Misalnya, soal pakaian. Bagi sebagian orang, cara berpakaian sering menimbulkan penafsiran yang berbeda. Bila si adik ipar mengenakan busana yang dirasa tak pantas, tak ada salahnya ditegur. Istri juga harus berperan. "Ia bisa mendekati adiknya supaya tak terjadi hal-hal yang mengganggu ketenteraman keluarganya." Begitupun bila ia melihat si adik duduk sembarangan, misalnya, tak ada salahnya diberi tahu.
Sayangnya, suami kadang tak mendukung. Dalam arti, suami merasa istrinya terlalu cemburu. Karena itulah Rostiana menekankan, "Keterbukaan bukan untuk menimbulkan kecemburuan, tapi justru untuk menjaga sehingga masing-masing pihak menghormati pihak lain."
Yang juga penting, ada kesepakatan antara suami istri bahwa mereka memang punya ikatan. Dengan demikian kehadiran ipar tak akan mengganggu ikatan antara suami dan istri. Misalnya, selalu menyempatkan diri untuk berduaan.
Di sisi lain, ipar juga harus tahu diri. Bila melihat kakaknya dan suami tengah berduaan menonton TV, "Ya, menyingkirlah. Kalau tidak, akan menimbulkan rasa tak enak pada pasangan. Mau menegur langsung, kan, nggak enak. Masa adiknya masih nonton TV disuruh tidur? Jadi iparlah yang harus mengerti."
Apabila istri "mencium" ada yang tak beres antara suami dan adiknya, "Yang lebih dulu harus diajak bicara, ya, suami. Karena hubungan ini, kan, antara suami dan istri. Artinya, mungkin saja kecurigaan itu tak beralasan dan hanya perasaan sang istri. Nah, dengan berbicara, segalanya bisa di-clear-kan, sehingga tak mengganggu hubungan lebih lanjut," papar Rostiana.
Jika istri langsung bicara pada adiknya, apalagi jika baru merupakan kecurigaan, bisa-bisa hubungan dengan keluarga besar terganggu. "Bisa saja, kan, sang adik mengadu pada orang tuanya?" tanya Rostiana.
Suami juga sebaiknya juga menjaga perasaan orang yang ada di rumah. Misalnya, mengetuk pintu sebelum masuk kamar adik ipar. "Ia harus peka bahwa tingkah lakunya bisa menimbulkan persepsi yang mungkin berbeda di mata istri maupun adik iparnya." Tapi, selama suami menunjukkan peran sebagai kepala keluarga yang dihormati, "Segalanya pasti berjalan lancar."
Apa pun, kata psikolog ini, "Kedewasaan suami-istri amat diperlukan agar bisa dengan terbuka membahas masalah-masalah yang menyangkut mereka berdua." Sepanjang suami-istri sepakat untuk menyelesaikan masalah berdua, dampaknya justru lebih positif karena tak mengganggu hubungan dengan keluarga besar masing-masing.
Hasto