"Kok Anakku Belum Jalan Juga?"

By nova.id, Jumat, 23 Juli 2010 | 09:43 WIB
Kok Anakku Belum Jalan Juga (nova.id)

Pola asuh lain yang menghambat perkembangan berjalan anak ialah sikap orang tua yang memperlakukan anak dengan nyaman. Misalnya, anak selalu digendong. "Orang tua tak pernah memberdirikan anak karena khawatir anaknya jatuh. Anak tak dirangsang menggunakan kakinya sehingga membuatnya jadi keenakan dan malas berjalan." Selain itu, bila anak tak dirangsang secara fisik maka fisiknya pun akan lambat berkembangnya.

Dengan kata lain, lingkungan pun harus mendukungnya. Jangan sampai anak dipaksakan secara ekstrim untuk berjalan atau malah tak dirangsang sama sekali. "Jadi, dari segi psikologis, anak terlambat berjalan kadang karena kesalahan orang tua juga," tandas Lidia.

Yang terbaik ialah orang tua yang bersikap well educated, yaitu melihat sebatas kemampuan anak. "Bila anak secara fisik belum terlalu siap dan ia pun tak menunjukkan keinginan untuk berjalan, maka orang tua tak memaksakannya." Namun tetap anak dirangsang untuk mau berjalan. Nanti kalau sudah terlihat ada keinginan anak untuk berjalan dan ototnya sudah kuat, barulah orang tua mulai melatihnya.

DIBERI PERANGSANG

Sebenarnya, jelas Lidia lebih lanjut, kemampuan berjalan tak perlu dilatih karena akan muncul dengan sendirinya. Yang perlu dilakukan orang tua ialah memberikan perangsangan atau stimulus. Misalnya, dengan makanan bergizi yang bisa menguatkan tulang dan otot kaki. Antara lain makanan yang banyak mengandung kalsium dan zat besi, zat-zat yang diperkirakan dapat mendukung anak untuk cepat berjalan.

Kemudian, sejak kecil anak dirangsang menggerakkan badannya. Misalnya, ketika anak merangkak diberikan mainan agak jauh dari jangkauannya dan biarkan ia mengambilnya sendiri, sehingga seluruh ototnya jadi bagus. Pada tahap selanjutnya, ketika anak tampak ingin menjejak dan berjalan, orang tua membantunya. Tapi kalau si anak terlihat sudah mulai lelah, orang tua tak memaksa.

Bisa juga orang tua menjadikan teman atau saudara si anak sebagai perangsang untuk anak berjalan. Misalnya, anak diajak main dengan teman/saudaranya dan mereka berdua berdiri. "Melihat teman sebayanya akan membuat anak berusaha mencoba-coba untuk berjalan." Selain itu ruang yang luas juga memberi nilai tambah untuk anak bisa berjalan, karena anak akan bebas bergerak ke sana kemari.

Yang penting, pesan Lidia, orang tua jangan terlalu berlebihan dalam melatih anak berjalan. "Toh, pada waktunya anak akan berjalan dengan sendirinya. Biarlah anak tumbuh sebagaimana mestinya." Lain halnya bila anak sudah bisa berjalan tapi ia malas melakukannya, "orang tua harus turun-tangan. Orang tua harus merangsangnya terus, yakni dengan memberikan reward dan punishment." Misalnya, "Kalau kamu sudah pintar jalan, Ibu beri kue ini." Tapi jangan selalu setiap kali mau jalan diberikan sesuatu, "karena nantinya anak mau berjalan hanya kalau diberi hadiah. Tentunya ini pun tak baik. Untuk pertamanya bolehlah. Jadi orang tua perlu tahu kapan dan harus pintar-pintar pegang kendalinya."

Sementara kalau anak tak mau jalan, berilah punishment namun bukan dalam bentuk fisik. Tapi dengan perkataan, misalnya, "Ade mau kue? Kalau mau, coba ini ambil sendiri," sehingga anak tahu kalau dia tak jalan maka tak akan mendapatkan kue itu. "Tapi orang tua harus konsekuen, lo. Jangan karena merasa kasihan lalu memberikannya." Punishment seperti itu lebih ke arah bila anak tak melakukan sesuatu atau tak ada upaya maka ia tak memperoleh apa yang ia mau. Anak harus merasakan bahwa untuk mendapatkan sesuatu perlu usaha.

BABY WALKER BIKIN ANAK MALAS BERJALAN

Menurut Lidia, seringkali orang tua salah kaprah dengan memberikan baby walker agar bisa membantu anak berjalan. "Bukannya tak berguna, tapi akan berguna untuk anak-anak yang sudah punya kesiapan. Kalau belum punya kesiapan, tetap saja anak tak jalan. Malah bisa membahayakan, menabrak sana-sini," terangnya.

Para ahli kesehatan maupun psikologi anak umumnya berpendapat, baby walker tak terlalu bagus. Dengan menggunakan baby walker, anak seolah-olah hanya terpuaskan keinginannya untuk ke sana ke mari tanpa ditunjang oleh kematangan fisik. Penelitian di Amerika malah membuktikan, baby walker bukannya membantu anak bisa cepat berjalan tapi justru membuat anak jadi lambat berjalan. Karena, "anak cenderung merasa enak bisa bergerak ke mana pun tanpa harus susah payah menjejakkan kakinya. Kakinya tak menjejak tapi mengayun dan alatnya saja yang berjalan, sehingga membuatnya jadi malas. Kalau anak berpikir malas maka kakinya pun jadi malas," tutur Lidia.