Tak semua fobia bisa dihilangkan. Hal ini tergantung pada kepribadian anak, kapasitas mental, dan kemampuan yang dimilikinya serta teknik terapi yang diterapkan. Adapun teknik terapinya ialah terapi obat, perilaku dan psikoterapi.
Terapi obat dilakukan dengan memberikan obat tertentu (anti fobia). Sementara terapi perilaku dengan cara membiasakan anak. Misalnya, anak takut pada kucing. Orang tua membiasakan anak dengan membelikan mainan boneka kucing-kucingan, lalu anak didekatkan dengan kucing yang jinak dan tak menakutkan. Sehingga akhirnya anak akan dapat mengatasi ketakutannya pada kucing.
Sedangkan dalam terapi psikoterapi akan digali trauma-trauma atau konflik-konflik masa lalu si anak. Caranya lewat percakapan. Anak diajak mengerti dan menyelami akar permasalahan yang dihadapinya. Setelah berhasil diketahui penyebabnya, barulah dicarikan cara mengatasinya.Dwidjo mengingatkan, sekecil apapun fobia yang diderita anak sebagai sebuah bentuk penyimpangan haruslah segera diatasi. Kalau tidak, anak bisa merasa malu karena diejek teman-temannya sebagai penakut. Hal ini bisa mengganggu kehidupan sosialnya.
School PhobiaPada anak usia sekolah atau pra sekolah, seperti dituturkan Dwidjo, istilah fobia hanya dipakai untuk school phobia. Hal ini terjadi pada usia yang seharusnya si anak sudah tak takut lagi untuk masuk sekolah tapi pada kenyataannya ia takut. "Awalnya dari kecemasan masuk sekolah. Tapi kecemasannya berbeda dengan orang dewasa."
Kecemasan pada anak digambarkan dalam bentuk perilaku yang bermacam-macam. Entah si anak jadi marah-marah, tak bisa duduk diam, rewel, menangis, dan sebagainya. "Jadi, tidak spesifik dan tak jelas. Namun lama-lama anak tak berani sekolah."
Kendati demikian, keluhan yang muncul pada si anak bukanlah uangkapan, "Aku nggak mau sekolah." Gejala pertamanya mungkin ia akan mengeluh kepalanya sakit, pusing, dan lama-lama anak betul-betul menolak sekolah. Begitu ditanya kenapa, anak mungkin hanya bilang takut. Tapi takutnya itu tak bisa ia jelaskan.
Nah, proses ketakutan yang dialami si anak ini terkadang tak dimengerti orang tua, sehingga anak dipaksakan sekolah. Padahal, beberapa anak ada yang mengalami ketakutan hebat sehingga sering dijumpai anak yang muntah, sakit perut dan sebagainya bila mau sekolah.
Tentu ada banyak sebab si anak takut masuk sekolah. Bisa karena ia tak terbiasa dengan lingkungan barunya. Ia tak mengenal orang-orang baru di sekitarnya, takut pada teman, guru, dan lainnya. Bisa juga lantaran ia takut berpisah dari orang tuanya, takut berpisah dengan lingkungan rumah yang aman. Apalagi yang namanya sekolah merupakan institusi yang baru bagi anak.