Hepatitis A Banyak Menyerang Balita

By nova.id, Senin, 29 November 2010 | 17:03 WIB
Hepatitis A Banyak Menyerang Balita (nova.id)

Hati-hati jika si kecil tampak lemas, lesu, mual, atau muntah. Mungkin saja merupakan indikasi terkena hepatitis.

Sebagaimana kita ketahui, ada 3 macam hepatitis, yaitu hepatitis A, B, dan C. Penyakit akibat virus yang merusak hati ini ditularkan melalui berbagai cara. Pada hepatitis A, terang Dr. Zuraida Zulkarnain, Sp.A(K) dari Sub. Bagian Hepatologi Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, penularan yang utama melalui fekal oral (kotoran) akibat kontak erat individu dan melalui makanan serta minuman yang terkontaminasi. Misal, dari makanan yang sudah tercemar oleh virus.

Mengingat anak balita, sudah mulai bersosialisasi dan cenderung jajan sembarangan, maka mereka berisiko besar tertular hepatitis A. "Tapi usia 1 sampai 2 tahun, risikonya masih kecil karena anak belum mulai jajan."

Bayi, apalagi, sangat jarang terkena hepatitis A karena masih memiliki kekebalan dari ibu. Pada hepatitis B, penularannya lain lagi, melalui transfusi darah dan jarum suntik. Disamping, bisa karena transmisi vertikal (dari ibu) dan kontak erat antar anggota keluarga, sehingga perlu dilakukan usaha untuk memutuskan rangkai penularan sedini mungkin dengan cara vaksinasi.

Sementara hepatitis C, penularannya sama seperti hepatitis-B, yang utama juga melalui jarum suntik atau transfusi darah. Malah, 80 persen pasien dengan hepatitis kronis pasca transfusi, penyebabnya adalah hepatitis C. "Hampir setiap anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah dari donor yang mengandung anti hepatitis C akan terinfeksi." Selain itu, hepatitis C juga bisa ditularkan melalui transplantasi organ, transmisi intrafamilial (penularan yang terjadi dalam keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita hepatitis C), dan lewat transmisi perinatal dari ibu ke anak.

TANPA GEJALA

Kebanyakan hepatitis akan muncul tanpa gejala. Pada anak usia 1-2 tahun, 85 persen tanpa gejala; 50 persen pada anak usia 3-4 tahun; dan 20 persen pada anak di atas usia 5 tahun. "Hepatitis B dan C pada anak, biasanya juga tanpa gejala atau dengan gejala ringan," ungkap Zuraida.

Pada hepatitis B, lanjutnya, jika ibu hamil mengandung hepatitis B, maka biasanya gejala tak muncul pada bayi. "Justru muncul kemudian saat ia memasuki usia produktif, sekitar usia 35-40 tahun." Ini justru berbahaya karena bisa mengakibatkan komplikasi hepatitis, misal, sirosis atau tumor hati. "Umumnya berasal dari bayi yang terkena infeksi dari ibunya." Karena tak ada gejala yang jelas, maka diagnosis hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan awal laboratorium dan uji serologis.

Celakanya, dengan tak ada gejala, biasanya justru merupakan sumber penularan untuk orang lain, khususnya hepatitis A yang merupakan sumber infeksi untuk orang dewasa di sekitarnya. 4 STADIUM Jika muncul gejala, umumnya gejalanya sama, baik pada hepatitis A, B, maupun C. Gejala Hepatitis A sendiri dibagi dalam 4 stadium. Pertama, masa inkubasi yang dapat berlangsung selama 18-50 hari, dengan rata-rata kurang lebih 28 hari, waktu antara terpapar oleh virus sampai timbulnya gejala.

Setelah masa inkubasi, stadium kedua adalah masa prodromal (pra-ikterik) yang dapat berlangsung selama 4 hari sampai 1 minggu. Pada masa ini biasanya muncul gejala-gejala khas seperti lesu, lelah, anoreksia (kehilangan nafsu makan), nausea (mual), muntah, muncul rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, gejala seperti flu, sakit tenggorokan, dan batuk.

Muntah yang biasanya terjadi jarang menjadi berat dan tak berlangsung lama. "Bila muntah menetap dan mengakibatkan dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit, harus dipikirkan kemungkinan varian virus hepatitis yang lebih serius atau ada komplikasi lain yang tak berhubungan dengan hepatitis," tutur Zuraida.

Stadium tiga, masa ikterik. "Kencing mulai berwarna lebih gelap seperti teh.Kadang, kotoran yang biasanya berwarna kuning kini lebih pucat warnanya." Kuning ini biasanya menghilang dalam 2 minggu. Pada penelitian di Bagian Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo, demam, ikterus, serta urin yang berwarna gelap merupakan gejala utama penderita yang dirawat. "Gejala anoreksia, lesu, lelah, nausea, dan muntah yang sudah terjadi pada masa pra-ikterik menjadi lebih berat untuk sementara waktu pada masa ikterik." Setelah 2 minggu, ikterik akan hilang, kemudian memasuki masa penyembuhan.

