"Duh, Kok, Aktif Banget, Sih?!"

By nova.id, Jumat, 26 November 2010 | 17:01 WIB
Duh Kok Aktif Banget Sih ! (nova.id)

Jadi, kendati merepotkan, namun tak berarti kita harus menerapkan disiplin kaku pada bayi aktif. Terlebih lagi di usia ini, ia justru masih membutuhkan banyak rangsangan untuk pertumbuhan otot-otot dan syarafnya. "Jika banyak dihambat atau dilarang, bisa-bisa bayi yang aktif malah terhambat pertumbuhannya," kata Lidia. Nah, Ibu-Bapak tak ingin hal demikian terjadi, kan? Perlu diketahui, ketika bayi aktif berkembang menjadi anak-anak, biasanya keterampilan motorik mereka akan lebih baik daripada bayi-bayi yang "lembut".

"Kreativitas bayi yang aktif juga lebih mudah dirangsang dan lebih berkembang karena pengalaman yang lebih banyak dan eksplorasi yang lebih banyak terhadap hal-hal baru." Dengan demikian, ia tak terlalu membutuhkan stimulus karena sudah dapat memenuhi kebutuhan geraknya. Yang penting, bagaimana orang tua memahami dan mengarahkan aktivitasnya.

Seperti dikatakan Eisenberg dkk. dalam bukunya yang sudah dialihbahasa, Bayi Pada Tahun Pertama, bayi aktif adalah tantangan yang terus-menerus karena ia lebih sedikit tidur, gelisah pada saat menyusu, dan selalu berisiko menyakiti dirinya sendiri, tapi mereka juga dapat menjadi sumber kegembiraan karena biasanya mereka sangat waspada, banyak minat dan menarik, serta cepat bisa. Kendati demikian, bukan berarti bayi aktif identik dengan ber-IQ tinggi, lo.

Bila ada orang yang mengaitkan hal tersebut, menurut Lidia, lebih karena si bayi giat melihat ke sana ke mari atau lebih aktif bereksplorasi sehingga pengalamannya pun banyak. "Dengan begitu, perkembangan IQ-nya mungkin akan lebih cepat ketimbang bayi yang enggak aktif."  

TETAP NYAMAN BERSAMA SI AKTIF

 Biasanya setiap bayi mempunyai kesenangan pribadi. "Nah, kesenangan ini dapat dijadikan alat ketika bayi aktif diperlukan untuk diam," kata Lidia. Misal, ia menyukai lagu anak-anak atau film kartun tertentu di TV. "Putarkan lagu atau film tersebut saat ibu mengganti popoknya atau memakaikannya baju, dan sebagainya." Eisenberg dkk. juga menganjurkan untuk mempelajari hal-hal yang dapat menenangkan bayi aktif.

Entah musik lembut berupa rekaman dari kaset atau nyanyian Anda sendiri, mandi air hangat, ataupun melihat buku bergambar meski anak yang aktif mungkin tak siap untuk diajak "membaca" sedini anak yang lebih tenang. Kemudian, masukkan aktivitas yang menenangkan ini ke dalam jadwal bayi sebelum waktu makan dan tidur. Hal lain yang dianjurkan Eisenberg dkk. ialah: * Jika bayi Anda sering menendang selimutnya, gunakan kantung selimut. Anda bisa membelinya di pasaran atau membuatnya sendiri dari selimut tebal untuk cuaca dingin dan dari bahan tipis untuk cuaca sejuk.

* Jangan pernah meninggalkan bayi aktif sendirian di tempat tidur, meja ganti, atau setiap tempat tinggi meskipun hanya untuk beberapa detik. Ia bisa membalikkan tubuhnya dan menggelinding ke bawah hanya dalam waktu sekejap mata. Jikapun ada sabuk pengaman di meja ganti, Anda tetap tak bisa mengandalkannya bila Anda berada beberapa langkah jauhnya dari meja itu.

* Turunkan letak kasur pada tempat yang paling bawah begitu si kecil mulai dapat duduk sendiri, karena hanya dalam beberapa detik saja ia bisa mengubah posisinya dan pindah ke sisi lain dari tempat tidur. Singkirkan semua benda yang mungkin dapat dipanjat olehnya untuk keluar dari tempat tidur atau kotak bermainnya.

* Jangan tinggalkan ia di kursi bayi kecuali di tengah-tengah ranjang berukuran ganda atau di lantai karena seringkali ia mampu menggulingkan seluruh kursi. Tentu saja ia harus selalu "diikat" dengan sabuk pengaman.

TERMASUK BAYI SULIT ?

 

"Ah, enggak juga, kok," tukas Lidia, "tergantung aktifnya seperti apa," lanjutnya. Ada beberapa bayi yang memang aktif tapi menyenangkan. "Dia bergerak ke sana ke mari bukan untuk menarik perhatian." Tapi ada juga bayi yang aktif dengan cara rewel untuk mencari perhatian orang tua. "Semua aktivitas yang dibuatnya diciptakan untuk mencari perhatian."

Nah, bayi ini bisa dikategorikan sebagai bayi sulit. Aktif-tidaknya bayi juga tak ada kaitannya dengan jenis kelamin. Kendati bayi lelaki secara teoritis memiliki otot-otot yang lebih kuat, namun bukan berarti tak memungkinkan ada bayi perempuan yang aktif.

Faras Handayani