* Jumlah Sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan semen. Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. "Cairan semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-8," papar dr. Bowo. Nah, volume cairan semen dianggap rendah secara abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga dianggap abnormal.
Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria. Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan mempertahankan kualitas spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.
* Kelainan Bentuk (Morfologi).
Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel telur.
* Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan panjang. Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bisa mencapai sel telur.
Kasus lemahnya pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap dijumpai. Adakalanya malah spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan spermatozoa dibagi dalam 4 kategori: a. Bergerak cepat dan maju lurus b. Bergerak lambat dan sulit maju lurus c. Tak bergerak maju (bergerak di tempat) d. Tak bergerak.
Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama dengan 50%.
Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tak bergerak. "Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi," jelas Tri Bowo. Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel sperma.
* Cairan Semen Terlalu Kental
Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit bergerak. Pembuahan pun jadi sulit karena sel sperma tak berhasil mencapai sel telur. Pada kasus normal, saat diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.
* Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang sangat halus. Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar. Umumnya hal ini disebabkan trauma pada benturan. Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin sehingga menyuburkan kehidupan virus atau bakteri.
* Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti gondongan, gonorrhea, sifilis, dan sebagainya. Untuk diketahui, testis merupakan pabrik sperma. Dengan demikian kesehatannya harus dijaga. Soalnya, testis yang sehat akan menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan kuantitas.
Testis ini sangat sensitif. Mudah sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Jika testis terganggu, produksi sperma bisa terganggu. Mungkin saat berhubungan, pria tetap mengeluarkan sperma. Hanya saja tanpa sel sperma (azoospermia).
PENGOBATAN
Mengingat sumber gangguannya sangat beragam, yang lebih dulu harus dicari adalah penyebab utamanya. Pada beberapa kasus, semisal sperma jelek atau ada kelainan bentuk, tidak dapat diperbaiki.
Jika infertilitas pria berasal dari masalah anatomi atau infeksi, pengobatannya berupa koreksi pada masalah utamanya. Misalnya, pada saluran yang tersumbat diupayakan pelebaran saluran melalui operasi. Kalau masalahnya berupa disfungsi seksual, pengobatannya berupa pendidikan, konseling atau terapi (seperti pada teknik seksual, frekuensi hubungan seks, dan fisiologi reproduksi). Juga diberikan nutrisi yang baik berupa vitamin tambahan.
Cara terapi lainnya adalah menjalankan pola hidup sehat, seperti konsumsi makanan sehat, cukup olahraga, menghindari penyakit menular seksual, dan menciptakan ketenangan psikis. Cara-cara seperti ini membantu mengatasi kualitas sperma yang kurang baik dan menjaga alat kelamin dari lingkungan panas dan radiasi.
Dengan pola hidup sehat, secara tak langsung kaum pria telah menjaga fungsi testis. Fungsi testis itu diatur oleh poros Hipotalamus yang menghasilkan hormon pelepas Gonadotropin (GnRH). Selanjutnya GnRh inilah yang akan merangsang kelenjar hipofisa menghasilkan hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Pria yang menderita penurunan level FSH (yang menstimulasi pembentukan sperma) dapat merespon pada pengobatan dengan vitamin B. Sedangkan yang mengalami penurunan LH (yang membantu pematangan sel sperma) bisa memberi respon pada terapi chorionic gonadotropin (substansi hormonal yang menstimulasi fungsi testikular).
Pria dengan tingkat LH normal atau tinggi memerlukan dosis testoteron yang rendah. Dengan penurunan tingkat testosteron, mengurangi motilitas sperma, dan jumlah sperma yang rendah akan memberikan respon terhadap chorionic gonadotropin.
BAYI TABUNG
Jika kelainan yang ada tak bisa dikoreksi, harapan memiliki keturunan hanya bisa dilakukan dengan inseminasi buatan. Bisa dengan cara inseminasi buatan dari suami (artificial insemination by husband/AIH) atau inseminasi dari donor (artificial insemination by donor/AID) jika kerusakan yang terjadi sangat parah sehingga tak bisa dikoreksi.
Program inseminasi buatan dilakukan dengan teknik ICSI (Intracyplasmic Sperm Injection). Teknik ini dilaksanakan bila hanya terdapat sedikit sel sperma yang bergerak saat ejakulasi. Sperma ini lalu dicuci dan dipilih yang terbaik. Dengan menggunakan jarum yang sangat kecil dan halus, sperma yang terpilih tadi kemudian disuntikkan ke dalam sitoplasma sel telur.
Pada hari kedua sejak penyuntikan sel sperma ke dalam sel telur, barulah bisa diketahui apakah terjadi pembuahan. Satu hari kemudian baru terbentuk embrio yang siap dimasukkan ke dalam rahim. Embrio yang baik biasanya berbentuk bulat, mengkilat, berwarna biru, serta pembelahan selnya bagus. Sedangkan embrio yang lain disimpan (kriopreservasi) dan dapat digunakan jika istri kelak membutuhkan lagi.
Kemajuan teknologi saat ini memang memungkinkan untuk tetap memiliki keturunan. Yang harus diingat, semua itu cuma alat bantu karena segala sesuatunya ada yang mengatur dan menentukan: Yang Maha Kuasa.
Riesnawiati Soelaeman