5 Tipe Perkawinan

By nova.id, Selasa, 8 Februari 2011 | 17:03 WIB
5 Tipe Perkawinan (nova.id)

5 Tipe Perkawinan (nova.id)

""

Ada berbagai tipe perkawinan, dan sekali kita mengenali tipe perkawinan kita, maka akan lebih mudah buat Anda menjalaninya. Anda juga bisa menentukan,  apakah perkawinan seperti itu yang memang Anda ingin pertahankan seumur hidup, atau Anda memilih melakukan penyesuaian.

Perkawinan Status Quo 

Ketika Anda dan pasangan memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga, alasan pertama untuk itu adalah karena cinta. Namun, seiring perjalanan waktu, seiring semakin habisnya waktu Anda masing-masing untuk banyak urusan (dari mulai mengasuh anak, urusan pekerjaan, urusan rumah, dan sebagainya), maka tanpa Anda sadari perasaan cinta Anda terhadap pasangan memudar.

Barangkali, tak ada konflik di dalam rumah tangga Anda. Segalanya sesuatu sepertinya berjalan baik-baik saja. Yang terjadi adalah status quo. Anda berdua merasa tak ada yang salah, sekalipun Anda berdua jarang bertemu, atau hanya bertemu sepulang kerja.

Jika pernikahan model ini yang kini Anda alami, sebaiknya hati-hati. Meski terkesan tidak ada masalah, potensi konflik selalu terbuka dan bisa-bisa mengancam pernikahan Anda. Memang, sama ketika Anda butuh waktu untuk memupuk rasa cinta, maka butuh waktu pula untuk kembali menemukan cinta yang hilang itu. Kuncinya hanya satu, Anda berdua sadar dan mau bekerja keras menemukannya kembali.

Cobalah memulai dengan mencari waktu luang hanya untuk berduaan. Rasakan dan temukan kembali betapa indah hubungan Anda dengan pasangan. Cari hal-hal yang disukai pasangan, cari juga hal-hal yang Anda berdua senangi, lalu lakukan bersama-sama. Intinya, habiskan waktu berdua saja, lupakan hal-hal lain, entah itu soal anak, soal pekerjaan, soal rumah, dan sebagainya.

Perkawinan Penuh Ketegangan

Sering kita baca, seorang suami tega menghajar istrinya, bahkan sampai meninggal dunia. Atau, seorang suami memaki-maki istrinya di depan orang lain. Pernikahan seperti ini biasanya penuh perlakukan kasar dari pasangan, baik secara fisik atau emosional dan sama sekali tak pernh diharapkan oleh pasangan suami-istri manapun.

Bagaimana mungkin pernikahan semacam ini bisa terjadi? Dalam banyak kasus, ini adalah perilaku yang dipelajari dari masa kecil mereka. Jadi, biasanya tak ada seorang pun yang sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan bisa menyakiti pasangannya. Padahal, setiap orang berhak atas perlakukan yang tepat, berhak atas pernikahan yang adil dan tanpa kekerasan.

Jadi, jika Anda mengalami pernikahan semacam ini, langkah pertama adalah mencoba berkomunikasi dengan pasangan. Bicarakan apa yang tengah terjadi dan cari solusi. Namun, jika  pasangan menolak bahkan mengancam Anda, maka Anda butuh bantuan pihak ketiga. Dan, jika pelecehan terus berlanjut, maka pilihan terpahit adalah mengakhiri pernikahan.

Perkawinan Status 

"Wah, Si Anu enak, dapat suami kaya raya. Padahal mereka baru saja kenal, lho?" Kalimat-kalimat ini acapkali terdengar ketika pesta pernikahan Anda berlangsung. Ya, penting untuk menikah dengan seorang pria yang mapan dan mampu mencukupi semua kebutuhan Anda. Namun, jika Anda menikahi seseorang hanya untuk uang atau status, sementara Anda berdua tak memiliki kesamaan pandangan hidup, apalagi cinta, maka Anda harus bersiap-siap untuk kecewa.

Meskipun penting, uang bukanlah segalanya dalam sebuah keputusan untuk menikah. Apa yang Anda lakukan jika Anda termasuk ke dalam kelompok ini? Tentu, Anda harus berusaha menemukan cinta Anda berdua. Tak ada kata terlambat, kok, untuk menemukan hal-hal tentang pasangan yang akan membantu menimbulkan perasaan cinta Anda kepadanya. Cari juga hal-hal terbaik yang dilakukan pasangan untuk Anda dan anak-anak, lalu lakukan hal-hal terbaik sebagai ucapan terimakasih Anda. Mintalah pasangan untuk juga meluangkan waktu buat Anda.

Perkawinan Petak Umpet

Perkawinan semacam ini biasanya ditujukan bagi pasangan yang begitu sibuk dengan pekerjaan atau kegiatan di luar, sehingga nyaris tak ada komunikasi. Laiknya anak-anak yang tengah bermain petak umpet, satu masuk, satunya lagi keluar, begitu seterusnya. Bahkan, bisa dibilang tidak pernah bertemu satu sama lain kecuali ketika hendak berangkat tidur.

Memang, ada beberapa jenis pekerjaan yang mengharuskan pasangan jauh dari keluarga. Ada juga suami atau istri yang memberikan lebih banyak waktu dan usaha untuk pekerjaan mereka daripada keluarga mereka. Ini bisa disebabkan oleh rasa tanggung jawab mereka terhadap pekerjaan atau keinginan mereka untuk menjadi nomor satu orang di tempat kerja. Dan, masih banyak lagi alasan kenapa orang begitu sibuk dengan urusan pekerjaan atau urusan-urusan di luar rumah, dan 'melupakan' pasangan mereka.

Yang jelas, pola perkawinan semacam ini tentu tak baik untuk sebuah hubungan suami-istri. Apapun alasan Anda, sudah waktunya untuk berhenti dan mencari cara mengurangi waktu di luar dan meningkatkan waktu bersama pasangan.

Awalnya sepertinya akan tampak sebagai sebuah pengorbanan besar ketika Anda memutuskan mengurangi jadwal kerja Anda. Namun, saat Anda dan pasangan bekerja sama mencari tahu hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasinya, Anda akan terkejut dengan hasilnya. Pelan-pelan, perkawinan Anda pun kembali hangat. "Ah, ternyata tak sulit, kok, membagi waktu," begitu ujar Anda.

Perkawinan Impian 

Perkawinan ini adalah perkawinan idaman setiap pasangan suami istri. Bagaimana tidak, Anda dan pasangan dengan hangat dan penuh cinta menghabiskan waktu berdua, nyaris sepanjang waktu. Tak ada waktu tanpa kehangatan. Setiap akhir pekan, Anda berdua berjalan berduaan, bergandengan tangan, dengan senyum yang selalu terkembang.  

Tentu, kehangatan ini tak datang begitu saja, melainkan dibina secara konsisten setiap detik, hari, bulan, bahkan tahun. It takes work to have an enduring marriage. Bukan berarti tak ada konflik dan halangan selama berumahtangga, lho. Namun, semuanya dihadapi bersama dengan landasan cinta, saling memahami dan saling membantu.

Jadi, misalnya, ketimbang bertanya, "Kenapa harus saya?" sebaiknya bilang, "Kenapa enggak aku saja yang melakukannya?" Ini bisa dilakukan karena mereka sudah membangun sebuah gudang penyimpanan di mana memori indah, pengalaman hidup, dan rasa saling percaya tersimpan rapi.  

 Hasto Prianggoro/berbagai sumber