Suami Gaul, Istri Masygul (1)

By nova.id, Selasa, 14 Juli 2009 | 17:52 WIB
Suami Gaul Istri Masygul 1 (nova.id)

Suami Gaul Istri Masygul 1 (nova.id)

"Foto: Romy Palar/NOVA "

Rena sudah tak tahan lagi menghadapi segala tingkah laku dan kegiatan suaminya yang makin gila dugem dan selalu mengikuti lifestyle kalangan jet set. Bukan karena Rena tak suka penampilan suaminya yang metroseksual dan punya jaringan luas di dunia bergaulnya itu.

Semua biaya yang harus dikeluarkannya itu bukan berasal dari kantong suaminya, melainkan dari dompetnya. Lho, kok bisa? Ya, sebagai manager di perusahaan terkemuka, penghasilan Rena memang tergolong besar, bahkan jauh melebihi gaji suaminya.

Dan sebagai pasangan yang telah menikah lebih dari 5 tahun, berbagi dalam segala hal tentu sudah selayaknya. Termasuk urusan berbagi penghasilan. Bila Anda pernah mendengar istilah, " Uangmu, uangku juga. Tapi uangku, ya tetap uang ku", mungkin tak berlaku bagi Rena. Yang berlaku baginya, "Uangku adalah gaya hidupsuamiku!"

Bila menghadapi hal serupa Rena, tentulah Anda akan mulai berpikir keras, terutama bila gaya hidup suami menguras isi dompet Anda.

Apakah Anda akan terus bertahan dalam kondisi seperti ini, sedangkan dana yang dikeluarkan tadi sebenarnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih penting seperti untuk biaya sekolah Si Kecil dan masa depan?

Begitu pula Rena, yang makin lama tak bisa mentoleransi lagi kebiasan suaminya. Apalagi sang suami sering berkata di depan teman dan relasinya, segala hal yang ia punya adalah hasil kerja kerasnya, tanpa melibatkan nama istrinya sama sekali.

Hmm, hati-hati! Jangan menumpuk rasa marah dan kesal, serta menutupinya dari pasangan. Ingat, keterbukaan adalah kunci sukses dalam membangun dan mempertahankan rumah tangga yang telah dibina.

1. First Thing First!Jangan pernah menunda merencanakan soal keuangan keluarga sejak dini. Buatlah perencanaan secara matang dan terbuka antara Anda dan pasangan. Jumlahkan pendapatan berdua tanpa harus merasa superior, karena merasa berpenghasilan tinggi dibandingkan pasangan.

Alokasikan dana secara adil dengan visi dan misi yang sama. Utamakan prioritas, misalnya masa depan, cita-cita memiliki bisnis, kebutuhan si buah hati, investasi yang bagus, dan lainnya.

Lalu, alokasikan dana sisa untuk kebutuhan tersier seperti gaya hidup, hang out time bersama rekan atau relasi, merawat diri, membeli pakaian, atau barang lain.

Komunikasikan secara terbuka agar tak ada yang merasa tersinggung. Buat pula anggaran sebulan untuk kebutuhan gaya hidupnya secara pas dan adil. Dan beri Si Dia pengertian, alokasi dana yang telah disepakati tak boleh dilanggar, hanya demi kebutuhan gaya hidupnya semata. 2. Jangan Panas TelingaSebagai suami, wajar bila ia punya ego dan gengsi lebih tinggi. Apalagi bila berhadapan dengan teman dan relasinya. Masak, sih, harus mengaku kehidupannya lebih banyak didukung dari dompet sang istri?