Setelah bayi menjalani minum ASI eksklusif selama enam bulan (bila dilakukan), dan dilanjutkan dengan tambahan makanan pendamping ASI, maka saat itu juga bayi sudah bisa menerima masuknya obat herbal. "Bisa dimulai dengan herbal yang berasal dari bumbu dapur, sayur, dan buah-buahan yang ditambahkan pada makanan tambahan," kata dr. Setiawan Dalimartha.
Dari Dapur Sendiri
Bumbu dapur berkhasiat herbal misalnya bawang putih, yang memiliki khasiat antibakteri dan antivirus, yang akan membantu memperkuat tubuh melawan gejala flu, batuk, diare.
Avokad kaya akan flavonoid (carotenoid lutein) yang berkhasiat antioksidan, asam folat, asam pantotenat, asam oleat (oleic acid), beta-sitosterol, lecithine, niacin, vitamin (B1, B2, B5, C, A, K, E, biotin), mineral (fosfor, zat besi, copper, kalium, magnesium, zinc, glutatione), dan serat punya khasiat yang tak main-main.
"Memberikan avokad sebagai makanan tambahan cukup memenuhi zat gizi bagi balita. Seratnya mencegah bayi dan balita sulit buang air besar (sembelit)," lanjut dr. Setiawan.
Sementara brokoli mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, glutation, karotenoid lutein, beta carotene, mineral (kalsium, zat besi, fosfor, kalium, magnesium, vitamin (A, B6, C, E, K, tiamin, riboflavin, nikotinamide, folat), dan serat yang tak kalah dengan avokad.
Brokoli akan mempercepat proses penyembuhan setelah sakit berat. Kandungan lutein yang tinggi pada brokoli juga mempunyai khasiat antikanker dan mencegah berkembangnya degenerasi makula pada usia lanjut.
"Bawang putih, bawang merah, brokoli, avokad, pepaya, pisang, dan kentang adalah sebagian dari bumbu dapur, buah dan sayur yang juga termasuk dalam pengobatan herbal. Yang berkhasiat obat adalah kandungan fitokimia yang ada di masing-masing obat herbal," tambahnya.
Hati-hati Keracunan
Lalu, apa saja yang harus diperhatikan sebelum pemberian ramuan herbal pada anak? "Untuk usia di bawah 1 tahun, gunakan herbal seperti di atas. Jangan menggunakan herbal yang tidak dikenal manfaatnya," kata dr. Setiawan.
Yang juga harus diperhatikan, walaupun herbal lebih aman dari obat kimia, namun ada bagian dari herbal yang beracun. Misalnya, saga rambat (Abrus precatorius). Daun saga sering digunakan untuk pengobatan sakit tenggorok, sariawan, batuk kering, dan panas dalam. Bijinya mengandung abrine, albumin tumbuhan yang sangat toksik. Dosis 0,5 mg sudah menyebabkan keracunan.
Jadi, saran Setiawan, bila ada balita di rumah, sebaiknya tidak menanam saga karena warna bijinya sangat menarik (warna merah dengan bercak hitam di bagian ujungnya). Biji apel juga beracun karena mengandung cyanide yang mematikan. Jadi, jangan memblender apel berikut bijinya.
Kentang mentah bila penyimpanannya terpapar sinar atau sudah tumbuh kecambah, sangat beracun. Sinar menyebabkan bagian bawah kulit kentang berubah menjadi berwarna kehijauan. Walaupun warna hijau adalah klorofil yang berkhasiat untuk pengobatan, namun hal ini menandakan kadar solanine (golongan glycoalkaloids) yang toksik menjadi meningkat.
"Jadi jangan berikan balita kentang mentah yang ketika dikupas sudah berwarna hijau, atau kentang mentah yang sudah ditumbuhi kecambah. Bisa menyebabkan diare, mual, dan muntah," lanjutnya.
Hasto Prianggoro/ bersambung