Surti, seorang pembantu rumah tangga, mengatakan kepada majikannya tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga hari itu. Ia mengeluh, jari tangannya kaku dan tidak bisa bergerak. Setelah diperiksakan ke dokter, hasil diagnosis menyatakan kemungkinan Surti mengalami trigger finger. Apa yang harus dilakukan ketika Anda mendapati kondisi ini? Simak penjelasan Ahli Bedah Tulang (Orthopedi) dr. Muki Partono, SpOT., dari Rumah Sakit Jakarta berikut ini.
Kaku karena Menyempit
Menurut Muki, trigger finger adalah kondisi di mana jari tangan menekuk dan tidak bisa diluruskan kembali secara spontan (jari seperti terkunci). "Ibarat pelatuk, tertekuk dalam posisi terkunci," ujar dr Muki. Trigger finger sendiri terjadi akibat adanya suatu penebalan pada pulley atau selubung urat (tendon) pada jari No. A4 dan berakhir pada penyempitan.
Dari situs kesehatan WebMD dijelaskan bahwa tendon pada dasarnya memang selalu bergerak mengikuti setiap gerakan jari jemari tangan dibantu oleh semacam pelumas bernama synovium. Setiap kali pula jari tangan bergerak, tendon pun bergesekan dengan selubungnya (tendon sheath). Seiring intensitas penggunaan jari tangan yang cukup lama, pulley pun menebal sehinggga pelumas yang harusnya masuk tak bisa "lewat" sebab jalurnya mengalami penyempitan.
"Oleh karena urat yang terjerat dan dipakai terus maka dampaknya terjadi penonjolan terhadap urat itu sendiri. Penonjolan itulah yang menyebabkan urat terkunci pada saat menekuk benjolan tadi. Urat "dipaksa" melewati pulley-nya tapi pada saat ia meluruskan, jarinya malah terkunci," terang Muki.
Umumnya trigger finger terjadi karena proses degeneratif atau penuaan pada manula (manusia lanjut usia). Dan, dengan jumlah manula di Indonesia sekitar 20 persen dari jumlah penduduk keseluruhan, 10 persennya mengalami trigger finger. Jika masalahnya karena penuaan, memang penyakit ini tidak bisa dihindari. Sebab proses aging sudah sewajarnya dilalui semua manusia. Pasien (khususnya manula) yang mengalami trigger finger biasanya mengganggap penyakit ini sebagai hal yang wajar terjadi. Mereka baru akan datang ke dokter kalau sudah merasakan sakit yang teramat sangat pada jari-jarinya. Namun tak menutup kemungkinan, trigger finger juga bisa disebabkan oleh cidera atau bawaan lahir.
Yang harus diperhatikan adalah ketika trigger finger terjadi di ibu jari (thumb). Mengingat fungsi ibu jari 60 persen memegang peranan fungsi tangan manusia dan pasti pasien akan langsung mengeluh. Apalagi tangan manusia pada dasarnya memiliki dua fungsi yaitu pinching (memegang) dan grasping (mencengkeram). "Jadi kalau kita kehilangan jempol, kita sudah kehilangan sebagian fungsi tangan dan itu pastinya sangat mengganggu aktivitas," pungkas Muki.
Trigger finger biasa terjadi dalam proses panjang yang berujung pada kekakuan yang terjadi karena penyempitan. Misalnya karena jari terus digerakan ketika melakukan aktivitas berat, terjadilah penjeratan yang menyebabkan jari jadi sulit digerakkan. Kalau penyakit ini sudah disertai sakit yang cukup hebat (terutama saat bangun pagi), pertanda jari tangan sudah mengalami peradangan.
Terlalu Banyak Mencengkeram
Pemain golf dicontohkan oleh Muki sebagai orang yang rentan terkena trigger finger. Umumnya jari kelingking mereka yang terkunci karena harus menahan beban berat stik golf serta kerap membuat gerakan mencengkeram kuat. Ini merupakan faktor predisposisi karena dominan menggunakan jari-jari tangan. Atau, orang-orang yang dominan menggunakan grasping (mencengkeram) atau lebih sering melakukan kegiatan berat di bagian tangan. Sehingga trigger finger bisa saja dialami oleh mereka yang memotong bahan makanan dalam jangka waktu yang lama.
Penguncian ini terjadi karena secara anatomi, fungsional jari ekstensor (untuk meluruskan jari) kekuatan ototnya lebih lemah dibandingkan otot fleksor. "Semua organ tubuh kita, yang namanya otot fleksor (seperti jari mengepal, menekuk) kekuatannya lebih besar dibandikan otot ekstensor. Sehingga pada saat jari yang tertekuk ingin diluruskan mengalami kesulitan atau lambat ekstensinya," tambah Muki lagi.
Bisa Terjadi Pada Bayi
Pada dasarnya, semua orang gemuk bisa terkena trigger finger. Sebab orang yang gemuk, otomatis tendonnya lebih tebal. "Selubung tendonnya, kan, dipenuhi cairan, jadi lebih bengkak dan ada kemungkinan di pagi hari jarinya lebih kaku. Coba perhatikan, orang gemuk ketika bangun pagi hari, pasti jari tangannya lebih kaku," jelas Muki.
Trigger finger juga bisa terjadi pada anak-anak, khususnya bayi. Anak yang mengalami trigger finger, secara anatomi pulley-nya mengalami penyempitan. Penyempitan ini terjadi karena kelainan di rahim. Jadi bagi para ibu yang baru melahirkan anak, sudah seyogianya memerhatikan pertumbuhan fisik bayi, terutama pada jari-jari tangannya.
Jika Si Ibu melihat atau merasakan jari bayinya cenderung menekuk, harus segera diwaspadai. Kalau ibu jarinya itu tidak bisa diluruskan dengan mudah dan kaku, ada kemungkinan Si Bayi mengalami trigger thumb kongenital. Jika benar, harus dilakukan operasi segera. Sebab ini tidak bisa diatasi dengan cara konvensional, seperti Si Ibu mengusap-usap ibu jari anak hingga lurus kembali, misalnya. Pasalnya pulley anak sudah terkunci sejak dalam kandungan.
Istirahatkan Jari
Mengalami trigger finger kala beraktivitas? Pertama, cobalah istirahatkan tangan dari berbagai aktivitas. Kalau terjadi pada thumb, istirahatkan dengan menggunakan thumb splint. Sedangkan kalau terjadi di jari-jari tangan lain Anda bisa memakai finger splint atau bidai (stik es krim). Taruh jari dalam posisi netral atau rileks (tidak menekuk dan tidak terlalu lurus).
Metode lainnya adalah melakukanlah kompres. "Saya lebih suka kompres dengan es, karena es bisa membantu mengurangi pembengkakan pada tempat pulley. Dengan harapan tidak terjadi penjeratan di sana, jadi lebih aman," saran Muki.
Selain itu, Anda juga bisa meminum obat, terutama obat nyeri. Bisa juga dibantu juga dengan obat antiradang namun pengonsumsian obat ini sebaiknya dikonsultasikan ke dokter dulu. Kalau dengan cara ini tidak berhasil, bisa melakukan penyuntikan steroid. Obat steroid yang dicampur dengan obat analgetik disuntikkan ke dalam pullay-nya. Hal ini bisa mengurangi proses pembengkakan dan pasien akan merasa nyaman kembali. Kalau tidak berhasil juga, segera lakukan operasi kecil yang hanya membutuhkan waktu 10 menit dan bisa dikerjakan di tempat praktik.
Ester Sondang