Mengontrol Kolestrol Kala Puasa

By nova.id, Selasa, 3 Agustus 2010 | 17:02 WIB
Mengontrol Kolestrol Kala Puasa (nova.id)

Fakta menyebutkan, konsumsi makanan tinggi karbohidrat (terutama olahan) meningkatkan trigliserida, menurunkan kadar HDL dan meningkatkan partikel LDL  dalam darah, membuat pola distribusi kolesterol yang tak sehat. Jadi, hiperkolesterolemia tak hanya diidap orang gemuk, yang kurus pun bisa.

Makanan-makanan Tinggi Kolesterol

Kolesterol dibentuk di hati berdasarkan kadar kolesterol dalam darah pada saat itu. Apabila kadar kolesterol pada saat itu jumlahnya cukup banyak, maka hati tidak memproduksi kolesterol. Demikian pula sebaliknya, ketika kadar kolesterol rendah, maka hati akan memproduksinya. Proses pembentukan kolesterol ini  tidak mengenal pagi, siang, ataupun malam.

Untuk mengurangi risiko pembentukan kolesterol, hindari makanan-makanan yang dicurigai dapat menaikkan kolesterol dalam darah.

Kolesterol hanya terdapat dalam makanan asal hewan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, kuning telur, daging, susu full cream, keju, udang, dan kerang. Namun pada ayam dan ikan, kandungan kolesterol relatif sedikit. 

Tanpa Gejala

Menurut jurnal medis, peningkatan kolesterol tidak mengakibatkan gejala spesifik. Namun bila kadar kolesterol di atas 200 mg/dl, sebaiknya waspada akan risiko gangguan kardiovaskuler.

Konsumsi makanan secara seimbang dan kurangi konsumsi  makanan dengan lemak jenuh berlebih (gorengan dan jeroan) adalah cara menurunkan risiko tersebut.

Selain itu, konsumsilah serat tinggi mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah secara signifikan, serat (pektin) dapat menyerap kolesterol dalam usus halus dan dikeluarkan melalui feses.

Serat ini bisa didapat dari konsumsi sumber nabati seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian (seperti havermout, katul dan beras merah).

Sisi Buruk Kolesterol

Kolestrol memang dibutuhkan tubuh, namun di sisi lain, ia dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah. Pada jangka waktu lama ia dapat menjadi penyebab gangguan jantung koroner, penyakit serebrovaskular dan gangguan-gangguan yang lain.

Ada beberapa hal yang dikaitkan dengan efek buruk kolesterol, yakni lipoprotein (alat angkut lemak/ lipid) dan trigliserida. HDL merupakan  lipoprotein yang bertugas mengambil kolesterol serta fosolipida dari dalam darah dan menyerahkan pada lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati. Kemudian lemak akan diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Inilah mengapa, kadar HDL yang tinggi seringkali dianggap sebagai indikasi kadar kolesterol masih baik.

Sedangkan reseptor LDL di dalam hati mengatur kolesterol darah. Jika LDL meningkat, maka sel-sel perusak akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak yang bercampur dengan protein, akan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium sehingga dalam jangka waktu bertahun-tahun bisa terjadi arteriosclerosis (penebalan dinding dan penyempitan pembuluh darah penyebab tekanan darah dan beban kerja jantung meningkat, red.).

Ada pula yang dikenal dengan VLDL, dimana merupakan alat angkut lemak yang dibentuk di dalam hati dan terdiri atas trigliserida. Nah, trigliserida itu sendiri merupakan lipida utama dalam makanan yang fungsi utamanya sebagai zat energi. Kadar trigliserida plasma banyak dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan.

Kenaikan  kadar trigliserida  dalam plasma  (hipertrigliseridemia) juga dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner.

Laili Damayanti