Kalau Buah Hati Kelebihan Berat Badan

By nova.id, Kamis, 27 Mei 2010 | 17:10 WIB
Kalau Buah Hati Kelebihan Berat Badan (nova.id)

Kalau Buah Hati Kelebihan Berat Badan (nova.id)

"Rohedi/nakita "

Mengapa bayi bisa kelebihan berat badan alias overweight? Padahal, berat badan bayi sebetulnya mudah dikontrol. Caranya, dengan menghitung apa yang dikonsumsi (intake) dikurangi dengan apa yang dikeluarkan (output) sama dengan berat badan. "Jadi, seorang bayi menjadi overweight karena intake-nya lebih. Kalau masukannya lebih, tentu harus disimpan dalam bentuk kenaikan berat badan," ujar Dr. H.M.V. Ghazali, MBA.MM dari Kid's World.

Kecuali itu, berat badan waktu lahir juga berpengaruh pada berat badan bayi selanjutnya. Dalam hal ini faktor genetik memang sangat besar pengaruhnya. Belum lagi ditambah faktor gizi ibu selama hamil. Artinya, bayi yang lahir gemuk berarti sudah besar sejak di dalam kandungan. "Mungkin gizi ibu selama hamil bagus, sehingga bayi lahirnya gemuk." Tetapi bisa juga lantaran sebab lain, misalnya ibu pengidap diabetes.

YANG PENTING IDEAL

Yang perlu diketahui, overweight memiliki dampak kurang baik bagi bayi. Misalnya saja, perkembangan motorik akan tertinggal. "Biasanya pada usia 3-4 bulan bayi sudah bisa tengkurap sendiri. Kalau bobotnya kelebihan, mungkin baru bisa dilakukannya di usia 5-6 bulan," jelas Ghazali.

Kecuali itu, overweight juga bisa berdampak pada fungsi suatu organ tubuh. "Gemuk itu, kan, berarti penumpukan lemak. Nah, tergantung penumpukan itu terjadi di mana. Organ-organ tubuh yang terganggu dengan gumpalan lemak itu, fungsinya pun akan terganggu." Adanya gangguan suatu organ tentu bukan masalah sepele. Jadi, menurut Ghazali, yang penting adalah berat badan yang ideal, bukan yang berlebih.

Seperti apa yang disebut ideal?. Menurut Ghazali, "Yang dikatakan ideal adalah berat badan seimbang dengan tinggi badan, berat badan seimbang dengan usia, dan tinggi badan sesuai dengan usia anak. Ini yang disebut dengan seimbang."

Yang kerap terjadi, orang tua sering keliru menilai berat badan anak. "Mereka sibuk membanding-bandingkan berat anaknya dengan anak lain yang seusia. Melihat anak lain lebih gemuk atau menggemaskan, si ibu merasa anaknya kurang sehat atau kurang gizi." Padahal, itu tidak benar. "Si ibu tak melihat, misalnya, ukuran panjang anaknya lebih kecil daripada anak temannya."

Kalaupun ingin dibandingkan, tambah Ghazali, "Jangan dengan yang ukurannya berbeda. Makin pendek seorang bayi, berat badan idealnya akan lebih kecil daripada bayi yang lebih panjang. Jadi, untuk melihat berat badan yang normal dan yang ideal harus dilihat juga panjang dan usia anak."

Panjang seorang bayi biasanya merupakan faktor keturunan. Kalau orangtua menurunkan gen panjang tertentu, dipaksa seperti apa pun, tak akan bisa. "Itu, kan, sesuatu yang dibawa sejak dalam kandungan. Misalnya, orang Indonesia, diberi makanan dengan gizi apa pun, tak bakal bisa mengalahkan tinggi badan orang Afrika, meski gizi mereka kurang baik."

Beda halnya dengan berat badan yang bisa "dibantu" dari luar. Sebab, berat berat badan sangat dipengaruhi intake yang masuk. "Masukannya berapa, keluarnya berapa, sisanya jadi berat badan."

Yang juga sering terjadi, kalau anaknya lebih kurus dari anak lain, tanpa membandingkan panjang badannya karena usianya sama, orang tua langsung berusaha menggemukkan anaknya dengan memaksa anak untuk makan lebih banyak. Atau memberinya vitamin supaya si kecil bisa gemuk. "Padahal, berat badan anak sudah ideal dan tak perlu ditambah macam-macam."

SAMAKAN PERSEPSI

Tak sedikit pula, lanjut Ghazali, orang tua merasa, anaknya susah makan. Padahal di sisi lain, berat si anak sudah berlebih.

