Selain sumber tenaga, lemak juga penting untuk pembentukan sel saraf otak. Tapi jangan berlebihan, lo! Kebutuhan lemak untuk anak sekitar 20-25 persen dari total kalori.
Ibu-Bapak mungkin masih ingat dengan Omega-3 dan DHA, kan? Itu, lo, kelompok asam lemak esensial yang sangat diperlukan tubuh. Sayangnya, tubuh manusia tak membentuk sendiri asam lemak esensial, sehingga harus dipasok dalam bentuk yang terdapat pada makanan atau bisa ditambahkan pada makanan tertentu. Tak heran, kan, kita sering mendengar susu formula tertentu mengandung DHA atau dilengkapi Omega-3.
Kita tahu DHA (dokosaheksaenoat) mempunyai manfaat besar bagi proses tumbuh kembang sel-sel otak dan retina janin maupun bayi. Jadi, bisa kita bayangkan apa yang terjadi bila pada masa tersebut (dari janin hingga bayi) ia kekurangan pasokan DHA; akan ditandai dengan rendahnya kemampuan kognitif dan intelektual anak. Jadi, jelaslah asam lemak esensial satu ini berkaitan dengan kecerdasan.
Kecuali itu, asam lemak juga berperan penting dalam aktivitas sehari-hari sebagai sumber energi. Kecuali lemak, ada 2 nutrien penting lain, yaitu karbohidrat dan protein. Normalnya, kebutuhan total kalori tiap orang diperoleh dari ketiga nutrien tersebut. "Nah, sekitar 20-25 persen dari kebutuhan total kalori adalah kebutuhan lemak," jelas Dr. H. M. Arifin Suyardi, MSc., ahli gizi pada bagian Ilmu Gizi FKUI Jakarta. Misal, kebutuhan kalori kita 2000 kkal. Berarti, 1/5 (20 persen) sampai 1/4 nya (25 persen) berasal dari lemak, yang diperoleh dari makanan sehari-hari. "Berbeda dengan masyarakat di negara Barat yang umumnya mengkonsumsi lemak sampai batas 30 persen," tambah Arifin.
LEMAK JENUH DAN TAK JENUH
Sebetulnya lemak terdapat pada makanan dan tubuh kita. Namun tak berarti lemak makanan sama dengan lemak tubuh kendati namanya tetap lemak. Seperti halnya protein yang ada di makanan dan tubuh, protein tubuh dibuat dari ratusan asam amino yang didapat dari makanan, baik hewani maupun nabati, lalu bergabung dan dirangkai di tubuh. Namanya pun protein tapi sudah lebih kompleks daripada protein makanan.
Sementara lemak dalam ilmu gizi merupakan lemak netral. Lemak memiliki ikatan yaitu asam lemak dan gliserol. Secara garis besar, jelas Arifin, asam lemak dibagi dua; asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh terbagi lagi; ada yang mempunyai rantai panjang, rantai sedang dan rantai pendek. "Asam lemak jenuh yang mempunyai rantai pendek atau sedang mudah dicerna dibandingkan yang berantai panjang," jelas Arifin.
Asam lemak jenuh umumnya kebanyakan berasal dari lemak hewani. Biasanya lemak jenuh mempunyai titik lebur tinggi. Misalnya, pada suhu kamar 25 derajat Celcius akan tetap membeku. Sedangkan asam lemak tak jenuh kebanyakan berasal dari lemak nabati, kecuali minyak kelapa. Pada lemak tak jenuh biasanya pada suhu kamar tetap mencair. "Nah, minyak kelapa meskipun termasuk asam lemak jenuh dengan rantai sedang biasanya pada suhu kamar tetap mencair. Ada kalanya bila di daerah dingin minyak kelapa membeku."
Sebetulnya kedua jenis lemak tersebut, lanjut Arifin, sama-sama menguntungkan bagi tubuh. "Asalkan dikonsumsi selalu seimbang sesuai kebutuhan. Jadi, tak boleh terlalu banyak mengkonsumsi lemak jenuhnya saja, misalnya, karena bisa mengakibatkan gangguan kelebihan lemak dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Terutama pembuluh darah jantung dan otak. Begitu juga sebaliknya."
UNTUNG-RUGINYA LEMAK
Yang jelas, lemak tersebar di mana-mana di dalam tubuh. Lemak tubuh dibentuk karena ada kelebihan energi yang dikonsumsi. Jadi, jika kebutuhan tubuh akan energi sudah terpenuhi sedangkan intake makanan berlebih, maka kelebihan itu akan diubah oleh tubuh menjadi lemak. "Lemak inilah yang disimpan sebagai cadangan energi." Sebetulnya kelebihan lemak tubuh di satu sisi merupakan suatu keuntungan, karena dengan demikian berarti cadangan energinya tinggi. "Tapi, batas toleransi kelebihannya sekitar 110 persen dari BB (berat badan) ideal sehingga pada saat tubuh kekurangan maka lemak tadi bisa dimanfaatkan yang dilakukan dengan cara oksidasi sehingga menjadi energi." Di sisi lain, Arifin mengingatkan, "Bila cadangan lemak yang disimpan dalam tubuh berlebihan maka bisa juga merugikan. Karena penimbunan lemak yang terjadi tak hanya di kulit saja, tapi bisa juga di pembuluh darah." Padahal setiap organ tubuh, kan, ada pembuluh darahnya. Nah, bila terjadi penyempitan pembuluh darah jantung bisa menyebabkan serangan jantung. Lalu kalau terjadi penimbunan lemak di pembuluh darah otak bisa menyebabkan sirkulasi darah terganggu sehingga kerap menimbulkan pusing, konsentrasi berkurang dan sebagainya.
Memang kelebihan mengkonsumsi energi - baik karbohidrat, lemak atau protein- bisa menyebabkan pula kondisi overweight atau obesitas, sehingga mengganggu kegiatan dan kesehatan fisiknya. Nah, untuk mengurangi kelebihan kadar lemak dalam tubuh, maka orang tersebut harus mengembalikan status gizinya ke normal. "Seringkali orang salah mengartikan, 'Makannya sedikit, kok tetap gemuk.' Mungkin ia makan utamanya memang sedikit, tapi ngemilnya banyak. Padahal ngemil, kan, juga berarti sumber energi."