Intip Potensi Si Kecil Lewat Jarinya

By nova.id, Kamis, 29 Juli 2010 | 17:09 WIB
Intip Potensi Si Kecil Lewat Jarinya (nova.id)

Intip Potensi Si Kecil Lewat Jarinya (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Setiap anak merupakan individu unik yang berbeda. Oleh karena itu, anak-anak butuh stimulasi yang tepat dan sesuai dengan potensi bakat, karakter dan gaya belajar mereka, sehingga dapat menyerap, mengolah informasi dan mengembangkan potensinya secara optimal. "Dengan mengenali bakat, karakter dan gaya belajar anak sedari dini, diharapkan orang tua akan lebih mudah memberikan stimulasi dan pengarahan yang tepat dalam mengoptimalkan kecerdasan anak," kata psikolog anak, Efnie Indrianie, S.Psi. saat jumpa pers Program Sidik Jari Cerdas Frisian Flag di Jakarta.

Howard Gardner, psikolog dari Harvard University, meyakini bahwa setiap anak memiliki cara yang berbeda-beda untuk menjadi pandai. Cara tersebut bisa melalui kata-kata, angka, gambar, musik, ekspresi fisik, pengalaman dengan alam, interaksi sosial dan pemahaman diri sendiri. Perbedaan cara inilah yang seringkali tidak disadari orangtua ketika memberikan pola pengasuhan dalam proses tumbuh kembang anak.

Secara umum, faktor tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu genetik, lingkungan/stimulasi, dan nutrisi. Perkembangan anak juga dipengaruhi 3 aspek, yakni kepribadian, kecerdasan, dan bakat. Menurut Dr. Dwi Putro Widodo, Sp.A (K)., spesialis neurologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, aspek bakat bersifat alami dan dipengaruhi genetika (nature). Sementara perkembangan kepribadian dan kecerdasan, selain dipengaruhi serta ditentukan oleh aspek alami atau genetis (nature), juga dipengaruhi aspek bimbingan lingkungan (nurture). Nutrisi dan stimulasi merupakan aspek bimbingan lingkungan (nurture) yang berperan besar dalam perkembangan kepribadian dan kecerdasan anak.

Sejak Janin

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita temui orang tua yang kesulitan berinteraksi dan memberikan pengarahan kepada anak-anaknya. Tak jarang, mereka memaksa anak mengikuti  berbagai kegiatan ekstrakulikuler, dengan harapan dapat mengoptimalkan kecerdasan, sekaligus menyalurkan ambisi orang tua sendiri. Padahal, belum tentu semua kegiatan tersebut sesuai dan tepat. Orang tua perlu mengenali terlebih dulu potensi apa yang dimiliki anak sebelum menentukan kegiatan yang akan diikuti.

Salah satu tool yang dapat membantu orang tua mengetahui potensi anak sejak dini adalah Analisa Sidik Jari (ASJ) atau fingerprints analysis. Dengan ASJ, orang tua dapat memberikan stimulasi yang sesuai untuk tumbuh kembang serta minat anak dengan optimal.

Para ahli di bidang ilmu dermatoglyphics (ilmu yang mempelajari pola sidik jari) dan kalangan neuroanatomi (kedokteran-anatomi tubuh) menemukan fakta bahwa pola sidik jari bersifat genetis dan telah muncul ketika janin dalam kandungan berusia 13 hingga 24 minggu. Pola guratan-guratan kulit pada sidik jari ternyata memiliki keterkaitan dengan sistem hormon pertumbuhan sel pada otak. Karena itu, sangat wajar bila bukti ilmiah menyebutkan adanya korelasi lahiriah antara sidik jari dengan kualitas, bakat, dan gaya belajar seseorang.

Seperti Peta

ASJ merupakan sebuah metode pengukuran dengan pemindaian (scanning) sidik jari anak untuk mengetahui gaya bekerja otak yang paling dominan dalam kaitannya dengan potensi bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar anak. ASJ didasari penelitian dan metode ilmiah yang versifat analisis deskriptif atau perkiraan potensi bakat yang dimiliki seseorang dan pengembangannya di masa mendatang.

Jadi, ASJ bisa dibilang menjadi semacam "peta" yang dibawa anak, bahkan sejak dalam kandungan, yang menggambarkan potensinya. Dengan mengetahui "peta" ini, orang tua dapat membimbing anak untuk menstimulasi potensi yang tepat, sehingga anak bisa belajar sesuai dengan bawaannya. Ingat, jika anak belajar dengan gembira, hasilnya tentu akan lebih optimal.

ASJ juga dapat memberikan arahan bagi orang tua dalam menentukan pola pengasuhan yang tepat, serta mendeteksi sampai sejauh mana daya tahan seorang anak terhadap stres. Hebatnya lagi, ASJ bersifat obyektif tanpa dipengaruhi unsur kondisi fisik (sehat atau sakit) dan unsur psikologis (sedih, senang, stres). Jadi, bersifat apa adanya dan tanpa rekayasa.