Mengembangkan Kecerdasan Lewat Bentuk dan Warna

By nova.id, Sabtu, 1 Januari 2011 | 17:01 WIB
Mengembangkan Kecerdasan Lewat Bentuk dan Warna (nova.id)

Di dalam susunan IQ, tambah Hapidin, ada satu subpotensi intelektual yang namanya spacial ability atau pemahaman ruang. Nah, mereka yang kemampuan spasialnya rendah, saat melihat sebuah ruangan mungkin akan mengatakan "Ah, biasa-biasa saja, kok, nggak ada yang istimewa." Tak demikian halnya dengan mereka yang kemampuan spasialnya bagus; hanya dengan melihat sekilas ia langsung bisa tahu, "Ini miring, lho. Segi panjangnya nggak imbang antara yang kiri dan kanan." Kalau pengenalan semacam ini tak distimulasi, tak dipekakan sejak dini, tak akan sedemikian terasah saat anak besar.

Tapi belum terlambat, lho, Bu-Pak, bila si kecil baru diperkenalkan di usia batita. Bukankah yang namanya pendidikan tak kenal kata terlambat? Nah, perkenalkan anak pada berbagai bentuk lewat mainan dan benda-benda yang ada di sekitarnya. Biarkan ia sibuk dengan panci, ember plastik, terompet, bahkan sapu dan kursi. "Lewat pengalaman bermainnya ini, minimal ia bisa menangkap makna aneka warna dan bentuk," kata Hapidin. Semakin orang tua mendorong atau memancing anak secara kreatif memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitarnya, semakin positif pula dampaknya bagi anak. "Keterampilan kognitifnya akan semakin terasah."

Namun Hapidin mengingatkan agar orang tua tak terjebak dalam pengenalan yang terkotak-kotak untuk masing-masing kelompok anak usia 1, 2 atau 3 tahun. Soalnya, mengenalkan konsep bentuk dan warna harus dilakukan secara terpadu dan bertahap karena kemampuan ini akan mengalami peningkatan sesuai pertambahan usia anak. Misal, bayi "hanya" bisa mengenal warna-warna dasar, sementara anak yang lebih besar, kemampuannya lebih terasah hingga bisa mengenali warna-warna yang lebih kompleks.

Seiring dengan pengenalan tersebut, berilah kesempatan pada anak untuk bersosialisasi agar ia tak "ketinggalan kereta". Hapidin lantas mengambil contoh seorang anak yang orang tuanya berasal dari pendidikan dan ekonomi sangat bawah, namun survive dan memiliki interaksi sosial sangat tinggi. "Meski di rumahnya nggak punya mainan, ia bisa pinjam mainan di tempat teman-temannya, termasuk mengoperasikan mainan secanggih play station. Akhirnya, ia punya bekal tentang konsep tata warna, tata letak, dan bentuk bangunan hingga bisa merangkai dan menuangkannya dalam lukisan yang luar biasa bagus."

Artinya, jelas Hapidin, orang tua boleh saja punya keterbatasan, namun dengan tak mengkungkung anak dalam keterbatasannya tadi, anak akan tetap mengalami proses tumbuh kembang yang maksimal. "Dengan memberikan kebebasan yang terkontrol, anak akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang menakjubkan melalui interaksi sosialnya." Jadi, tandasnya, pengaruh lingkungan bisa mengoptimalkan potensi yang ada pada anak.

MENGEMBANGKAN BERPIKIR ALTERNATIF

Penting diketahui, pengenalan warna erat kaitannya dengan pengasahan kemampuan imajinatif dan artistik anak. Dalam bahasa lain, lebih mengasah bakat dan kemampuan di bidang seni. Soalnya, salah satu faktor pembangun imajinasi dan kreativitas adalah aspek warna. Bukankah orang seni biasanya paling kreatif? "Nah, anak yang memperoleh stimulasi mengenai tata warna, tentu akan dengan cepat memadukan warna yang serasi antara benda yang satu dengan benda lainnya hingga betul-betul enak dilihat. Sementara yang tak distimulasi, boleh jadi dalam memilih warna baju pun akan 'tabrakan' dan terkesan norak," tutur Hapidin.

Selain mengasah bakat dan kemampuan di bidang seni, pengenalan warna juga berkaitan erat dengan pola berpikir alternatif. Misal, anak memilih hijau untuk warna genting. Mungkin ia pernah melihat genteng hijau. Bukankah sekarang banyak perumahan yang gentengnya hijau? Tapi boleh jadi karena ia memang punya pemikiran lain. Misal, seandainya suatu saat terjadi perang, maka genteng yang hijau akan dilihat pesawat pengintai bukan sebagai perumahan hingga terlepas dari sasaran pengeboman. "Nah, kita harus memuji anak atas kemampuannya 'berpikir panjang'. Kita saja enggak berpikir sejauh itu, mereka malah bisa, lho."

Jadi, Bu-Pak, kalau si kecil kedapatan menggambar ayam dan diberi warna hijau, misal, jangan dilarang atau disalahkan, ya. Yang perlu dilakukan adalah menggali alasannya memberi warna tersebut. "Karena waktu ke Kebun Binatang, aku melihat ayam warnanya hijau," mungkin begitu jawabannya. Padahal yang dimaksud adalah ayam merak. "Selama anak punya reasoning atau alasan, kita tak berhak melarang anak menggunakan warna tertentu yang jadi pilihannya. Biarkan ia memilih warna sesuai pengalamannya. Ingat, pengetahuan dan pengalamannya masih terbatas. Jadi, biarkan ia belajar dari pengalamannya." Menurut Hapidin, kita hanya perlu mengarahkan karena anak yang asal mewarnai tentu berbeda dengan anak yang punya reasoning.

Pola berpikir alternatif juga akan berkembang melalui "permainan" mencampur beberapa warna untuk menghasilkan suatu warna baru. Bukankah dalam menentukan suatu warna yang hendak digunakan tak harus 100 persen merah, misal, atau kuning, tapi juga bisa warna hasil campuran merah dan kuning, yaitu jingga? Untungnya, kini banyak kelompok bermain yang sudah memperkenalkan program eksperimen mencampur warna. "Dalam program ini, anak bebas berekspresi mencampur warna apa saja. Saat mencampur, ia melihat sendiri apa hasil percampuran warna-warna tertentu; merah dengan kuning, merah dengan biru, biru dengan kuning, dan seterusnya."

Selain mengembangkan pola berpikir kreatif, "permainan" ini juga akan menggugah rasa ingin tahu anak untuk mendalami ilmu pengetahuan. "Ada proses pengembangan visual dan science, meski baru taraf paling sederhana, karena mau tak mau, anak tertantang untuk tahu lebih banyak tentang kejadian-kejadian alam di sekitarnya." Misal, mencampur air dan gula hingga terhidang segelas air manis atau air dan sirup menjadi larutan berwarna tertentu yang menarik dan menggugah selera.

Ternyata manfaatnya luar biasa, ya, Bu-Pak, dari pengenalan warna dan bentuk. Nah, tunggu apa lagi? Buruan, deh, kenalkan si kecil pada aneka warna dan bentuk.

Julie/nakita