Kapan Anak Mulai Menulis?

By nova.id, Sabtu, 12 Juni 2010 | 17:48 WIB
Kapan Anak Mulai Menulis (nova.id)

Anak usia balita tak harus bisa menulis. Tapi boleh-boleh saja diajari asalkan ia memang sudah siap.

Sebagaimana keterampilan membaca, kebanyakan orang tua juga ingin agar anaknya segera bisa menulis. "Supaya kalau 'sekolah' nanti sudah bisa membaca dan menulis. Jadi, kan, enggak ketinggalan pelajaran," begitu alasannya.

Memang, kemampuan membaca dan menulis sangat penting. Tanpa kedua kemampuan tersebut, bisa dipastikan si anak akan sulit mengikuti "pelajaran" di "sekolah". Terlebih setelah ia duduk di Sekolah Dasar.

Lebih dari itu, kemampuan menulis menjadi sangat penting, seperti dituturkan Dra. Psi. Evi Sukmaningrum, lantaran kepercayaan diri si anak akan bertambah. "Ia merasa sudah mampu atau bisa menguasai hal-hal baru." Kemampuan menulis juga akan menambah penguasaan anak terhadap konsep bahasa, huruf, tulisan, dan sebagainya.

Yang tak kalah penting, menulis juga merupakan salah satu bentuk ekspresi dari komunikasi. "Kalau secara lisan anak susah mengkomunikasikan emosi atau kebutuhannya, maka ia akan menyampaikannya lewat tulisan. Misalnya, tekanannya saat menulis akan lebih keras ketika anak sedang marah," lanjut staf pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya ini.

SIAP DAN MATANG

Namun sebelum orang tua mengajar anak menulis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, kemampuan menulis dipengaruhi oleh faktor fisiologis, yakni kematangan dan kesiapan fungsi motoriknya. "Anak baru bisa diajar menulis bila kemampuan prehensinya sudah meningkat. Maksudnya, kemampuan untuk memegang benda di antara ibu jari dan jari-jari tangan lainnya," terang Evi.

Biasanya di usia 3 tahun si anak sudah bisa menirukan cara orang dewasa memegang benda seperti pensil, meskipun belum sempurna. Baru ketika berusia 4 tahun, ia sudah mulai bisa memegang dengan sempurna seperti orang dewasa sehingga ia bisa melakukan aktivitas seperti menggambar atau menulis dengan lebih baik.

Tentu saja, kesiapan dan kematangan anak untuk menulis berbeda-beda antara satu anak dengan lainnya. Ini bisa dilihat dari, misalnya, apakah anak sudah bisa memegang pensil dengan mantap dan sudah bisa menggoreskannya dengan baik. Kalau kita lihat anak sudah benar dan terarah dalam memegang pensil, mungkin ia sudah bisa mulai diajarkan menulis dengan betul. "Tapi bukan menulis dalam arti menulis kata, melainkan mengenal huruf seperti A, B, C, dan sebagainya."

Faktor kedua yang mempengaruhi kemampuan menulis ialah seberapa jauh pemahaman atau penguasaan anak terhadap konsep bahasa atau simbol-simbol. "Jika ia cuma mengetahui simbol-simbol dalam arti cuma menguasai konsep, misalnya mengenal huruf A, tanpa pernah mendapat latihan untuk menulis, maka perkembangan kemampuan menulisnya pun bisa lambat."

Harus juga dilihat seberapa jauh penguasaan anak terhadap simbol bahasa. Misalnya, mengenal huruf. Atau, apakah ia sudah bisa membadakan mana huruf B dan mana huruf P,misalnya. Kalau ia sudah bisa membedakan, berarti ia sudah siap untuk dilatih menulis.

Bagaimana jika ia belum siap? "Jangan dipaksa!" tanda Evi. Kalau dipaksa, tuturnya, anak akan bingung. "Nah, kebanyakan kasus hambatan menulis awalnya juga dari pemaksaan orang tua yang terlalu dini memberikan materi yang sulit sementara anak belum siap untuk menerima," tutur Evi.