Belajar Mandiri

By nova.id, Sabtu, 26 Maret 2011 | 17:01 WIB
Belajar Mandiri (nova.id)

Biarkan si kecil melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan hariannya seperti makan, ganti baju, sikat gigi, dan lainnya. Ia mampu, kok, meski belum sempurna. Asal terus dilatih, lama-lama ia pun terampil. Tentu caranya harus tepat agar hasilnya optimal.

Mengacu pada teori perkembangan, tiap rentang usia punya patokan tentang kemampuan/keterampilan apa saja yang diharapkan dikuasai anak. Salah satunya, menolong diri sendiri, yaitu kemampuan/keterampilan melakukan sendiri kegiatan-kegiatan sehari-hari untuk diri sendiri seperti makan, mandi, berpakaian, dan lainnya. Tujuannya, agar secara bertahap anak tak lagi sepenuhnya bergantung pada orang lain atau orang tua.

Tentu saja, target yang harus dicapai berbeda-beda sesuai tingkatan usia anak. Makin besar usia, makin tinggi pula targetnya. "Jadi, sejalan dengan bertambahnya usia anak, kemampuannya harus ada peningkatan. Namun bentuk keterampilannya tetap sama, hanya cara pengerjaannya harus lebih terampil," terang Dra. Rahmitha P. Soendjojo. Misal, di usia 3 tahun si kecil baru bisa memakai baju yang belum banyak kancingnya seperti T-shirt atau baju berkancing satu-dua, maka di usia 4 atau 5 tahun ia diharapkan sudah bisa memakai baju yang banyak kancingnya.

Memang, sih, ada juga anak seusia tersebut yang belum bisa melakukannya. Soalnya, perkembangan tiap anak berbeda (individual difference). Bukankah perkembangan anak bersifat individual? Jadi, apa yang bisa dilakukan seorang anak, belum tentu bisa dilakukan anak lain kendati usia mereka sama. Apalagi perkembangan anak selalu dipengaruhi dua faktor penting, yaitu nature (bawaan) dan nurture (pengasuhan). Itu sebab, pemberian stimulus atau rangsangan dari orang tua amat penting agar anak berkembang optimal.

BEBERAPA KEMAMPUAN

Selain bisa buka-pakai baju sendiri, sejak usia 3 tahun pun si kecil sebenarnya sudah mampu memakai celana yang beritsluiting dan bergesper, juga memakai sepatu dan kaos kaki. "Bila sebelumnya ia baru bisa memakai sepatu sendiri yang tak bertali karena masih sulit buatnya untuk mengikat, kini ia sudah bisa menggunakan sepatu bertali meski hanya yang dua lubang saja," terang Mitha, sapaan akrab psikolog pada YKAI, Jakarta ini.

Mandi pun ini sudah bisa dilakukan sendiri oleh si kecil. Hanya ia belum bisa menggapai punggungnya, hingga kita harus membantu menyabuni bagian tersebut. "Sabunnya sebaiknya yang cair agar lebih mudah buat anak menggunakannya. Sabun batang sulit ia pegang karena licin. Nanti malah sabunnya jatuh dan terkena kuman."

Si kecil juga sudah mengerti kalau mau BAK/BAB harus di tempatnya dan apa yang harus ia lakukan sesudahnya. Namun kita tetap harus mengawasinya, terutama cara ia membersihkan alat kelaminnya. Biasanya di usia 5 tahun, ia sudah bisa melakukannya dengan benar.

Lainnya adalah kemampuan menggosok gigi, mencuci dan mengelap tangan tanpa dibantu, makan sendiri, menuang air dari teko kecil ke dalam gelas, bahkan memotong makanan dengan pisau (biasanya di usia 4-5 tahun), dan sebagainya. Diharapkan, pada akhir usia 5 tahun, anak sudah memiliki semua kemampuan tersebut.

BERI KESEMPATAN

Tentunya, semua kemampuan/keterampilan di atas bisa dilakukan si kecil di usia ini jika di usia-usia sebelumnya memang sudah diajarkan atau dilatih. Ingat, tiap rentang usia ada target yang harus dicapai. Jika untuk menyuapkan makanan ke mulutnya saja ia belum mampu, misal, maka bagaimana ia bisa makan sendiri? Padahal, kemampuan menggunakan sendok dan menyuapkan makanan ke mulut (meski masih sedikit tumpah), merupakan target yang harus dicapai di akhir usia 2 tahun.

Jangan lupa, pemberian stimulus amat penting buat tercapainya kemampuan/keterampilan yang harus dimiliki anak dalam tiap tahapan usianya. Seperti dikatakan Mitha, "mahir-tidaknya seseorang amat tergantung dari ada-tidaknya kesempatan yang diberikan kepadanya." Itu sebab, tegasnya, tugas orang tualah untuk mengarahkan dan mendorong anak agar target tersebut dapat tercapai. Caranya, "beri kesempatan pada anak untuk melakukannya sendiri. Jangan sampai pada saat dia seharusnya sudah bisa mandiri, tapi kita lupa atau tak memberinya kesempatan belajar hingga si anak jadi bergantung terus sama kita."