Tabloidnova.com - Ketika banyak orang Indonesia mengeluh lantaran merasakan banyak ketidaknyamanan di negeri sendiri, ternyata tidak begitu halnya dengan seorang warga Amerika Serikat (AS).
Sempat tinggal beberapa tahun di Indonesia ternyata telah meninggalkan kesan yang tak terlupakan bagi Chris Crow, warga AS yang saat ini tinggal di Washington DC dan bekerja di Universitas John Hopkins.
Chris pernah mendapatkan beasiswa dari Pemerintah AS untuk tinggal selama tiga tahun di Indonesia dan mengajar Bahasa Inggris di sebuah SMA Negeri yang terletak di Desa Paperu, Maluku, setahun lamanya. Dan pengalaman itu ternyata telah memperkuat ikatan Chris terhadap Indonesia.
Oleh sebab itulah Chris akhirnya menemukan The Indonesianist Community, komunitas berisi orang asing yang tertarik pada segala hal tentang Indonesia. Dan seiring waktu, ia pun kini didaulat menjadi ketua ketua klub perkumpulan warga internasional yang memiliki ketertarikan terhadap Indonesia ini.
Hingga saat ini, anggota komunitas yang berawal dari milis ini sudah mencapai sekitar 160 orang. "Komunitas ini awalnya didirikan oleh teman saya, Brian Kraft. Dia sekarang sudah pindah ke Jakarta lagi, bekerja sebagai konsultan," papar Chris saat diwawancara oleh VOA Indonesia, dengan Bahasa Indonesia yang sangat fasih.
Komunitas ini dibuat karena banyaknya warga di sekitar Washington DC, yang tertarik dengan Indonesia, baik warga AS maupun internasional. Ketertarikan mereka meliputi segi politik, bahasa, maupun hal lainnya. "Brian membuat klub ini supaya mereka bisa berkumpul, mengobrol, dan saling kenal. Juga untuk menyebar kesadaran tentang Indonesia di Washington DC dan di Amerika," ujar Chris.
Kegiatan yang dilakukan The Indonesianist Community ini juga sangat beragam. Namun yang paling populer adalah klub bahasa. "Ada sekitar 15 orang yang tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia secara serius dan mereka berkumpul setiap minggu," jelas Chris.
Pertemuan untuk klub bahasa ini biasanya dilakukan di berbagai restoran di daerah Washington DC, yang mana para anggota yang hadir ke sini memang untuk melatih kemampuan berbahasa Indonesia mereka. "Yang datang macam-macam, baik orang yang baru mulai maupun yang sudah cukup lancar," lanjut Chris.
Selain ada klub bahasa, The Indonesianist Community juga kerap mengadakan seminar yang menghadirkan para pembicara yang memiliki hubungan dengan Indonesia. Biasanya, kata Chris, para tamu yang hadir adalah profesional yang memiliki hubungan kerja dengan Indonesia. "Misalnya dari kementerian luar negeri Amerika atau dari Think Thank, NGO (Non-Governmental Organizations), yang banyak terdapat di Indonesia," jelas Chris.
Sementara itu, secara pribadi Chris pun mengaku sangat terkesan selama tinggal di Indonesia, khususnya Maluku. "(Maluku) Pantainya sangat indah, airnya bersih dan jernih. Bisa lihat jauh ke dalam air, bisa snorkeling, berenang, juga ada goa yang bisa dijelajahi," papar pria yang mengaku sangat menyukai Soto Betawi dan minuman bandrek ini.
"Banyak sekali kegiatan yang menarik untuk dilakukan selama di Maluku, khususnya kegiatan yang berkaitan dengan alam," lanjutnya. Chris juga sangat menikmati interaksinya dengan warga setempat. Apalagi selama mengajar di Maluku, ia tinggal bersama keluarga lokal.
"Orang-orang di sana juga sangat ramah. Saya senang sekali tinggal selama setahun di sana," kenang mantan kontestan Asing Star Indonesia ini.
Dan selama di Indonesia, Chris sudah pernah berkunjung ke berbagai tempat seperti Yogyakarta, Lombok, Makassar, Surabaya, Bandung, Bogor, dan Jakarta. Namun agak mengherankan ketika Chris mengaku justru belum pernah berkunjung ke Bali, yang menjadi tujuan wisata pertama warga internasional.
"Ya, tiga tahun berada di Indonesia belum sempat ke Bali," aku Chris sambil tertawa. "Saya kurang tertarik pada tempat yang turisnya banget kayak begitu, ya. Rasanya mungkin kayak di Australia, kadang-kadang," ujarnya.
Di antara semua tempat yang pernah dikunjunginya di Indonesia, Chris ternyata memiliki kesan tersendiri terhadap ibu kota Jakarta, yang menjadi kota favoritnya. "Di Jakarta saya betah sekali. Gara-gara komunitasnya. Orang-orang di Jakarta sangat ramah, seperti orang di seluruh Indonesia. Tapi di Jakarta lebih banyak orangnya dan lebih bermacam-macam," paparnya.
Pria ini juga hobi naik ojek untuk menghindari kemacetan Jakarta. Saking seringnya menggunakan transportasi roda dua ini, Chris pun mengaku sudah memiliki tukang ojek langganan di Jakarta, yang bernama Gebong. "Menurut saya, orang Indonesia yang paling ramah di dunia. Benar-benar luar biasa," puji Chris.
Lebih dari itu, kepada teman-temannya yang berada di Indonesia, Chris juga sempat berbagi tips untuk belajar Bahasa Inggris dengan cepat. "Jika kalian ingin belajar Bahasa Inggris, coba saja datang ke tempat yang banyak bule-nya supaya bisa langsung latihan. Soalnya, kalau enggak berani latihan pasti enggak akan bisa belajar," kata Chris menutup wawancaranya dengan VOA Indonesia.
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com
SUMBER: VOA INDONESIA
FOTO: DOK. VOA INDONESIA