Pahitnya Tahun Pertama (1)

By nova.id, Jumat, 23 Juli 2010 | 09:18 WIB
Pahitnya Tahun Pertama 1 (nova.id)

Siapa bilang tahun pertama itu manis melulu? Enggak juga, kok! Justru tahun pertama paling rawan dalam perkawinan

Kita mungkin akan terkejut dan heran bila mendengar suami-istri yang baru beberapa bulan menikah tapi sudah bercerai. Bukankah pada masa itu mereka bisa dibilang masih dalam masa berbulan madu? Tapi, itulah kenyataannya, tak sedikit pasangan yang justru bercerai sebelum usia perkawinan mereka genap setahun.

Tahun pertama perkawinan memang paling rawan. Ibarat koin, kata Dra. Dharmayati Utoyo Lubis, MA, PhD., tahun pertama memiliki dua sisi. "Satu sisi memang masih bulan madu, masih manis. Satu sisi lainnya adalah masa penyesuaian, sehingga akan banyak menumbuhkan konflik," terang pembantu dekan I Fakultas Psikologi UI ini. Nah, konflik inilah yang merupakan pemicu terjadinya perceraian apabila suami-istri tak mampu mengelola konflik secara baik.

TAK SEMANIS YANG KUSANGKA

Yang namanya bulan madu, ujar Yati, maka kemanisan itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. "Sesudah itu muncullah topeng sebenarnya. Di balik segala kebagusan yang selama ini ditunjukkan sejak masa pacaran, kini mulai kelihatan borok-boroknya." Dengan kata lain, masing-masing mulai keluar watak aslinya. Hal ini terjadi lantaran mereka sudah capek memakai topeng, sudah capek untuk menampilkan yang bagus-bagus melulu.

Nah, pada saat itulah, ketika mereka mulai kelihatan aslinya, mulailah muncul pertanyaan-pertanyaan. "Sebenarnya apa, sih, yang membuat saya menyukainya? Ternyata ia begini saja, kok. Tak semanis yang kusangka." Lantas ia pun merasa salah pilih. Padahal, orang menikah itu, kan, enggak cuma seketika. Tentunya keputusan untuk menikah sudah dipikirkan matang-matang sebelumnya, karena menyangkut kehidupan pribadi. Jadi, kalau ia sampai merasa salah pilih berarti dulu enggak dipikir lagi sebelum memutuskan menikah.

Memang, aku Yati, tak semua pasangan akan mengalami hal demikian. "Ada, kok, yang sampai setahun tetap manis terus." Itu bisa terjadi kalau selama pacaran sudah saling membuka diri, sudah tahu yang jelek-jeleknya, sehingga tak kaget lagi setelah menikah. Tapi jika selama pacaran yang diketahui dan diperlihatkan hanya yang bagus-bagus saja, maka akibatnya akan mengalami masa rawan tersebut.

SOAL SEPELE YANG BIKIN KONFLIK

Adapun masalah yang kerap timbul di tahun pertama perkawinan, menurut Yati, sebenarnya cuma pernik-pernik yang kelihatannya sepele tapi dirasakan sangat mengganggu. Misalnya, soal yang satu jorok yang satu rapi. "Masak, kalau habis mandi handuknya main lempar sembarangan saja, bukannya diletakkan di tempatnya. Padahal sudah saya sediakan tempat. Belum lagi pulang kantor, sepatu ditaruh di bawah sofa, tas kantor di atas meja makan, taruh pakaian kotor sembarangan, dan sebagainya." Nah, hal-hal seperti itu kelihatannya kecil, tapi kalau pasangannya ternyata adalah orang yang sangat rapi dan teratur, maka ini bisa jadi masalah.

Selain itu, yang kerap muncul adalah tak pernah dibicarakannya soal keuangan. "Sebetulnya paling bagus ketika kita sudah serius sekali pacaran, bicarakan masalah keuangan ini. Bagaimana pandangan kamu tentang keuangan? Apakah harus ada pot yang diisi oleh gaji kita berdua, atau cukup dipegang masing-masing, hanya kamu bertanggung jawab dalam bidang apa dan saya bidang apa. Kelebihannya itu urusan masing-masing, dan sebagainya." Termasuk pemberian uang untuk orang tua masing-masing, juga harus dibicarakan. Kalau tidak, bakalan ribut, deh!

Yati lantas menuturkan pengalaman kliennya yang baru setahun menikah tapi sudah minta cerai. Gara-garanya, si suami memberi lebih banyak kepada orang tuanya daripada ke mertua. Karena ibunya janda dan tak punya pensiun sehingga dialah yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibunya, sedangkan orang tua istrinya masih komplit dan tergolong berada. Tapi karena hal ini tak pernah dibicarakan, maka ketika si istri tahu tentunya ia menganggap tindakan suaminya itu tak adil. Jadilah mereka konflik dan si istri minta cerai.

Masalah lain yang kerap muncul ialah perilaku pasangan yang layaknya masih bujangan. Suami pulang ke rumah seenaknya, tak sadar istrinya menunggu untuk makan malam bersama, bersikap masa bodoh dengan keadaan rumah, dan lainnya.