Mitos dan Fakta Seputar Rematik

By nova.id, Selasa, 16 Maret 2010 | 00:09 WIB
Mitos dan Fakta Seputar Rematik (nova.id)

Sekitar 40 persen penduduk Indonesia berusia di atas 40 tahun mempunyai keluhan nyeri sendi dan otot yang disebut sebagai rematik. Tak pelak lagi, rematik termasuk penyakit yang cukup populer.

Bersamaan itu, berkembang pula beragam mitos seputar penyakit ini yang terkadang diyakini benar oleh masyarakat.

1. MENEKUK SENDI SEBABKAN REMATIKMenekuk-nekuk sendi (cethut) secara berlebihan hingga terdengar bunyi "klek" atau "reketek" memang belum terbukti jadi penyebab rematik. Kendati demikian, kebiasaan ini seyogianya dihilangkan saja, sebab kelak dapat melonggarkan ligamentum (jaringan yang mengikat dua sendi), terutama pada sendi-sendi yang kecil. Demikian diungkapkan pakar rematik, dr. Rizasyah Daud, M.Sc, Sp.PD-KR dari Sub-Bagian Rematologi FKUI-RSCM.

Tindakan ini biasanya dilakukan di berbagai persendian anggota badan, seperti jari dan pergelangan tangan, pergelangan kaki, leher, pinggang, dan sebagainya. "Meski bukan faktor risiko terjadinya penyakit rematik, namun secara medis tetap tidak baik."

Timbulnya bunyi "klek" disebabkan oleh letupan atau keluarnya gas nitrogen yang terkurung di rongga sendi. Seperti halnya udara sekitar kita yang mengandung gas nitrogen sebanyak 70 persen, di dalam cairan tubuh pun, semisal darah, juga terdapat gas yang sama. Gas ini akan terkumpul dan mengisi rongga sendi. Gas ini akan terdorong keluar rongga sendi saat persendian ditekuk. Ditandai bunyi "klek".

Kalau pun ada rasa lega atau rasa puas sehabis menekuk sendi, menurut Rizasyah, hal itu merupakan sugesti semata. "Sebetulnya tidak ada efek apa-apa yang menyebabkan rasa nyaman," tandasnya. Toh gas, lanjut Rizasyah, akan keluar dengan sendirinya lewat pergerakan tubuh sehari-hari, tanpa harus ditekuk-tekuk secara berlebihan.

2. MANDI MALAM SEBABKAN REMATIKMandi malam dapat menyebabkan rematik? Anggapan ini memang amat populer. Yang pasti, karena suhu malam hari lebih sejuk, mandi malam bisa bikin kita kedinginan. Namun secara patologis tidak ada kaitannya antara mandi malam dan rematik. Demikian pula terlalu banyak mandi, atau kerja berlebihan, juga tidak terbukti dapat menyebabkan rematik.

Mandi malam, apalagi dengan air dingin, tentu saja membuat suhu tubuh menurun sebentar. Diikuti mengkerutnya kapsul sendi yang ditandai dengan rasa kaku pada persendian. "Namun, gangguan tadi hanya sementara. Sekitar 2-5 menit kemudian suhu tubuh berikut kapsul sendi tadi akan normal kembali," papar Rizasyah. Penderita rematik, sama seperti orang sehat. Setiap tubuh terkena air dingin atau suhu dingin akan menyebabkan kapsul sendi mengkerut. "Nah, kalau sendinya sudah sakit, ditambah lagi mengkerutnya kapsul sendi. Bisa dibayangkan betapa rasa nyerinya akan bertambah."

Sebaliknya, mandi air hangat bagi penderita rematik dapat meredakan nyeri di persendiannya. "Itu pula sebabnya, penderita rematik dianjurkan mandi air hangat sebagai salah satu terapi agar terhindar dari nyeri, di samping menggunakan obat-obatan."

