"Inilah yang merangsang saraf nyeri hingga muncul kelelahan otot. Namun sampai saat ini belum bisa dipastikan apa sebetulnya faktor P. Untuk menghindarinya, lakukan gerakan pada lengan atau kaki secara bergantian,"
Kerja otot memang sangat tergantung pada persarafan. Saraf ini bisa bekerja di otot karena ujung saraf melepaskan zat kimia perantara (asetilkholin neurotransmitter). "Dalam keadaan normal," kata Jauhari, "perintah dari pusat saraf diteruskan ke otot melalui ujung saraf lewat zat kimia tadi."
Jika kerja otot terlalu, perantara kimiawi yang dilepas ujung saraf tadi bisa habis. "Perintah saraf ke otot jadi terham¬bat, dan akhirnya unjuk kerja otot ikut menurun." Inilah, menurut Djauhari yang dinamakan kelelahan saraf, nerve fatigue, atau neuromuscullar fatigue. "Seperti halnya kelelahan otot, kelelahan saraf dapat diatasi melalui istirahat yang cukup," tambah Djauhari.
Selain kerja otot yang kelewat dipaksa, penyakit dapat juga memicu kelelahan. Antara lain karena si penyakit menghabiskan sumber energi. Bisa juga lantaran penyakit mengganggu masuknya zat gizi ke dalam sel.
Salah satu penyakit yang bergejala lelah adalah diabetes. Dituturkan Djauhari, sel otot memiliki massa terbanyak di dalam tubuh. Bila mengalami kekurangan gula (akibat kekurangan insulin atau karena reseptor insulin di sel otot tidak berfungsi), kerja otot pun terhambat. "Kurangnya gula sebagai sumber energi untuk otot akan menimbulkan kelelahan."
Jika tidak mendapat gula, sel otot biasanya beralih ke lemak sebagai sumber energi pengganti. "Tak heran jika penderita dia¬betes menjadi kurus, karena simpanan lemak di dalam tubuh sudah berkurang. Meski begitu, penderita diabetes tetap kekurangan sumber energi. Jadi tetap saja dia mengalami kelelahan."
Bila lemak makin berkurang, sel otot akan memakai protein sebagai sumber energi, yang merupakan upaya terakhir tubuh untuk memperoleh energi. Padahal, kata Djauhari, "Protein utamanya bukan untuk menyediakan energi, melainkan untuk pembangun sel."
Bila protein berkurang, termasuk protein otot, kekuatan kontraksi otot juga berkurang. Kerja otot juga menurun. Alhasil, selain sumber energi sudah berkurang, protein juga terpakai. Hal ini akan menyebabkan kelelahan juga.
Penyakit lain yang ditandai dengan gejala mudah lelah adalah penyakit Addison, yakni penyakit yang disebabkan oleh berkurangn¬ya produksi hormon kortisol dari kelenjar korteks adrenal (lapi¬san luar kelenjar anak ginjal).
"Soalnya kortisol ikut serta meningkatkan kadar gula darah. Kalau kortisol kurang, secara umum dapat dikatakan kadar gula ikut menurun. Inilah yang gejala lelah, lesu badan, otot-otot gemetar, dan sebagainya," papar Djauhari.
Kelelahan juga dapat disebabkan oleh penyakit akibat infeksi kuman ataupun virus. Misalnya hepatitis, herpes, dan sebagainya. "Namun lelah yang ditimbulkan bukan sebagai gejala utama. Ambil contoh, infeksi pada hati atau hepatitis akan membuat penderita lemas dan mudah capek. Namun yang paling menonjol di sana bukan rasa lemas, melainkan rasa mual yang hebat."
Akibat infeksi, urai Djauhari, "Kelenjar empedu tidak mampu mencerna, khususnya makanan berlemak. Padahal lemak merupakan salah satu sumber tenaga. Akibatnya, ya, muncul kelelahan."
Tumpak Sidabutar/Dok. NOVA