Waspadai Serangan Jantung Mendadak (1)

By nova.id, Rabu, 19 Oktober 2011 | 23:09 WIB
Waspadai Serangan Jantung Mendadak 1 (nova.id)

Waspadai Serangan Jantung Mendadak 1 (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang paling penting. Jantung mempunyai banyak fungsi dan kegunaan bagi tubuh, salah satunya memompa nutrisi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Setiap menit, jantung berdenyut 60-80 kali, dan setiap kali berdenyut, dipompakan darah sebanyak 70-80 cc. Artinya, sehari semalam jantung berdenyut sekitar 100 ribu kali dan dalam 24 jam dipompakan darah sebanyak 7.000 liter. Jantung kiri berfungsi memompa darah bersih (kaya oksigen/zat asam) ke seluruh tubuh, sedangkan jantung kanan menampung darah kotor (rendah oksigen, kaya karbon dioksida/zat asam arang) yang kemudian dialirkan ke paru-paru untuk dibersihkan.

Jantung bisa memompa karena memiliki otot yang sangat kuat. Nah, untuk memenuhi kebutuhan energi otot jantung, tersedia pembuluh darah/arteri koroner yang mengalirkan darah serat nutrisi. Menurut dokter spesialis Jantung dan Pembuluh darah dari RS Premier Bintaro, dr. Chandramin, Sp.JP, setiap manusia memiliki pembuluh darah koroner. Semakin tinggi kebutuhan jantung akan darah, seperti ketika berolahraga, pembuluh darah koroner akan bekerja menyalurkan darah juga semakin cepat.

"Penyakit jantung koroner terjadi bila suplai darah tidak seimbang dengan kebutuhan jantung, karena saluran tersumbat akibat penyempitan," jelas Chandramin saat menjadi pembicara pada seminar awam mengenai Hidup Berkualitas dengan Jantung Sehat, beberapa waktu lalu di RS Premier, Bintaro.

Suplai energi kimiawi ke otot jantung akan berkurang, sehingga terjadi gangguan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan. Akibatnya, otot jantung kekurangan oksigen sehingga timbul rasa nyeri dan dada terasa diremas. Jika ini terus terjadi, bisa jadi kerusakan otot jantung dan terjadi gangguan pemompaan. Pasien akan menghadapi gagal jantung, bahkan kematian mendadak.

Dinding Rapuh

Ada dua faktor risiko terjadinya jantung koroner. Yang pertama, faktor yang tidak bisa lagi diperbaiki seperti genetik dan gender. Laki-laki dan wanita memiliki faktor risiko yang sama. Hanya saja, sebelum menopause (usia di bawah 50 tahun), wanita lebih sedikit menderita jantung koroner dibanding laki-laki. "Soalnya di usia itu wanita masih dilindungi oleh hormon estrogen. Baru setelah mengalami menopause,  ketika hormon estrogen berhenti diproduksi, peluang untuk terserang penyakit jantung sama dengan pada laki-laki," ujar Chandramin. 

Faktor kedua adalah faktor yang bisa diperbaiki. Ada empat faktor dominan yang sebenarnya sangat bisa diperbaiki, antara lain merokok, kolestrol tinggi, hipertensi, dan diabetes. Keempat faktor ini berhubungan dengan gaya hidup, dan merupakan pemicu terjadinya masalah di pembuluh darah koroner.

Keempat faktor risiko utama inilah yang menyebabkan perlemakan dan pengapuran dinding pembuluh darah dan menurunkan kualitas dinding pembuluh darah. Proses perlemakan dan pengapuran pada dinding pembuluh darah ini bisa berjalan tanpa keluhan dan terjadi di seluruh tubuh, tidak hanya di pembuluh darah koroner atau pembuluh darah otak (yang bisa menyebabkan stroke).

Jika proses perlemakan sudah menyebabkan 70 persen saluran pembuluh darah menyempit, jelas ini akan mengganggu aliran darah. "Kalau sudah di atas 70 persen, biasanya akan memunculkan keluhan. Tapi, kalau masih di bawah 70 persen, belum ada keluhan," lanjut Chandramin.

Namun, meskipun tidak ada keluhan, proses perlemakan ini tetap mengancam. Dinding pembuluh darah akan rapuh. Jika rapuh, dinding bisa terkelupas atau lecet. "Padahal, dinding pembuluh darah tidak boleh ada perlukaan atau perlecetan karena akan menimbulkan gumpalan darah yang bisa menyumbat pembuluh darah," ujarnya.

Segera ke Rumah Sakit