Babysitter, "Ibu" Buat Si Kecil

By nova.id, Sabtu, 3 April 2010 | 17:25 WIB
Babysitter Ibu Buat Si Kecil (nova.id)

Kehadirannya sangat diperlukan, terutama bagi para ibu yang bekerja. Tapi, bagaimana kalau si buah hati lebih lengket dengannya ketimbang dengan Anda?

Kesalahan utama para ibu dalam pengasuhan putra-putrinya adalah menyerahkan hampir seratus persen urusan si anak kepada pengasuhnya. "Seharusnya ibu tetap meluangkan waktu untuk si anak, kendati ia sibuk bekerja," tutur Prof.Dr. Suprapti Sumarmo Markam, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ini memang dilema bagi ibu bekerja. Di satu sisi, kesibukannya di kantor menyita hampir seluruh waktunya. Berangkat pagi menuju tempat kerja, pulang ke rumah sudah malam. Kesempatan untuk mengurus anak hampir tak ada lagi. Apalagi buat para ibu yang bermukim jauh dari tempat bekerja. Di sisi lain, ia tetap harus punya kedekatan dengan anaknya.

"Sampai rumah, saya sering sudah lelah. Dan anak pun sudah tidur," ungkap Ibu Agung, ibu seorang balita.

PERAN IBU

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, si kecil memerlukan figur ibu yang memberinya kasih sayang. Karena ibu tak ada, anak akan menemukan hal itu pada babysitter-nya yang sehari-hari selalu bersamanya. Si kecil sudah mengerti, jika ia ingin pipis, babysitter yang akan membantunya. Jika lapar, babysitter yang menyuapinya, jika mengantuk babysitter pulalah yang meninabobokannya.

Jadi, tak perlu heran kalau kemudian ia lebih lengket dengan pengasuhnya. Tak mau ditinggal pergi oleh pengasuh, tak mau makan kalau si pengasuh tak ada, dan rewel menjelang tidur karena tidak mendapat nyanyian seperti yang biasa diberikan pengasuhnya.

Seharusnya ini tak perlu terjadi jika ibu tahu persis fungsi babysitter hanyalah membantu pengasuhan anaknya saat ia pergi. "Jadi, kalau ada di rumah, ibulah yang berperan," kata Suprapti, yang berpraktek di RSIA Hermina Jatinegara. Dari memandikan anak, menyuapi, bermain, sampai tidur menjadi urusan ibu dan ayah.

Jika tak bisa dilakukan sepanjang waktu, hal tersebut bisa dilakukan selama akhir pekan. Tundalah semua acara pribadi, demi si kecil. Dan buatlah kegiatan yang melibatkan si kecil, tanpa diganggu dengan urusan kantor ataupun kepentingan pribadi lainnya.

Tapi lantas jangan diartikan negatif dalam arti cenderung memanjakan anak, menuruti segala kemauannya untuk menebus kesalahan orang tua. Si anak harus tetap diajarkan disiplin, tatakrama, dan sebagainya. Dengan demikian anak tetap melihat dan merasakan peran orang tua (terutama ibu) dalam hidupnya. Sehingga kendati ibunya tak ada, ia tahu bahwa babysitter itu hanyalah pengganti saat ibunya pergi.

TERLANJUR LENGKET

Pastilah Anda cemburu ketika si kecil sudah terlanjur lengket dengan pengasuhnya. "Terlanjur tak tergantikan," kata Suprapti. Padahal kita tahu kedekatan si kecil dengan babysitter akan berpengaruh pada perkembangannya. Bukan tidak mungkin anak banyak mencontoh dan meniru perilaku dan kebiasaan si babysitter, mengingat pada masa balita anak berada pada fase peniruan.

Tapi bukan berarti Anda boleh marah-marah untuk melampiaskan kekesalan pada pengasuh. Jangan pula tergesa-gesa memecatnya dengan alasan ia sudah "merebut" peran Anda. Pikirkan baik-baik keputusan tersebut. Salah-salah si kecil malah semakin rewel karena kehilangan orang yang selama ini dekat dengannya.

Lebih baik pelajarilah bagaimana cara yang diterapkan pengasuh pada anak. Selama itu positif, ibu dan ayah bisa menirunya. Sediakanlah waktu lebih banyak buat anak. Tak cukup di hari libur, pada hari biasa pun Anda bisa menyempatkan diri kendati cuma sebentar.

