Bahaya, Dengar Musik Lewat Earphone (2)

By nova.id, Sabtu, 15 Mei 2010 | 17:51 WIB
Bahaya Dengar Musik Lewat Earphone 2 (nova.id)

Bahaya Dengar Musik Lewat Earphone 2 (nova.id)

""

Gambaran audiometrik rekam pendengarannya menunjukkan gambaran takik (notch/penurunan) pada frekuensi 4000 Hertz. "Ini yang membuat orang awalnya tidak merasa, karena frekuensi pembicaraan kita sehari-hari ada di antara 500 - 2000 Hertz. Sehingga, ketika mengobrol biasa, rasanya tidak ada gangguan. Baru setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui terjadi penurunan yang tajam pada frekuensi 4000 Hertz. Sebagian besar kasus gangguan pendengaran akibat bising ditemukan pada saat medical check up," jelas Budi.

Tentu, jika ini tidak segera ditangani, penurunan pendengaran akan terjadi di semua frekuensi, tak hanya pada frekuensi tinggi 4000 Hertz. "Kalau tadinya hanya di 4000 Hertz, lama-lama terjadi takik di semua frekuensi alias tuli."

Telinga BerdengingApa, sih, gejala trauma bising? Menurut Budi, hampir 90 persen kasus menunjukkan gejala telinga berdenging (tinnitus), lho.

Denging yang dialami ini ada dua macam, yaitu denging nada tinggi seperti bunyi pesawat dan nada rendah seperti bunyi air conditioner (AC).

Dua-duanya bisa terjadi dan ini biasanya disertai gangguan pendengaran. Seringkali, yang terjadi adalah cocktail party deafness atau tuli di keramaian.

Pada saat berada di tempat yang ramai, orang sulit mendengar karena fungsi cochlea menurun. Bising di latar belakang akan sangat mengganggu kualitas penerimaan bunyi oleh cochlea. Misalnya, ketika berada di mal, ia akan bingung karena tidak bisa mendengar.

Sebetulnya, kasus trauma bising ini bisa dicegah 100 persen. Yang pertama dengan upaya promotif preventif. Caranya, waspada terhadap bising di sekitar kita. Misalnya pakai perangkat pemutar musik tapi tak perlu disetel dengan volume (tingkat suara) penuh.

Atau, ketika orang tua mengajak anak-anak ke mal, sebaiknya perhatikan seberapa bising tempat tersebut. Jika memang terlalu bising, sebaiknya tak perlu berlama-lama. "Kita harus menghindari atau mengurangi paparan bising secara aktif."

Yang tak kalah penting adalah kesadaran para pemilik tempat usaha, seperti mal. Ada baiknya mereka mengukur kebisingan ruangan (sound level meter) dan mengumumkannya kepada pengunjung.

Efek trauma bising sendiri ada dua, yaitu temporer dan permanen. Pada trauma bising temporer, dengan istirahat cukup, fungsi telinga bisa dipulihkan. Namun, trauma bising permanen sulit disembuhkan.

Akan tetapi, lebih baik kita mencegah daripada mengobati, kan?

Awasi Si KecilOrang tua sebaiknya waspada ketika mengajak anak bermain ke lingkungan atau tempat bermain yang bising.

Mereka harus memperkirakan berapa tingkat kebisingan tempat tersebut. Jika terlalu bising, sebaiknya tak perlu berlama-lama atau pakaikan earplug ke telinga anak. Di rumah, perhatikan apakah anak mengalami gangguan pada pendengarannya.

Yang paling mudah adalah pada saat anak menonton teve. "Biasanya, ibu-ibu di rumah lebih peka. Kalau anak cenderung mendekat ke layar teve atau volumenya diperkeras oleh anak, orang tua sebaiknya waspada, karena bisa jadi ini merupakan gejala dini terjadinya gangguan pendengaran pada anak," kata Budi.

Jika anak memang gemar sekali mendengarkan musik lewat earphone, biasakan agar memasang volume dalam keadaan tak penuh.

Jangan sampai anak tetap mendengarkan musik sampai tertidur dengan pemutar musik masih menempel di telinga. Ini sangat berbahaya bagi pendengarannya.Hasto Prianggoro Model: Leti, Make up & hair do: Fitri (0813 1105 6277), Stylist: Astrid, Busana: Nyla, PIM II, (021-7592 0550)

Foto: Daniel Supriyono