3. PENDERITA GOUT CUMA BOLEH MAKAN NASI DAN GARAMSalah satu jenis rematik yang terkenal adalah gout arthritis. Penyakit yang lazim disebut gout ini disebabkan oleh penumpukan kadar asam urat yang kelewat tinggi di dalam darah. Oleh sebab itu, penderita sering diwanti-wanti supaya menghindari semua makanan yang mengandung asam urat. Akibat wanti-wanti tadi, penderita gout sering kebingungan, jenis makanan apa yang boleh disantapnya.

Menurut Rizasyah, pertanyaan tadi timbul akibat anggapan salah di masyarakat yang mengatakan bahwa penderita gout harus menghindari makanan mengandung asam urat. "Padahal, nyaris semua bahan makanan yang ada mengandung asam urat, kecuali nasi dan garam," tandas Rizasyah. Pakai kecap sekalipun tidak boleh sebab di dalamnya ada kedelai yang juga mengandung purin, cikal bakal kristal asam urat. "Begitulah teorinya. Tapi apa iya lantas penderita gout cuma boleh makan nasi dan garam? Itu enggak logis, dan harus diluruskan," imbuh Rizasyah.

Diakui Rizasyah, ada jenis makanan yang berkadar purin tinggi, seperti jerohan, sehingga seyogianya dihindari. "Tapi kalau kacang-kacangan dalam jumlah kecil, saya pikir tidak apa-apa. Apalagi dalam perawatannya, selain melalui diet tinggi kadar purin, kan, juga digunakan obat-obatan. Misalnya obat anti-peradangan, anti-nyeri, dan sebagainya," papar Rizasyah.

Menurut Rizasyah, kesalahpahaman soal asam urat ini juga kerap muncul di kalangan dokter sendiri. Sehingga kalau ada kasus gout akut, buru-buru kadar asam urat diturun-kan. "Ini pendapat salah. Sebab, kadar asam urat tidak boleh diutak-atik sampai radang sendinya kurang. Kalau sampai asam urat diturunkan pada saat gout akut, kondisi penyakit justru tambah parah. Pasien yang tadinya enggak bisa jalan, malah jadi enggak bisa bangun!" rincinya.

Tindakan yang benar, menurut Rizasyah, turunkan dulu radangnya dengan obat anti-rematik. Setelah itu, barulah kadar asam uratnya dikontrol.

4. PENGOBATAN ALTERNATIF LEBIH MANJURMasih ada yang beranggapan, rematik hanya bisa ditaklukkan dengan aneka obat tradisional atau terapi alternatif. Dari jamu-jamuan, makanan tambahan seperti selenium atau seng, susu berkadar kalsium tinggi, sampai penggunaan gelang bermagnet, minum bisa ular, sengatan lebah, dan minum air seni. Kenyataannya, menurut Rizasyah, belum ada bukti ilmiah yang menyokong keampuhan aneka terapi tadi. Namun ia membenarkan, ada efek sugesti yang dirasakan penderita.

5. REMATIK DAPAT MENYEBABKAN KELUMPUHAN DAN IMPOTENSIKenyataannya, rematik tidak berpengaruh terhadap kehidupan seksual penderitanya. Begitu pula dengan kelumpuhan. Yang benar, penyakit ini memang bisa menyebabkan kecacatan, misalnya perubahan bentuk sendi.

6. REMATIK TIDAK BISA DICEGAHMemang, sejauh ini belum ada tindakan yang diyakini betul dapat mencegah rematik. Pasalnya, penyebab pasti rematik pun belum semua terungkap. Kendati demikian, para pakar sepakat, olahraga teratur dan terukur serta mempertahankan berat badan ideal, diyakini dapat mengurangi risiko rematik, khususnya jenis osteoarthritis. Begitu pula halnya tindakan menghindari trauma kronis yang berasal dari penggunaan sendi yang berlebihan, misalnya menekuk-nekuk sendi.

Upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat pada penderita rematik adalah mengubah gaya hidup. Misalnya, menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang diyakini mendorong terbentuknya kristal asam urat. Upaya ini terbukti dapat membantu menghentikan memburuknya fungsi sendi sekaligus menghindari komplikasi penyakit. Tumpak