Agar Si Kecil Mau Belajar Berjalan

By nova.id, Senin, 7 Maret 2011 | 17:01 WIB
Agar Si Kecil Mau Belajar Berjalan (nova.id)

* "Sabet" Kakinya Pakai Belut

Cara ini kerap dilakukan oleh orang tua yang anaknya belum juga bisa berjalan selewat usia bayi. Orang-orang tua jaman dulu percaya, cara ini mampu mendorong anak untuk mau berjalan. Tentu saja, kita boleh percaya, boleh juga tak percaya. Jadi, tak masalah bila kita pun ingin menerapkannya pada si kecil. Toh, secara biomedik juga tak membahayakan si kecil. Asal menyabetnya jangan keras-keras, ya, Bu-Pak. Sayang, kebiasaan ini tak bisa dijelaskan secara ilmiah. Tak beda dengan "acara" memasukkan bayi ke dalam kurungan ayam yang menjadi bagian upacara tedak sinten, juga tak ada penjelasan ilmiahnya. Namun secara kultural, "upacara" menyabet kaki anak pakai belut mampu menarik perhatian masyarakat hingga tahu bagaimana pentingnya fase berjalan ini.

SETELAH INSTING BERJALANNYA TIMBUL

Tentu kita harus terus mendorongnya agar si kecil makin termotivasi untuk belajar berjalan. Berikut saran dari Adi Tagor.

* Jangan senewen kala si kecil terjatuh. Jadi, tak perlu berteriak kaget apalagi sampai histeris. Pura-pura cuek aja, deh, tapi sambil tetap dilihat apakah lukanya berat atau tidak.

* Mainan yang didorong amat membantu si kecil terampil berjalan. Tak perlu mahal karena yang penting fungsinya. Kita pun bisa membuatnya sendiri dari kayu yang diberi roda. Yang penting ada kreativitas.

* Sediakan alat bantu untuk berpegangan, entah meja-kursi atau boks tidurnya. Yang penting, bendanya stabil atau tak mudah goyang apalagi jatuh saat dipakai si kecil untuk berpegangan. Juga aman tentunya dalam arti tak ada hal-hal yang bisa membahayakan si kecil seperti paku yang menonjol, ujung meja yang runcing, dan sebagainya.

* Perhatikan keamanan ruangan. Singkirkan semua benda yang mudah pecah atau dapat membahayakan si kecil. Bila mungkin, lengkapi ruangan dengan karpet hingga bila terjatuh, si kecil tak merasa terlalu sakit.

* Ciptakan suasana gembira. Antara lain, beri ia teman sebaya untuk belajar berjalan. Dengan begitu, ia merasa mendapat "saingan" yang seimbang, hingga makin terpacu untuk juga bisa berjalan seperti "saingan"nya.

Saat ini banyak tempat bermain untuk batita, termasuk bayi. Kita bisa memanfaatkannya, terutama jika di rumah tak ada teman sebaya buat si kecil. Selain si kecil bisa bermain dengan fasilitas yang ada, ia pun bisa mengembangkan psikomotoriknya. Jadi, bila temannya seusia di tempat bermain itu sedang giat berlatih berjalan, tak tertutup kemungkinan si kecil jadi terdorong untuk ikut belajar berjalan juga. Namun jangan bawa si kecil ke sana kala tengah sakit semisal batuk-pilek, karena bisa membuat kondisinya tambah parah, disamping merugikan teman-temannya.

* Selalu dampingi si kecil. Idealnya, si pendamping adalah orang yang masih tangkas hingga bila si kecil menunjukkan tanda-tanda akan jatuh, si pendamping bisa cepat mengamankannya.

* Jangan bandingkan kemampuan si kecil dengan teman-temannya ataupun saudaranya. Misal, si kakak dulu sudah bisa berjalan di usia 10 bulan, sedangkan si adik sudah lewat 10 bulan belum juga menunjukkan tanda-tanda mau belajar berjalan. Ingat, perkembangan tiap anak berbeda-beda, karena perkembangan otak dan alat koordinasinya tak sama. Selain faktor genetik dan latihan, serta sifat si kecil ­pemberani atau penakut- juga ikut mempengaruhi cepat  Faras Handayani/nakita