Kerikil di Tahun Pertama (2)

By nova.id, Kamis, 10 Maret 2011 | 17:04 WIB
Kerikil di Tahun Pertama 2 (nova.id)

Sebelum Menikah

Ternyata tak hanya materi yang harus disiapkan sebelum menikah, mental juga.

Kesiapan mental akan perbedaan karakter dengan pasangan.Menikah bukan sesuatu yang mudah, jadi perkayalah pengetahuan tentang pernikahan. Ini bisa berdasarkan dari pengalaman orangtua dan teman. Yang harus diingat, masing-masing pasangan harus belajar pendewasaan dan candradimukanya pernikahan. Dengan memiliki status baru, berarti mereka memasuki kehidupan yang baru juga.Stabilkan finansial dan tentukan secara terbuka tanggung jawab masing-masing setelah menikah nanti. Jika perlu, tulis dengan jelas dan pastikan pasangan juga Anda berkomitmen penuh pada perjanjian ini. Bagi orang tua, berikan anak-anak kesempatan untuk bisa mandiri (mengontrak rumah sendiri, misalnya), tidak sedikit-sedikit membantu dan ikut campur, tidak mengatur, serta tidak "membumbui" masalah rumah tangga yang anak dan menantu hadapi.

Kesiapan mental akan perbedaan karakter dengan pasangan.

Menikah bukan sesuatu yang mudah, jadi perkayalah pengetahuan tentang pernikahan. Ini bisa berdasarkan dari pengalaman orangtua dan teman. Yang harus diingat, masing-masing pasangan harus belajar pendewasaan dan candradimukanya pernikahan. Dengan memiliki status baru, berarti mereka memasuki kehidupan yang baru juga.

Stabilkan finansial dan tentukan secara terbuka tanggung jawab masing-masing setelah menikah nanti. Jika perlu, tulis dengan jelas dan pastikan pasangan juga Anda berkomitmen penuh pada perjanjian ini.

Bagi orang tua, berikan anak-anak kesempatan untuk bisa mandiri (mengontrak rumah sendiri, misalnya), tidak sedikit-sedikit membantu dan ikut campur, tidak mengatur, serta tidak "membumbui" masalah rumah tangga yang anak dan menantu hadapi.

Setelah Menikah

Setelah menikah, bukan berarti Anda bisa berleha-leha. Ibarat permainan, selesai level 1, masih ada level-level lain yang harus dilalui. Berikut ini adalah beberapa hal pokok yang dilakukan setelah menikah:

Jangan menganggap diri Anda dan pasangan sebagai budak di rumah tangga. Misalnya, mentang-mentang suami kerjanya cari uang, malah menganggap urusan rumah dan anak adalah tanggung jawab istri sepenuhnya. Padahal, tidak ada salahnya juga jika tugas itu dibagi bersama. Justru makin enteng, kan? Begitu juga dengan suami yang bertugas sebagai pencari nafkah. Sebagai istri, buatlah pos-pos pengeluaran dengan teliti sehingga keuangan pun stabil. Jangan menghamburkan uang untuk belanja pribadi, ya. Intinya, jadikan pasangan Anda rekan sekerja yang saling bergotong-royong menjalani rumah tangga. Jangan pernah menghitung apa yang sudah Anda dan suami lakukan untuk kepentingan rumah tangga. Perkawinan bukan buah apel yang bisa dihitung 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.Introspeksi diri dan jangan sungkan meminta maaf jika melakukan kesalahan.Ketika masalah rumah tangga sudah tak bisa diselesaikan bersama, usahakan datang ke orang yang tepat untuk mencari solusi, seperti sahabat atau psikolog.

Jangan menganggap diri Anda dan pasangan sebagai budak di rumah tangga. Misalnya, mentang-mentang suami kerjanya cari uang, malah menganggap urusan rumah dan anak adalah tanggung jawab istri sepenuhnya. Padahal, tidak ada salahnya juga jika tugas itu dibagi bersama. Justru makin enteng, kan? Begitu juga dengan suami yang bertugas sebagai pencari nafkah. Sebagai istri, buatlah pos-pos pengeluaran dengan teliti sehingga keuangan pun stabil. Jangan menghamburkan uang untuk belanja pribadi, ya. Intinya, jadikan pasangan Anda rekan sekerja yang saling bergotong-royong menjalani rumah tangga.

Jangan pernah menghitung apa yang sudah Anda dan suami lakukan untuk kepentingan rumah tangga. Perkawinan bukan buah apel yang bisa dihitung 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.