Kecuali itu, orangtua pun bisa tetap memonitor anak dari jauh. "Misalnya ngobrol lewat telepon buat anak yang sudah bisa bicara," saran Suprapti. Berikan kesempatan pada buah hati Anda untuk "bercerita" lewat telepon tentang kegiatannya hari itu. Pancinglah ia dengan pertanyaan yang menarik, misalnya, "Eh, makananmu hari ini, enak atau tidak? Wah, bagi-bagi Ibu, dong!"

Hindari mengulang pertanyaan yang membosankan, misalnya, "Sudah makan belum? "Sudah minum susu?" dan seterusnya.

Kecuali itu, selama Anda bekerja jangan cuma mengandalkan pengasuhan si kecil pada satu orang. Libatkan pula pembantu lain yang ada di rumah. Begitu juga saudara yang tinggal bersama Anda. Entah itu ipar atau keponakan. "Hal tersebut untuk menghindarkan si kecil dari ketergantungan hanya pada satu orang," tegas Suprapti.

Misalnya, sesekali si kecil dimandikan ipar Anda atau makan siang bersama pembantu rumah tangga (PRT), sementara babysitter makan siang atau istirahat.

ATURAN MAIN

Sah-sah saja Anda menganggap kehadiran babysitter sangat membantu. Tapi perlu diingat, urusan pendidikan, pengasuhan, dan perawatan anak, tetap berada di tangan Anda. Anda yang punya aturan main, babysitter hanyalah pelaksana. Jangan sebaliknya, dia yang mengatur Anda.

Banyak terjadi, para ibu mulai mengeluh ketika si pengasuh bertindak semaunya. Si pengasuh merasa dirinya paling mengerti kebiasaan anak sehingga dialah yang bisa memutuskan dan memilih aturan. Misalnya, membolehkan si anak main atau tidak, membolehkan si anak jajan atau tidak.

Hal tersebut tak akan terjadi bila dari awal Anda sudah menerapkan aturan main pekerjaan. Sejak pertama babysitter datang ke rumah, beri tahu apa saja tanggung jawab dan tugas-tugasnya. Kemudian, beri ia pengetahuan tentang perkembangan anak, misalnya memberi tahu bahwa saat usia batita anak sering ngotot dengan kemauannya, sehingga kita harus lebih sabar. Bukan dengan cara selalu menuruti kemauannya.

Jangan segan untuk langsung menegur saat ia melakukan kesalahan. Jangan membiasakan untuk menundanya. Misalnya, si babysitter tidak langsung mengganti popok saat si kecil ngompol. Beri ia pengertian bahwa air kencing yang dibiarkan akan membuat kulit si kecil merah dan gatal-gatal.

Jangan bosan mengajari dan membekali babysitter dengan pengetahuan tentang anak. Beri ia bacaan ringan yang bertema pengasuhan, baik itu kesehatan maupun psikologi. Perlu Anda ingat, bekal pengetahuan babysitter tentang pertumbuhan dan perkembangan balita sangatlah minim. Karena kebanyakan penyalur/yayasan babysitter hanya memberi pendidikan beberapa minggu saja. Itu pun cuma dasar-dasarnya saja.

Anda perlu memolesnya lagi sehingga sesuai dengan harapan serta keinginan Anda. Jadi, Anda pun bisa menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Kalau sudah cocok, Anda juga yang senang, kan? Aman dan tenang rasanya meninggalkan rumah.

Profil babysitter Ideal

Harus ada kecocokan antara anak dan babysitter-nya. Hal ini akan memudahkan bagi keduanya. Anak akan mudah diasuh, babysitter akan mudah mengasuh. Mungkin Anda tak akan menemukan babysitter ideal dari yayasan penyalur. Tapi, minimal ia memiliki persyaratan sebagai berikut:

* Rapi dan Bersih

Penampilannya mencerminkan kepribadiannya. Kebersihan dan kerapian pertama kali bisa dinilai dari penampilannya, misalnya berpakaian rapi, berkuku bersih, rambut tersisir, kulit bersih, dan sebagainya. Sekaligus ia pun bersih dan rapi dalam hal perawatan anak. Misalnya, selalu membersihkan alat kelamin si kecil setelah ngompol dan kemudian tak pernah lupa membasuh tangannya. Ingat, lo, terutama bayi, masih sangat rentan terhadap berbagai penyakit.

* Sehat

Kesehatan sangat penting, baik fisik maupun mental. Lagipula dengan babysitter sehat, anak terhindar tertular penyakit. Jangan segan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dari calon babysitter. Mahal sedikit tak apa, demi anak Anda.

* Ceria 

Pembawaan babysitter yang ceria akan berdampak pada si kecil. Lebih bagus lagi jika ia memiliki rasa humor, sehingga bisa memberi suasana gembira pada anak.

