Jika Sulit Punya Keturunan

By nova.id, Selasa, 23 Maret 2010 | 10:32 WIB
Jika Sulit Punya Keturunan (nova.id)

Pasangan suami-istri selalu mendambakan kehadiran anak. Masalahnya, tak semua pasangan bisa mendapatkannya dengan mudah karena terdapat gangguan. Apa yang mesti dilakukan?

Untuk menjadi hamil diperlukan dua orang, laki-laki dan perempuan karena kehamilan merupakan pertemuan antara bibit laki-laki (spermatozoa) dengan bibit perempuan (sel telur). Pertemuan keduanya dikenal dengan istilah pembuahan (konsepsi). Hanya saja, tak semua pertemuan itu menghasilkan pembuahan. Ada banyak syarat yang harus dipenuhi agar terjadi konsepsi.

Salah satunya, organ-organ reproduksi yang sehat. Bukan cuma organ reproduksi wanita. tapi juga pria. Masing-masing memiliki fungsi yang sama. Jadi, salah kaprahlah jika pihak wanita selalu dijadikan "tertuduh" kalau tak juga hamil. Ia dikatakan infertil.

Padahal, seperti dijelaskan dr. Tri Bowo Hasmoro, Sp.And dari RSIA Hermina, "Seseorang bisa disebut menderita infertilitas bila belum memiliki keturunan mesti telah berhubungan intim dengan teratur selama setahun tanpa alat kontrasepsi." Menurut data, ada sekitar 15 persen kasus infertilitas pasangan usia subur (15-44 tahun). Dari kasus itu, 30 persen penyebabnya adalah pihak pria, 50 persen wanita, dan sisanya gabungan masalah pada pria dan wanita.

"Yang jelas, pria pun punya andil yang sama besar dengan wanita dalam kasus infertilitas. Jadi, tak benar jika wanita selalu disalahkan tanpa pembuktian lewat pemeriksaan akurat," ungkap Tri Bowo.

SERANGKAIAN TES

Perlu pula diketahui para suami, sebetulnya tak ada hubungan antara kejantanan pria dengan infertilitas. Pria yang tampak sehat dengan tubuh berotot, bukan jaminan. Bahkan meski ia mampu melakukan hubungan seks, tak berarti ia mampu memiliki keturunan.

Sebab itulah, jika si jabang bayi tak juga hadir, akan sangat baik jika suami dan istri sama-sama memeriksakan diri. Untuk pihak wanita, menemui dokter kandungan dan pria berkonsultasi ke ahli andrologi. "Jika keduanya melakukan konsultasi, ahli akan mudah memberi jalan keluar jika memang ditemukan kelainan,"ungkap lulusan Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya, Jakarta.

Masing-masing pihak akan menjalani serangkaian pemeriksaan. Misalnya untuk pihak pria akan dicatat riwayat kesehatan sejak pertumbuhan. Hal ini untuk memberi gambaran perkembangan seksual yang abnormal, pubertas yang terlambat, ketidaksuburan pada hubungan sebelumnya (jika pernah), dan riwayat medis (seperti demam lama, penyakit gondong, status nutrisi yang jelek, atau luka pada alat kelamin).

Pemeriksaan berikut adalah pemeriksaan laboratorium dengan analisa sperma rutin. Dokter juga akan melakukan tes seperti studi alat tubuh yang mengontrol sekresi hormon dan formasi sperma, serta ukuran tingkat testosteron dalam darah. Kadang disertai pula dengan biopsi (pemotongan dan analisis jaringan testikel) serta rontgen Sinar X dari alat reproduksi.

Jika tidak ada masalah dari hasil sperma rutin (yang berarti tak ada masalah yang ditemukan pada pihak suami maupun istri, dokter akan melakukan tes imunologis dengan memberikan antigen antibodi terhadap sperma. "Dari tes ini bisa diketahui ada-tidaknya reaksi penolakan dari istri terhadap sperma suami," jelas Tri Bowo, yang mengambil spesialisasi Andrologi di Universitas Indonesia.

Riesnawiati Soelaeman