Kendati disebut perilaku negativisme, namun orang tua hendaknya jangan menganggap bahwa perilaku ini memiliki nilai negatif atau buruk dalam arti yang sebenarnya. "Justru perilaku ini memiliki nilai positif. Anak jadi berani menyatakan pendapatnya, bebas mengemukakan pendapatnya." Asalkan si anak diarahkan, yakni dengan mengoreksinya.
"Tapi kalau anak dibiarkan terus tanpa dikoreksi, malah akan berdampak negatif. Anak jadi tak tahu mana yang benar dan salah." Misalnya, dalam hal pelajaran, anak tak bisa membedakan huruf atau angka. "Bisa jadi nantinya akan menimbulkan gangguan kesulitan belajar."
Yang lebih parah, dampaknya terhadap perkembangan moral anak. "Anak akan menentang aturan-aturan di rumah. Ia jadi tak tahu aturan dan disiplin. Sehingga, begitu ia mulai masuk sekolah, ia akan kaget saat dihadapkan pada aturan."
Selain itu, bila orang tua menciptakan suasana yang tak mengenakkan, misalnya dengan marah-marah, maka anak akan menjadi takut, ragu-ragu, tak berani menyatakan pendapatnya.
PIKIRKAN KEBUTUHAN ANAK
Betty menganjurkan agar orang tua sebaiknya bersikap sabar dan lebih memahami perkembangan emosi dan kemampuan berpikir anak. "Seringkali banyak orang tua sangat berespon terhadap pernyataan anak, karena orang tua mengharapkan anak berperilaku seperti apa yang mereka inginkan. Sehingga orang tua terlalu memaksa dan tak melihat kesiapan anak. Orang tua lebih melihat pada kebutuhannya, yaitu ingin anaknya cepat pintar," tutur Betty menyesalkan sikap orang tua yang demikian.
Karena itulah Betty minta agar orang tua lebih memikirkan apa yang dibutuhkan oleh anak, bukan apa yang dibutuhkan oleh orang tua. "Walaupun ia anak kecil, tapi tetap punya kebutuhan yang harus diketahui oleh orang tua." Sayangnya, yang sering terjadi adalah orang tua tak melihat kebutuhan anak, seperti anak belum siap belajar, ingin diperhatikan, dan sebagainya. "Sementara anak belum bisa mengungkapkan semua kebutuhannya itu."
Jadi, tandas Betty, yang penting dan harus ditekankan orang tua ialah apakah anak memang sudah siap atau belum untuk diberikan pelajaran tertentu. "Kalau belum siap, ya, tak usah diajarkan. Mengapa harus terburu-buru? Toh, menurut teori, kesiapan anak belajar atau sekolah dimulai pada usia 4 tahun ke atas. Karena pada usia tersebut anak sudah bisa membedakan bentuk dengan jelas."
Bersabar, ya, Bu-Pak
Dedeh Kurniasih/nakita