BERKEMBANG KRONIS

Hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya (self limiting disease) tanpa berpengaruh terhadap sel-sel hati selanjutnya. Meski tak akan berkembang menjadi kronis, namun hepatitis A bisa berat bila terjadi komplikasi, misal, kuningnya berkepanjangan atau kambuh lagi/berulang (relaps). Tentu memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya. "Ini akan berdampak pada produktivitas individu, biaya perawatan yang cukup besar, dan pada anak usia sekolah akan mempengaruhi pelajarannya sehingga akan berdampak pada kualitas anak tersebut," papar Zuraida.

Pada hepatitis B dan C, virus di dalam sel hati bisa berkembang biak dan menyebabkan sirosis hati (pengerasan hati) yang bisa menimbulkan kanker hati. "Hepatitis B dan C bisa menjadi kronis karena virus berreplikasi. Disebut kronis kalau setelah 6 bulan masih didapatkan virus di dalam darah." Jika respon imun-nya kuat, maka virus akan keluar dari sel-sel hati. Kalau daya tahan kurang, virus akan berreplikasi sehingga lama-lama terjadi sirosis dan komplikasinya. Untuk mendiagnosis apakah anak menderita hepatitis A, B, atau C, dilakukan pemeriksaan serologis dan uji fungsi hati.

"Tapi pemeriksaan ini juga masih mahal," ujar Zuraida, sehingga harus dipilah-pilah; anaknya usia berapa, apakah ia sering jajan, apakah pernah disuntik atau pernah mendapat transfusi darah? "Kalau kita curiga anak sering jajan, kita periksa apakah ia terkena hepatitis A dan sebagainya." Tapi kalau ia pernah disuntik atau mendapat transfusi darah akan diperiksa, apakah ia menderita hepatitis B atau C. "Jadi, tak semua pemeriksaan dilakukan demi pertimbangan biaya, kecuali memang buat mereka yang mampu."

VAKSINASI

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan hepatitis adalah imunisasi, khususnya hepatitis A dan B. Hepatitis A dipengaruhi oleh faktor sanitasi dan higiene, misal, lingkungan yang kotor. "Biasanya kita anjurkan untuk vaksinasi hepatitis A." Tapi umumnya, vaksinasi diberikan untuk anak-anak yang justru berasal dari lingkungan bersih. Alasannya, mereka justru belum punya kekebalan. Sebaliknya, anak-anak dari daerah yang lingkungannya kurang baik, umumnya sudah memiliki kekebalan.

Jadi, sudah membentuk kekebalan alamiah meski tanpa ada gejala. "Badannya sudah kebal." Vaksinasi diberikan biasanya saat anak di atas usia 2 tahun. Pada hepatitis B, upaya yang dilakukan adalah memotong lingkaran transmisi vertikal. Dianjurkan agar ibu hamil untuk periksa hepatitis B. "Kalau kita tahu si ibu mengandung hepatitis B, anak harus segera divaksinasi setelah lahir."

Jikapun si ibu tak diperiksa, anak sedapat mungkin juga divaksinasi kurang dari seminggu setelah lahir. "Untuk pencegahan saja agar anak sudah memiliki kekebalan sejak bayi." Sedangkan vaksin hepatitis C sampai saat ini belum ada karena virus hepatitis C mudah berubah sifatnya. Jadi, tindakan yang dilakukan dengan uji tapis darah sebelum anak mendapat transfusi, misal, karena penularan yang paling banyak melalui transfusi darah.

Penting diketahui, tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, B, maupun C. Pada anak hepatitis A, yang harus dilakukan adalah istirahat cukup dan makan makanan yang baik. "Kalau mual, makanan mengandung lemak sebaiknya dikurangi." Selain, anak harus diisolasi agar tak menularkan pada orang lain di sekitarnya.   Hasto Prianggoro

HARUS SERING DIPANTAU

Segera bawa anak ke dokter jika bola mata sudah tampak menguning atau air kencing berwarna gelap. Anak akan dievaluasi untuk menentukan apakah terkena hepatitis A, B, atau C. Yang harus diperhatikan benar, jika terkena hepatitis B atau C, "anak harus sering dipantau. Biasanya 2 bulan setelah gejala, enzim hatinya diperiksa," kata Zuraida. Hepatitis B dan C tak akan berulang, tapi bisa menjadi kronis atau berlanjut. Akibat lebih parah bisa macam-macam, antara lain kanker hati.

MENCEGAH PENULARAN

 Hepatitis A paling banyak menyerang anak. Nah, untuk memotong rantai penularannya, lakukan cara-cara yang dianjurkan Dr. Zuraida berikut ini:

* Perbaikan Higiene Makanan dan Minuman Virus hepatitis bersifat tahan panas. Jadi, masaklah air dan makanan sampai mendidih selama minimal 10 menit. Cuci dan kupas makanan, terutama yang tak dimasak, serta minum air dalam kemasan (kaleng/botol) bila kualitas air minum nonkemasan tak meyakinkan.

* Perbaikan Higiene Sanitasi Lingkungan Karena transmisi hepatitis A yang utama melalui fekal oral, maka higiene sanitasi lingkungan harus betul-betul diperhatikan. Cuci tangan bersih-bersih setelah buang air besar, sebelum makan, atau sesudah memegang popok/celana.

* Isolasi Pasien Jangan lupa, penularan hepatitis A lainnya adalah kontak erat antar individu. Jadi, anak yang terkena hepatitis A sebaiknya diisolasi; jangan masuk "sekolah" atau bermain dulu sampai 2 minggu setelah timbul gejala.