Nah, jika anak sudah kelebihan berat badan atau overweight, ibu pun bingung lagi. Serba susah, kan?

Karena itulah, saran Ghazali, lebih baik berikan makanan yang seimbang. Sumber-sumber yang membuat gemuk berasal dari karbohidrat dan lemak. Sedangkan untuk gizi yang seimbang tidak hanya lemak dan karbohidrat, tetapi juga harus ada protein, serat yang cukup, air, dan vitamin. "Seimbang berarti perbandingan antara lemak, karbohidrat, dan lainnya sesuai," ujar Ghazali.

Jika bayi overweight, berarti ia kelebihan lemak dan karbohidrat. Dengan demikian yang harus dikurangi adalah konsumsi lemak dan karbohidrat. Memang tidak gampang karena banyak orang tua merasa takut kalau-kalau nanti anaknya jadi bodoh. "Padahal, kepandaian ditentukan oleh protein. Jadi, dengan mengurangi karbohidrat dan lemak, asal proteinnya cukup, anak akan tetap pandai." Tapi hati-hati! Untuk melakukan diet ini, orang tua jangan sembarangan mengurangi porsi makanan. Konsultasikan dengan dokter.

Ghazali melanjutkan, yang susah adalah menyamakan persepsi. "Orang tua harus tahu terlebih dulu apa yang disebut berat badan yang normal, apa yang disebut dengan berat badan yang ideal, dan bagaimana menentukan berat badan ideal bayi." Kalau ibu tahu hal ini, maka ia tidak akan terpengaruh hal-hal lain. Ia tak akan membandingkan dengan anak temannya yang lebih gemuk, karena ia sudah punya standar menilai berat badan ideal.

Yang juga tak kalah penting adalah masalah visi orang tua. "Jika visinya bayi lucu itu montok, gemuk, dan menggemaskan, maka ini yang harus diubah."

Kendati demikian, jika sudah terlanjur overweight, orang tua tak perlu terlalu takut. "Hadapilah dengan cara proporsional. Masalahnya sederhana, kok. Kita permainkan saja intake-nya. Toh, berat badan bayi akan bertambah sesuai usia. Jadi, akan mudah sekali kembali ke berat badan normal. "Tak usah buru-buru cemas dan menduga-duga, anaknya kena penyakit tertentu."

Toh, pengertian sehat tidak hanya melulu masalah berat badan, tinggi badan, dan usia. Melainkan juga mencakup kesehatan jasmani dan kesehatan rohani atau pertumbuhan mental. Sudah paham, Ibu, Bapak?

Berat Ideal Bayi

Berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat Kesehatan Gizi Depkes RI untuk anak usia 0-5 tahun tanpa dibedakan jenis kelaminnya, pada usia tertentu harus memiliki tinggi badan ideal dengan plus minus 2 standar deviasi. "Manusia tidak seperti barang produksi pabrik. Manusia memiliki variasi yang luas. Karena itulah, diberi toleransi +2 standar deviasi dan -2 standar deviasi dari harga rata-rata."

Dari tabel dapat dilihat, misalnya untuk bayi usia 8 bulan, tinggi standarnya adalah 69 cm. Variasinya, ia boleh lebih 2 cm atau kurang 2 cm. Setelah diperoleh angka tinggi standar, kita akan lihat berapa berat badan standar normalnya, yakni 8,4 kg. "Ini adalah berat badan standar ideal. Bisa saja, anak dengan tinggi badan 69 cm memiliki berat badan kurang atau lebih dari 8,4 kg."

Contoh lainnya, anak usia 5 bulan memiliki panjang ideal 64 cm. Tetapi mungkin ada yang tinggi badannya cuma 60 cm. "Ini masih variasi normal. Dan dengan panjang 60 cm, nilai standar berat badannya berubah menjadi 5,7 kilo. Anak yang seumur mungkin variasi panjang badannya berada di 67 cm. Dan untuk panjang 67 cm, berat badan normalnya 7,8 kilo," ujar Ghazali.

Hasto Prianggoro/nakita

Tak ada masalah dari kedua anak tersebut. "Mereka normal. Cuma orang tuanya saja yang berpikiran, seumur tapi kok berat anak saya cuma 5,7 kg. Wah, berarti anak saya kurang gizi." Si ibu lupa, meski usianya sama, panjangnya berbeda. "Padahal, perbedaan panjang itu masih dalam batas normal."

Hasto