Orang tua harus segera memperingati. Kalau tidak, akan menjadi kebiasaan. Saat dewasa nanti, apapun akan ia lakukan agar keinginannya terpenuhi. Ada kalanya kita temui anak usia batita menyakiti binatang. Entah menarik-narik ekor kucing, menendang anjing, melempari ayam dengan batu, dan sebagainya.
Perilaku menyakiti binatang, terang Dra. Henny Eunike Wirawan, MHum., bisa mulai muncul sejak anak berusia 2 atau 3 tahun. Karena usia ini merupakan fase anak sedang mengeksplorasi dunia. Pada diri sendiri pun mereka sedang mencoba mencari tahu; anggota tubuhnya, nama, dan sebagainya. "Jadi, anak ingin belajar banyak hal." Oleh sebab itu, perilaku ini bisa muncul baik pada anak lelaki maupun perempuan. Cuma memang, diakui Henny,
"Peraturan yang diberikan oleh orang tua kepada anak perempuan lebih ketat, karena terbawa faktor stereotype; bahwa anak perempuan harus halus, lemah lembut, tinggal di rumah." Pokoknya, segala macam yang halus-halus, sehingga kalau ada tindakan yang agak menyimpang sedikit, sudah langsung diarahkan. "Eh, anak perempuan nggak boleh begitu." Lain halnya dengan anak lelaki, "Enggak apa-apa, namanya anak-anak, nanti juga akan berubah sendiri." Begitu, kan, yang sering kita dengar.
KARENA MENIRU
Namun begitu, Bapak dan Ibu tak perlu khawatir, karena tak setiap anak usia batita akan menyakiti binatang. Seperti dikatakan Henny, perilaku ini bukanlah kebiasaan universal. Tapi, toh, Bapak-Ibu tetap perlu mewaspadainya, karena perilaku ini muncul lebih disebabkan oleh faktor belajar. "Anak melihat lingkungan atau mencontoh dari orang yang pernah melakukannya," tutur Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta ini.
Pada anak kecil, terangnya, proses peniruan besar sekali. Misalnya, dari pengasuh atau orang tua. "Mungkin pengasuhnya sangat benci pada anjing karena pernah digigit, sehingga setiap kali ketemu anjing, pengasuhnya selalu memukul atau menyambit. Nah, kebetulan si anak melihat, 'Oh, ternyata begitu cara memperlakukan anjing.' Lain kali, kalau ia ketemu anjing atau binatang lain, anak akan melakukan seperti itu," paparnya.
Bisa juga anak melihat dari film atau TV. "Mungkin ada adegan penganiayaan terhadap binatang yang kebetulan dilihat anak. Ini akan terekam dan pada waktunya nanti akan ditampilkan," lanjut Henny. Pada beberapa anak, tambahnya, perilaku ini bisa juga disebabkan ia kurang bisa mengontrol diri. "Ia ingin mencoba mengeksplorasi tapi caranya keliru".
Kemungkinan lain, anak cuma ingin tahu reaksi orang lain. "Anak ingin tahu, apa yang akan terjadi kalau ia melakukan itu, 'Mama marah enggak, ya?' Jadi, anak cuma iseng," terang Henny. Sebagaimana halnya anak membongkar-bongkar benda, "ia cuma ingin tahu." Tapi bisa juga lantaran anak ingin mencari perhatian. "Ada kemungkinan perilaku ini terjadi pada anak yang tak pernah diperhatikan," kata Henny. Jadi, karena tak pernah mendapat perhatian, ia lantas mencari kesibukan sendiri. "Kalau tidak diawasi, kan, semau-maunya dia saja.
Kebetulan mungkin yang ada di sekitarnya adalah binatang tertentu. Akhirnya, disakitilah binatang itu dan ia memperoleh kepuasan karena bisa menjadi pelampiasan." Nah, agar si kecil tak sampai menyakiti binatang, tentunya Bapak-Ibu harus menjauhkan faktor-faktor di atas dari si kecil.
JADI KEBIASAAN
Jikapun si kecil telah melakukannya, maka yang harus dilakukan orang tua adalah melarangnya. Kalau tidak, perilaku ini lama-lama bisa menjadi kebiasaan. "Kebiasaan, kan, selalu dimulai dari perbuatan yang pertama, yang direinforce atau dibiarkan," ujar Henny. Jadi, kalau dibiarkan, ya, akan terus berulang. Tapi kalau dihentikan semisal lewat teguran, "Jangan, ya, Sayang. Kamu enggak boleh menarik-narik ekor kucing, karena itu menyakitkan," maka perilaku tersebut akan hilang. "Perilaku menyakiti binatang tak mungkin akan hilang dengan sendirinya apabila anak tak pernah diajarkan," tandas Henny.
Untuk mengetahui perilaku tersebut sudah menjadi kebiasaan, orang tua dapat melihatnya dari ekspresi anak kala melakukannya. Antara lain, anak menarik-narik ekor kucing sambil tertawa-tawa karena puas. Kalau sudah begitu, ini merupakan warning besar bagi orang tua bahwa anak sudah terbiasa melakukan kekerasan, bahkan sadisme. "Orang yang baru mencoba-coba atau ingin tahu akan berbeda ekspresinya dengan orang yang sudah terbiasa dan merasa puas karena tindakannya."