Bayi pun bisa mengingat, lo. Apalagi jika pengalaman itu amat berkesan di hatinya, akan dibawanya hingga besar.
Orang tua mana, sih, yang ingin dilupakan oleh buah hatinya? Jadi, wajar saja, ya, Bu-Pak, bila kita cemas kala harus meninggalkan si kecil yang baru beberapa bulan untuk waktu lama, entah lantaran urusan pekerjaan atau mendapat tugas belajar di luar kota/negeri. Jangan-jangan, sekembalinya kita dari tugas, si kecil tak lagi mengenali kita.
Padahal, kecemasan tersebut sebenarnya tak perlu terjadi. Soalnya, meski masih bayi, si kecil sudah punya daya ingat dan memori. Jadi, "bayi akan teringat terus, baik pada hal-hal yang punya kesan amat manis maupun tak menyenangkan," tutur Dra. Dewi Mariana Thaib. Bahkan, meski kesan tersebut hanya selintas-lintas saja dan akan terlewat dengan kejadian lain yang lebih menyenangkan, si kecil tetap ingat.
DIDAPAT DARI PENGALAMAN
Daya ingat, terang psikolog pada RS Bunda, Jakarta ini, sebetulnya bagian dari kecerdasan. "Dalam kecerdasan itu, kan, ada perkembangan motorik, daya nalar, emosi, daya ingat, dan konsentrasi." Jadi, daya ingat masuk dalam perkembangan kognitif.
Memang, diakui Dewi, fungsi daya ingat bayi belum terlalu banyak. Kita pun tak bisa memastikan kapan bayi akan ngeh dengan apa yang dilihat atau diingatnya, karena daya ingat merupakan hal yang abstrak. "Daya ingat adalah sesuatu yang pada akhirnya mengarah pada keberadaan diri dengan lingkungan sosialnya, entah dia suka atau tidak berada pada lingkungan sosialnya." Dengan demikian bisa dikatakan, daya ingat didapat bayi dari pengalaman dan yang diajarkan.
Daya ingat yang diperoleh dari pengalaman ini, lanjut Dewi, amat erat kaitannya dengan perkembangan motorik maupun tugas-tugas perkembangan. "Begitu lahir, bayi, kan, harus beradaptasi dengan keadaan sekelilingnya.
Kecemasan-kecemasan mulai timbul dan pancaindra mulai berfungsi. Ia mulai kontak dengan ibu saat digendong dan disusui ASI sambil meraba-raba tubuh sang ibu."
Kemudian di usia 3-6 bulan ia mulai mengangkat kepalanya, belajar mengenal orang, tersenyum, mengoceh, mencoba meraih benda yang didekatnya. Setelah usia 6 bulan, ia mulai belajar pelan-pelan merangkak, tengkurap bolak balik, duduk, dan sebagainya. "Nah, bila dulu daya serapnya lewat mainan hanya sekadar dapat meraih saja, kini sudah bisa dipegang-pegang dan dipindah-pindah tangan. Ia juga sudah bisa membedakan mana orang tuanya."
Berikutnya, di usia 9 bulan ia mulai punya rasa, seperti rasa manis dan asin. Makanya, bila ia tak suka asin, ia akan menolak kala diberi makanan yang rasanya asin. Lalu di usia 9-12 bulan ia sudah bisa berdiri, meraih segala sesuatu, melihat sekelilingnya, berkata satu-dua kata, bahkan bisa berjalan. Jadi, daya jangkaunya sudah lebih luas lagi.
"Meski fungsi indra dan intelektualnya belum sempurna seluruhnya, tapi ia mulai merasakan reaksi dari apa yang dilakukannya. Dari situ ia mulai mengingat, apa yang boleh dan tidak dilakukannya." Misal, di usia 6-9 bulan, kala ia menjatuhkan mainan, ia berpikir hal itu menyenangkan dan ia akan mengingatnya kembali, hingga ia pun menjatuhkan lagi mainannya.
CEMAS DAN MENARIK DIRI