid betulan. Jadi, Pak, bila istri kerap menolak dengan berbagai alasan tiap kali diajak berhubungan intim, sebaiknya segera waspada. Komunikasikan, ada masalah apa yang membuatnya enggan berhubungan. Bila perlu, ajak istri berkonsultasi pada ahlinya. Dengan begitu, permasalahan bisa segera diatasi.
PERHATIKAN ISTRI
Selain lewat psikoterapi, menurut Ayub, juga bisa dibantu dengan obat-obatan untuk memberikan ketenangan pada istri. "Tapi obat penenang ini sifatnya hanya untuk menghilangkan gejala, lo, bukan menghilangkan penyebabnya." Jadi, frigid tak bisa disembuhkan lewat obat, tapi dengan cara menghilangkan penyebabnya lewat psikoterapi. Selanjutnya, Ayub menganjurkan agar suami memperlakukan istri dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus. Disamping, sebelum melakukan hubungan intim, selalu biasakan berkomunikasi dengan istri dan mendiskusikan teknik/gaya yang diinginkan.
"Ini yang paling utama!" tegasnya, "Toh, sesekali tak ada salahnya kita mengalah pada istri dengan mengikuti teknik atau gaya yang diinginkannya." Kemudian, bila istri tak lagi takut terhadap suami, "lakukan foreplay atau pemanasan lebih dulu, baik dengan melontarkan kata-kata yang dapat membangkitkan gairah istri maupun dengan mencumbunya." Bila perlu, anjurnya, tanyakan pada istri tentang daerah-daerah sensitif di tubuhnya, lalu mintalah kesediaannya untuk kita melakukan perangsangan di daerah-daerah tersebut.
Hal lain yang perlu diingat, pesan Ayub, suami jangan hanya mementingkan kepuasan pribadi, tapi perhatikan juga kepuasan istri. "Hendaknya suami juga mau bersikap melayani bukan hanya dilayani. Jangan sampai istri menganggap dirinya tak ubahnya wanita tuna susila. Hati-hati, lo, Pak, jika istri sudah punya anggapan tersebut, ia bisa menjadi frigid." Tak kalah penting, buatlah suasana hati istri dalam keadaan rileks dan tenang. Jangan lupa, frigid bisa bersifat temporer. Jika mood-nya lagi jelek, Bapak sendiri yang rugi, lo.
Gazali Solahuddin/nakita