Menyapih Dari Botol

By nova.id, Kamis, 8 Juli 2010 | 17:27 WIB
Menyapih Dari Botol (nova.id)

Yang harus diperhatikan, tak semua anak mudah disapih dari botol. "Anak yang mudah disapih mungkin karena kebutuhan akan ketergantungannya pada botol tak terlalu tinggi. Bisa juga karena si anak tak terpaku pada suatu kebiasaan tertentu, sehingga mudah dengan adanya suatu perubahan," jelas Ninik. Sementara anak yang sulit disapih mungkin karena kebutuhannya lebih banyak dan rasa ketergantungannya tinggi. "Bisa juga anak ini sulit mengalami suatu perubahan, sehingga begitu kebiasaannya diganti dia akan menjadi marah."

Selain itu, menyapih juga harus dilakukan secara bertahap. "Bagaimanapun, yang namanya perubahan dari suatu kebiasaan ke kebiasaan lain perlu dilakukan secara bertahap." Misalnya, sebelum anak diberi minum susu dari botol, cobalah beri pakai gelas atau cangkir. Namun gelas/cangkirnya bukan seperti yang bisa digunakan oleh orang dewasa, melainkan cangkir/gelas yang didisain untuk anak sehingga anak tertarik. Misalnya, ada gambar-gambar yang disukai anak-anak seperti tokoh-tokoh kartun.

Kendati demikian, bila anak masih juga belum mau minum susu dari gelas/cangkir, janganlah dipaksakan. "Tapi tetap dilatih secara bertahap sampai anak bisa menghilangkan kebiasaannya menyusu dari botol," anjur Ninik. Misalnya, dalam sehari anak menyusu botol sebanyak 6 kali. Nah, usahakan dikurangi menyusu dari botolnya menjadi 4 atau 5 kali dan yang sisanya gunakan gelas/cangkir. "Satu atau dua minggu kemudian baru dikurangi lagi," lanjutnya.

Bila orang tua ingin menyiasatinya dengan menggunakan gelas bermoncong, menurut Ninik, boleh-boleh saja. "Tapi itu bukan berarti suatu tahapan pakai gelas bermoncong dulu lalu nanti ke gelas biasa." Karena itu, anjurnya, anak sebaiknya disapih langsung pakai gelas atau cangkir biasa, agar nanti tak mengubah kebiasaannya lagi (dari gelas bermoncong ke gelas biasa).

Lain halnya bila orang tua menyiasati dengan mengganti isi botol. Jadi, bukan diisi susu tapi, misalnya, air jeruk, air putih atau air teh. "Sehingga rasa yang didapat anak berbeda dari susu. Lama-lama akan membuat anak merasa tak nyaman dan kebutuhan untuk mengisapnya pun jadi berkurang," kata Ninik.

BUANG BOTOLNYA

Ninik juga menganjurkan agar orang tua tak perlu mengganti botol maupun dot yang sudah jelek dengan membelikan yang baru. "Biarkan saja sampai botol atau dot susunya jadi makin jelek atau rusak. Tentu dotnya akan terasa enggak enak, sehingga dengan sendirinya anak tak mau pakai botol susu itu."

Begitu pula bila anak punya kebiasaan minum dari botol dengan menggunakan dot dalam bentuk/model tertentu, tak usah diganti. Atau bila diganti dengan bentuk/model lain dan si anak tak mau, ya, diamkan saja. "Itu malah lebih menguntungkan," ujar Ninik. Maksudnya, akan mempermudah dalam menyapih anak. Lagipula, lanjutnya, orang tua sebetulnya tak usah selalu menuruti kemauan anak. "Kalau anak dituruti terus kemauannya, maka orang tua tak akan tahu sampai kapan kebiasaan minum dari botol itu akan berlangsung."

Ninik malah menganjurkan agar botolnya dibuang saja, sehingga bagi anak tak ada pilihan sama sekali. Namun sebelumnya si anak diberi pengertian lebih dulu, misalnya, "Tuh, lihat, teman-teman Adik enggak ada yang minum dari botol lagi. Masak, sih, Adik enggak malu sama teman-teman." Atau, sebelum membuang botolnya, katakan, "Lihat, nih, botolnya sudah jelek, dotnya juga sudah lubang-lubang. Jadi, karena sudah enggak bagus lagi maka itu harus dibuang."

Pada awalnya anak mungkin akan menangis atau marah, biarkan saja. Toh, nanti tangisan atau amarahnya akan hilang sendiri. Karena anak usia batita sebenarnya sudah banyak aktivitas, sehingga ia tak akan terpaku lagi pada botolnya. "Lagipula anak usia ini juga sudah bisa diajak untuk mengerti," kata Ninik. Justru kalau botolnya tak dibuang dan masih ada kelihatan oleh anak, maka ia akan tetap terus minum susu dari botol.

Bisa juga orang tua menguatkan anak agar tak minum susu dari botol lagi dengan mengatakan, "Adik, kan, sudah besar, bukan bayi lagi. Ibu, Ayah, Kakak di rumah enggak ada yang minum pakai botol." "Biasanya anak batita dikatakan seperti itu akan merasa senang. Ada suatu kebanggaan tersendiri bahwa dirinya dianggap sudah besar," terang Ninik. Bisa juga dengan memberi contoh temannya, tapi bukan membandingkan dengan temannya, ya. Misalnya, "Temanmu, Nani sudah nggak minum dari botol lagi. Adik juga sebaiknya begitu." Biasanya dengan diberi contoh dari lingkungan temannya akan lebih mudah.

PUJIAN