Gigi sensitif. Begitulah, orang kerap menyebut gangguan berupa rasa ngilu hebat yang mendadak datang saat mengonsumsi makanan/minuman terlalu dingin. Gangguan yang kerap dianggap enteng, namun membuat Anda tak bisa menikmati makanan/minuman favorit.
Sayangnya, ketika orang menyebutnya gigi sensitif, muncul pemahaman yang salah kaprah soal hipersensitif dentin. Gigi sensitif kerap dianggap bakat yang didapat sejak lahir, padahal ia bisa diderita setiap orang. Selain itu, gigi sensitif pun dianggap muncul karena makanan atau minuman yang tidak layak konsumsi.
Faktanya, 1 dari 3 orang telah menderita hipersensitif dentin, dan sekitar 52 persen orang tak menyadari dirinya sudah terkena gigi sensitif. "Hipersensitif dentin jarang terdiagnosa saat dilakukan pemeriksaan. Jadi banyak yang tidak menyadari kalau sudah menderita dan terabaikan," ungkap drg. Robert Lessang, Sp. Perio, staf periodonsia juga dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Keterlambatan menyadari risiko pencetus hipersensitif dentin ini, kemudian menjadi penyebab terus meningkatnya kejadian hipersensitif dentin. Agar tak terlanjur menderita gigi sensitif, simak pemaparan dokter Robert berikut.
Darimana Datangnya Ngilu?
Tak ada yang salah dengan anggapan gigi sensitif dipicu oleh konsumsi es krim maupun kopi panas. Tapi, tahukah Anda, bagaimana sebenarnya rasa ngilu itu datang? Lantas, mengapa suhu, asam dan manis bisa mencetuskan rasa ngilu?
Pada dasarnya gigi memiliki beberapa lapisan dari luar sampai bagian dalam, juga bagian terdalam di mana terdapat rongga yang berisi pembuluh darah dan syaraf.
Lapisan terluar gigi yang berwarna putih serta memberikan penampilan estetik di bagian dalam mulut, disebut enamel atau mahkota gigi. Bagian ini merupakan bagian paling padat dan keras yang juga menjadi pelindung bagian dalam gigi. Namun hanya berada kurang lebih setengah dari badan gigi hingga bagian permukaan gigi hingga perbatasan gusi.
Pada lapis kedua terdapat dentin yang berwarna agak kekuningan, di mana merupakan tubuh gigi. Bagian ini memiliki fungsi seperti kulit di tubuh kita, menyampaikan informasi kondisi yang dialami oleh gigi.
Pada badan dentin terdapat rongga-rongga (tubuli dentin) menuju pulpa (rongga dalam gigi), di dalamnya ada ujung-ujung syaraf yang bermuara ke akar gigi. Rongga ini juga berisi cairan yang menjadi media penerus rangsang.
Nah, agar tidak senantiasa menyampaikan rangsang, rongga-rongga ditutup oleh semacam lapisan yang disebut dentin smear layer. Suatu ketika, lapisan ini dapat rusak serta terbuka. Dentin yang terbuka menyebabkan cairan rongga dentin bergerak cepat serta membuat ujung syaraf memanjang dan mengerut. Saat itulah, terjadi rangsang yang diterjemahkan oleh otak sebagai rasa ngilu.
Gaya Hidup hingga Pemutihan Gigi
Apa yang menjadikan lapisan pelindung dentin terbuka serta menyebabkan ngilu? Menurut Robert, ini bisa disebabkan oleh enamel gigi yang menipis maupun akibat akar gigi yang terbuka.
Kebiasaan mengunyah yang terlalu kuat, bruxism (mengeretak gigi dalam tidur), menyikat gigi terlalu kencang, sering mengonsumsi makanan asam, serta bulimia semua dapat menyebabkan enamel gigi menipis. Selain itu, cara menyikat gigi yang salah, terlalu sering menggunakan tusuk gigi, kesalahan pengambilan tindakan pada kasus bedah mulut, pembersihan karang gigi yang menyertakan penghalusan akar gigi berlebihan, serta proses penuaan, dapat menyebabkan gusi turun maupun rongga dentin terbuka.
Ketika dentin telah terbuka dan menjadi hipersensitif, jika terjamah makanan yang terlalu manis, asam, panas, dingin maupun oleh alat kedokteran seperti sonde akan menimbulkan ngilu hebat sesaat. Ini disebabkan, pajanan bahan-bahan tersebut menyebabkan penarikan/pergerakan cairan dalam rongga dentin sehingga ujung syaraf pun ikut terimbas.
Selain itu dikatakan Robert, proses pemutihan (bleaching) gigi juga dapat menyebabkan hidrogen peroksida dan urea mell email memasuki serta mempengaruhi cairan dalam tubuli dentin (rongga dentin) sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu. Disarankan menggunakan pasta gigi yang mengandung potassium nitrat kurang lebih 2 minggu sebelum dan sesudah pemutihan.
Laili Damayanti / bersambung