TETAP PERLU SOSIALISASI
Hal lain yang tak boleh dilupakan, jangan mentang-mentang sudah ada ruang bermain sendiri dan si kecil pun anteng di "dunia"nya itu, kita lantas tenang-tenang saja. Bagaimanapun ia tetap perlu bersosialisasi dengan lingkungannya. "Bukankah sosialisasi juga salah satu kebutuhan anak usia batita?" ujar Maman.
Untuk itu, sarannya, alangkah baiknya bila kita sesekali mengundang teman-teman si kecil untuk bermain bersama. Selain tentunya si kecil pun sesekali perlu diajak keluar dari "dunia"nya itu semisal bermain di rumah tetangga yang punya anak sebaya.
Jangan lupa didampingi, lo, baik kala ia bermain di rumah sendiri ataupun di rumah temannya. Dengan begitu, kita bisa mencegah agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan semisal rebutan mainan yang bisa mengakibatkan salah satu menangis. Maklumlah, si kecil masih batita, egonya masih tinggi dan belum mengerti konsep berbagi. Jadi, kita belum bisa sepenuhnya melepas ia bermain sendiri.
Ruang Kelas Pun Sebaiknya Tanpa Sekat
Menurut Maman, kelas-kelas prasekolah di Jepang dibuat tanpa sekat. "Antara kelas yang satu dengan kelas lain begitu terbuka, tak ada lagi pemisah, hingga proses belajar jadi sangat interaktif. Dengan begitu siswa bisa bertanya langsung sekaligus berinteraksi dengan siswa dari kelas lain," tuturnya.
Berdasarkan penelitian, lanjutnya, kelas semacam ini membantu anak jadi amat terbuka wawasannya. Soalnya, konsep ini melatih anak sejak dini bersikap terbuka, bukan mengkotak-kotakkan diri. "Sayang, konsep tanpa sekat ini belum bisa diterapkan di kelas-kelas prasekolah di Indonesia. Sebabnya, budaya kita paterlinial, hingga anak jadi sangat tergantung pada orang tua. Bila ditinggal sebentar saja, anak bisa menangis. Selain preschool di sini umumnya terdiri dari kelas yunior dan senior. Nah, yang senior bisanya sudah settle sedangkan yang yunior masih amat labil. Bila diterapkan konsep tanpa sekat, dikhawatirkan yang senior malah bisa terganggu." Faras Handayani/nakita