Apakah Anda dan suami seringkali berdebat tentang hal-hal sepele, seperti ke mana harus pergi untuk makan malam, atau ribut soal kebiasaan suami yang suka "slebor"? Atau, Anda pernah bertengkar hebat karena persoalan yang lebih besar, seperti soal anak?
Apapun masalahnya, selesaikan tanpa cacian dan teriakan, karena yang dibutuhkan adalah komitmen untuk menyelesaikan setiap permasalahan dengan cara baik-baik. Anda dan suami juga harus sama-sama setuju untuk menghormati pendapat masing-masing. Langkah berikutnya adalah bersama-sama mencari solusi. Berikut 5 hal yang patut Anda cermati:
Jangan berhitung "menang-kalah"
Sayangnya, hobi menghitung skor ini tampaknya sudah menjadi kebiasaan kebanyakan pasangan suami-istri. Meski tak mengakui, diam-diam mereka membuat catatan berapa kali mereka menang dan berapa kali mereka kalah. Gampang kok, cara mengenalinya. Kalau Anda atau pasangan masih suka bilang, "Kok, kamu terus yang ngatur, sekali-sekali saya, dong!" berarti Anda masih hobi menghitung skor.
Hobi ini bisa menjadi kendala dalam menyelesaikan masalah, karena kebutuhan untuk mengenali inti persoalan menjadi kabur. Ingat, kompromi atau mengalah bukanlah pertanda kelemahan pribadi, tapi kebesaran jiwa untuk menyelesaikan masalah. Jadi, tak ada salah atau ruginya sesekali Anda membiarkan pasangan "menang" selama itu demi perbaikan hubungan atau rumah tangga.
Memang tidak mudah, sih. Tapi, jika Anda ingat kembali komitmen untuk menyelesaikan permasalahan dengan baik-baik, maka ini akan menjadi mudah. Ingat, selama Anda keras kepala dan lebih tertarik pada berapa skor kemenangan, Anda tidak akan pernah bisa melihat inti masalah dengan jelas, dan bisa-bisa hasil keputusan akan merugikan hubungan Anda.
Pilah-pilih kalimat
Meski Anda mungkin ada di posisi yang benar, namun penggunaan kata-kata yang kasar, bernada mengumpat atau menuduh, dan cenderung menyalahkan pasangan, membuat solusi semakin sulit didapat. Kata-kata semacam ini hanya akan membuat pasangan mengambil sikap defensif.
Dan, jamaknya ketika seseorang diserang, mekanisme pertahanan alaminya pasti akan menyuruhnya untuk melawan atau mundur. Hasilnya jelas, masalah tidak akan dipecahkan secara rasional. Jadi, pikirkan baik-baik sebelum Anda mengeluarkan kalimat, lebih-lebih jika pada saat yang sama emosi Anda sedang ada di puncak.
Fokus pada satu masalah
Seringkali, pangkal perselisihan antara suami-istri hanyalah masalah kecil, seperti soal kebiasaan masing-masing, misalnya. Namun, tak jarang diskusi justru merembet ke masalah lain yang sebelumnya bukanlah masalah pokok. Akibatnya, masalah yang muncul pun malah semakin banyak, sehingga tak mudah diselesaikan.
Jadi, buatlah komitmen untuk fokus pada satu hal setiap kali Anda dirundung konflik. Cari persoalan pokoknya saja, jangan yang lain. Jika Anda merasa pasangan ngelantur, menyinggung masalah lain atau mencoba membelokkan inti masalah ke topik lain, kembalikan ke topik utamanya. Ingatkan dia untuk tidak memperlebar masalah. Fokus pada satu masalah akan membuat kedua pihak bisa berpikir rasional memikirkan jalan keluar yang tepat.
Tepat waktu dan tempat
Pemilihan waktu dan tempat yang tepat sangat berpengaruh terhadap penyelesaian masalah. Bayangkan, apa yang akan dihasilkan jika Anda memilih membahas persoalan di dalam mobil di tengah-tengah kemacetan? Pasti tak akan ditemukan jalan keluar yang fair, bukan? Yang ada bisa-bisa Anda berdua malah semakin panas dan masalah melebar.
Saran ahli, pilihlah tempat yang tenang dan nyaman (bisa jadi ruang tamu atau kamar tidur), Anda dan pasanganlah yang tahu dan bisa menentukan. Yang jelas, aturan yang juga harus diperhatikan adalah, jangan "berdiskusi" di depan anak, anggota keluarga, atau kerabat lainnya.
Pemilihan waktu juga sama pentingnya. Saran ahli, bicarakan masalah segera begitu ia muncul supaya masalah tidak ngendon berlama-lama dan menjadi bisul yang sewaktu-waktu bisa pecah. Yang tak kalah penting, Anda berdua harus benar-benar meluangkan waktu untuk membicarakannya. Tapi, jangan sesekali membicarakan konflik keluarga sambil mengerjakan tugas kantor atau sambil memasak, misalnya. Dengan begitu, Anda berdua merasa Anda menghargai komitmen untuk menyelesaikan masalah.
Minta maaflah!
Manusia tidak ada yang sempurna, jadi tak perlu malu untuk mengakui kesalahan. Barangkali, sesekali, bisa saja tanpa sengaja Anda melakukan tindakan atau berbicara yang membuat pasangan tersinggung atau sakit hati, atau sebaliknya. Selain meminta maaf, Anda sebaiknya juga jangan sok gengsi untuk memberi maaf pasangan. Intinya, Anda berdua harus saling menghargai dan tidak memberi kesempatan kepada masalah apa pun masuk dan mengganggu rumah tangga Anda.
Hasto Prianggoro/berbagai sumber
foto: adrianus adrianto