Lo, Kok, Makanannya Ditumpahin?

By nova.id, Minggu, 1 Agustus 2010 | 17:03 WIB
Lo Kok Makanannya Ditumpahin (nova.id)

Beri tahu anak secara baik-baik. Katakanlah, misalnya, "Ade, enggak boleh menumpahkah air karena lantainya jadi basah." Lalu ajaklah anak untuk membersihkannya, "Yuk, kita ambil lap. Nah, sekarang Ade lap bagian yang ini." "Jadi, anak tak didiamkan saja. Pada saat itu ia harus benar-benar diajarkan."

Tapi jangan berharap setelah itu si anak langsung berubah atau perilakunya yang demikian tak berlanjut lagi. Sebagaimana orang tua mengajari anak untuk menyanyi, makan di meja makan, dan sebagainya secara berulang-ulang, demikian pula dalam mengajari anak untuk tak menumpahkan makanan ataupun melemparkan sesuatu.

Tentunya orang tua harus konsisten dalam memberitahukan tingkah laku mana yang dianggap benar. Artinya, jangan hari ini anak diberi tahu tapi besok malah dibiarkan. Tapi orang tua juga jangan lantas banyak melarang anak. "Kalau banyak dilarang, anak justru tak akan belajar. Dia jadi tak akan tahu bahwa taplak ditarik itu akan membuat benda di atasnya jatuh, misalnya." Yang terbaik, kata Aya, orang tua membiarkan saja namun tetap dengan memonitornya selalu.

Bila si anak marah atau menangis setelah diberi tahu, menurut Aya, biarkan saja. "Orang tua tetap harus konsisten." Toh, menangis dan marah karena dilarang biasa terjadi pada semua anak dan bukan hanya dalam hal menumpahkan makanan saja. "Kemarahan anak itu disebabkan ia merasa keasyikannya terganggu. Kita saja yang orang dewasa juga masih suka marah, kan, kalau sedang asyik melakukan sesuatu lalu diganggu."

BUKAN HAL MEMALUKAN

Bagaimana jika perilaku menumpahkan makanan terjadi saat anak diajak bertamu? Menurut Aya, orang tua tak usah malu. "Bukan berarti orang tua tak bisa mendidik atau mengajari anaknya, tapi perilaku itu memang wajar. Setiap orang juga pasti akan maklum dan tahu bahwa anak usia itu sedang dalam belajar dan gerakannya pun belum benar."

Orang tua juga tak bisa berharap bahwa di usia ini anak bisa dididik menjadi anak manis. Sebab, di usia ini anak memang sedang "nakal-nakal"nya. "Jadi bukan berarti salah didik." Orang tua baru dikatakan salah bila perilaku anak yang demikian didiamkan saja atau malah dipuji.

Jadi, bila hal itu terjadi saat anak diajak bertamu, beri tahu saja baik-baik, "Jangan, Nak, nanti tumpah." Biasanya anak akan mengerti. Atau, katakan, "Aduh, jangan, dong, sayang. Nanti gelasnya pecah. Ayo, minum pelan-pelan. Sini Ibu bantu pegangi gelasnya."

Yang harus diingat, lanjut Aya, perilaku anak yang demikian juga tak bisa dianggap sebagai suatu kesalahan. Karena itu, dalam mengajari si anak hendaknya orang tua tidak menggunakan cara yang ekstrim seperti membentak, memarahi atau malah memukul.

Seiring dengan bertambahnya usia, perilaku tersebut akhirnya berkembang menjadi lebih baik. Biasanya di usia prasekolah. Karena gerakan motorik si anak sudah menjadi semakin halus, sehingga dalam mengambil makanan/minuman tak tumpah-tumpah lagi. Disamping, sesuai perkembangan usia anak pula, ia akan melihat bahwa apa yang dilakukannya itu lama-lama bukanlah suatu yang menarik lagi. Dengan demikian ia pun jadi tak tertarik lagi pada perilaku itu, tapi mulai tertarik pada hal lain. Misalnya, menulis, menggambar atau kegiatan motorik halus lainnya.

Dedeh Kurniasih/nakita