* Sabar

Kesabaran adalah salah satu modal utama dalam pengasuhan anak. Sabar di sini tidak diartikan sebagai tidak boleh marah. Seorang babysitter boleh saja marah. Caranya, memberitahu atau menegur anak bila melakukan kenakalan.

* Jujur

Kejujuran juga modal utama dalam segala hal. Bayangkanlah, apa jadinya jika Anda punya babysitter suka berbohong? Salah-salah, anak Anda dikatakan sudah makan saat ditinggal pergi oleh Anda. Padahal, tak sesendok nasi pun masuk ke mulutnya. Atau ia mengatakan sudah meminumkan obat, padahal obatnya dimuntahkan si kecil.

* Punya Pengetahuan Dasar

Babysitter wajib mengetahui gejala-gejala penyakit yang pada umumnya diderita anak, dan mampu mengatasinya pada gejala awal. Ia pun perlu tahu pencegahan suatu penyakit. Misalnya, selalu mensterilkan peralatan minum dan makan anak. Juga menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan bermain si anak. Misalnya menjauhkan benda-benda tajam jauh dari jangkauan anak.

* Punya Pengetahuan Tentang Makanan

Paling tidak babysitter mengetahui makanan bergizi yang bisa dikonsumsi anak sehingga Anda bisa memintanya untuk membuat makanan tersebut jika Anda tak punya kesempatan.

* Memahami Perkembangan Anak

Minimal ia tahu bayi harus banyak diajak bicara supaya bisa bicara. Anak butuh bermain dengan permainan yang tidak berbahaya. Anak banyak bergerak, anak gemar bertanya, anak tidak mudah diatur, dan sebagainya.

* Bisa Mendongeng

Minimal ia bisa membacakan cerita untuk anak. Sehingga bisa mengisi waktu bermain dengan mendongeng. Tapi, ingatlah Anda tetap bertanggung jawab untuk memilihkan dongengan yang tepat bagi anak. Jangan sampai si babysitter menceritakan hal-hal yang negatif, seperti cerita-cerita seram.

* Bisa Menyanyi

Menyanyi adalah satu kegiatan yang disukai anak. Lebih bagus jika babysitter bisa menyanyi, kendati tak bersuara merdu.

* Kreatif

Ia punya segudang akal untuk mengatasi kerewelan yang sering ditimbulkan anak kecil. Misalnya ketika akan mogok makan, ia mampu membuat suasana makan menyenangkan (sambil bermain). Yang penting, jangan membujuk anak kecil dengan cara menakut-nakuti.

* Teman Bermain

Seorang babysitter harus bisa menjadi teman bermain yang menyenangkan. Ia pun mampu menciptakan permainan-permainan yang menarik buat anak sehingga si anak tidak bosan. Ia pun tergolong "cerewet" (suka mengajak anak Anda ngobrol). Dengan demikian, bayi Anda tidak akan didiamkan begitu saja

Mewawancarai Calon Pengasuh Anak

Seperti halnya tes masuk kerja, Anda pun bisa melakukan wawancara pada calon babysitter. Setidaknya Anda akan memperoleh gambaran kepribadian dan kemampuannya. Apa saja yang perlu Anda tanyakan, ikuti panduan berikut:

* Identitas Lengkap

Anda perlu tahu identitasnya secara lengkap, misalnya nama, umur, pendidikan, asalnya, dan kerabatnya yang bisa dihubungi. Catatlah semuanya. Hal tersebut untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.

* Pengalaman Kerja

Tanyakan mengenai pengalaman kerjanya selama ini. Mintalah ia bercerita secara detil, misalnya mengasuh anak usia berapa bulan, berapa lama ia bekerja di sana, dan mengapa ia keluar dari tempat kerjanya

* Menggali Kemampuannya

Lemparkan pertanyaan sesuai dengan yang Anda butuhkan darinya. Misalnya, apa yang akan dilakukan olehnya jika si anak tiba-tiba panas? Mintalah ia mempraktekkan bagaimana mengukur suhu tubuh si kecil. Atau bagaimana ia mengatasi si kecil yang tiba-tiba rewel tak mau makan.

Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu Anda bisa menggali sejauh mana kemampuannya. Apakah sesuai atau tidak dengan yang Anda harapkan.

* Menggali Kepribadiannya

Terkadang dari wajah dan penampilan, kita bisa menilai kepribadian seseorang. Tapi untuk lebih yakin, ujilah dengan cara mengajaknya bicara lebih banyak. Dari sana Anda bisa tahu apakah dia cukup sabar atau gampang marah, lembut atau kasar, doyan bicara atau pendiam, dan sebagainya.

Riesnawiati Soelaeman/nakita