Merah Hijau, Kok, Sama Saja

By nova.id, Selasa, 28 September 2010 | 17:07 WIB
Merah Hijau Kok Sama Saja (nova.id)

"Jadi, bila Bapak-Ibu sudah tahu ada kakek-nenek, om-tante, ada yang buta warna, maka harus mencurigai keturunan laki-lakinya akan juga menderita buta warna," ujar Wati. Sementara anak perempuan hanya akan menjadi pembawa sifat. "Hal inilah yang harus ditekankan pada orang-orang yang nenek moyangnya memiliki riwayat buta warna, terutama kalau kita lihat garis hereditasnya ke generasi selanjutnya. Kalau kakeknya buta warna, jangan-jangan anak kita buta warna, dan seterusnya." Secara fisik, penderita kelainan penglihatan warna kongenital ini memang normal. Buta warna jenis ini juga tidak akan bertambah progresif atau bertambah parah karena memang bukan penyakit.

"Bila dari sononya anak hanya menderita buta warna partial atau sebagian, ya, akan partial selamanya. Berbeda dengan buta warna acquired, mungkin awalnya yang diserang hanya sebagian, tapi makin lama bisa jadi akan rusak keseluruhan." Nah, untuk mengetahui buta warna jenis ini harus dilakukan dengan tes warna. Tes ini bisa dilakukan sedini mungkin, saat anak dalam usia pra sekolah. Hanya saja tidak mudah melakukannya karena anak-anak usia ini masih dianggap terlalu muda. "Anak tidak akan memberikan penampilan yang memuaskan karena diperlukan pengalaman konsep. Biasanya, anak akan mengalami kesulitan persepsi dengan tes tersebut."

Semisal pada tes Ishihara (rekonstruksi digital), dimana dari kelompok warna-warna kemudian muncul huruf. "Anak-anak yang susah melabel atau susah untuk menyebut bentuk-bentuk angka bisa saja terbalik membaca. Misalnya angka 23 dia baca 32. Ini, kan, tidak berarti dia buta warna." Karena kesulitan ini, aneka tes warna umumnya dilakukan setelah anak memasuki usia sekolah. Bahkan, saat mereka lulus dari SMU untuk melanjutkan sekolah atau masuk kerja. Lagipula kasus buta warna lebih sering ditemukan dokter saat pemeriksaan mata bila ada gangguan pada retina yang menyerang bintik kuning. "Jarang sekali orang tua yang meminta karena ada kecurigaan tertentu pada anaknya," aku Wati. Nah, Bu-Pak, jangan segan-segan untuk melakukan tes warna pada anak bila timbul kecurigaan atau keluhan. Dengan demikian jika ditemukan gangguan penglihatan warna pada si kecil, Anda bisa segera memberikan bantuan yang optimal, kan?  

PEMILIHAN KARIER 

Kenyataannya buta warna memang tak dapat diobati. Bahkan tak ada perawatan khusus bagi penderita buta warna karena sebetulnya secara fisik tidak terganggu. Secara umum, anak-anak penderita buta warna tidak mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. "Ada penderita yang tahu bahwa sebetulnya warna A dan B berbeda, cuma ia tidak bisa mengungkapkan warna apa yang ia lihat, apalagi jika gradasi warnanya tipis," tutur dr. Wati.

Yang perlu dilakukan orang tua bila diketahui anaknya menderita gangguan penglihatan warna, efek dari ketidakmampuan harus menjadi perhatian dan harus diberikan bantuan khusus untuk learning progress. "Mereka harus mengarahkan karier anaknya kelak. Pada kelainan kongenital, biasanya penderita tidak menyadari, sehingga diagnosis dini sangat bernilai dalam membuat rencana pemilihan pekerjaan dan karier." Pada prinsipnya, yang tidak boleh adalah karier-karier yang berhubungan dengan masalah keamanan; tentara, awak kapal, atau petugas kebakaran. Selain itu, pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan keputusan pertimbangan warna, semisal bidang kimia, farmasi, dekorasi atau desain.

ANAK MENGALAMI HAMBATAN BELAJAR 

Bukan cuma jadi bahan olok teman-temannya, anak buta warna pun bisa mengalami ketidakstabilan belajar. Maklum saja, peranan permainan warna, kan, semakin meningkat dalam sistem pelajaran. Entah itu dalam buku-buku bacaan dengan gambar warna-warni atau dalam aritmatika. "Isyarat warna dapat memfasilitasi anak untuk menambah perbendaharaan kata dan visual sequencing. Jadi, kalau anak kebingungan membedakan warna, tentu bisa merusak proses belajar si anak pada usia perkembangan pendidikannya," ungkap dr. Wati. 

Pada beberapa anak, kesalahan pemahaman warna juga akan membuat ketidakstabilan hubungan antara penglihatan dan bahasa. Tak heran bila sebagian ahli berpendapat gangguan penglihatan warna merupakan salah satu faktor anak dengan kesulitan belajar. Terutama bila sistem pelajaran menggunakan warna sebagai alat visual. "Jadi, kalau anak mengalami gangguan warna, bukan tidak mungkin anak juga akan mendapat kesulitan membaca, misalnya waktu ia duduk di bangku SD."

Hasto Prianggoro