"Rohedi/nakita "
Munir Thalib, sang aktivis anti kekerasan telah membuktikannya. "Kalau di rumah, saya sering menghabiskan waktu dengan Alif di depan teve. Ternyata dia senang sekali nonton musik orkestra. Dia selalu tertawa-tawa dan melonjak-lonjak kegirangan. Lucu juga, ya, masih kecil, kok, sudah senang musik klasik," tuturnya tentang sang putra yang 12 Oktober nanti genap berusia setahun. Sejak itulah Munir jadi ikut-ikutan si kecil menggemari musik klasik.
"Secara eksperimental atau pengalaman, musik memang punya soothing effect atau efek menenangkan pada bayi," ujar Dr. H. Adi Tagor, Sp.A, DPH. Itulah mengapa para ibu suka menyenandungkan lagu (chanting atau lullaby) kala menimang bayinya. Bahkan, pada masyarakat yang masih terisolir seperti suku Kubu di Sumatera, chanting bukan hanya dalam bentuk lagu atau musik, tapi juga berupa doa. "Ternyata itu bisa menenangkan bayi yang sedang sakit atau gelisah," lanjut Staf Medik Pediatri RS Pondok Indah, Jakarta ini.
HARMONI YANG MENGENAKKAN
Musik, terang Adi Tagor, terdiri dari tune (nada), timber (warna suara) dan desibel (kekuatan suara). Kombinasi ketiganya disebut tangga nada yang kalau dirangkai akan menjadi suatu harmoni atau keserasian. "Harmoni inilah yang menjadikan musik itu enak. Kenapa enak, nggak ada yang tahu. Itu diluar jangkauan budaya atau transkultural," katanya.
Yang pasti, dalam otak manusia terdapat receptor yang bisa mengenali harmoni. Bahkan sejak masih bayi. Hanya saja otak bayi masih mengalami pertumbuhan dan baru sempurna saat ia berusia 6 tahun. Nah, musik merupakan salah satu stimulasi untuk mempercepat, memperlancar dan mempersubur perkembangan otak bayi.
Saat di kandungan, terang Adi Tagor lebih lanjut, yang pertama kali berfungsi pada bayi ialah kecenderungan audile (pendengaran). "Gelombang suara bisa menembus dinding uterus dan cairan ketuban, sehingga otak bayi merespon ketika ada suara." Itulah mengapa para ahli menganjurkan agar ibu hamil sering mengajak janinnya berbicara dan juga memperdengarkan musik.
Setelah lahir, pendengarannya menjadi lebih tajam. Segala macam suara termasuk musik menjadi lebih jelas terdengar. Makanya ketika si bayi mendengar senandung ibunya ataupun musik/nyanyian di teve, ia bisa "menikmati"nya. "Memang ia belum mengerti tapi ia tahu ada harmoni yang membawa efek mengenakkan."
Karena itu, anjurnya, orang tua tak usah takut bereksperimen untuk melihat efek musik pada si bayi. Jadi, perdengarkanlah berbagai musik kepada si bayi. "Kalau ia tampak tenang ketika diperdengarkan musik klasik, maka kasihlah musik klasik. Jika ia tampak menikmati musik gamelan, ya, kasihlah musik gamelan. Yang penting ia merasa nyaman."
CERDAS DAN KREATIF
Selain menenangkan bayi, musik juga merangsang perkembangan otak ke arah terbentuknya kreativitas intelektual dan harmoni. Jadi, bukan semata-mata hanya membuat cerdas dalam arti inteligensi. "Cerdas saja nggak cukup. Anak juga harus kreatif sehingga bisa mengaplikasikan kecerdasannya pada pemecahan masalah. Ini yang disebut kreativitas intelektual," tutur Adi Tagor.
Tapi, kreativitas intelektual saja masih belum cukup. Karena anak yang intelektualitasnya kreatif namun tak harmoni, akan menjadikannya eksklusif (terpisah dari yang lain). "Jadi, ketiga unsur tersebut harus ada. Nah, musik mempunyai kontribusi terhadap tumbuhnya individu-individu yang memiliki intelektualitas, kreatif, dan harmoni," ujar Adi Tagor.
Pada musik, tuturnya, banyak sekali terdapat harmoni atau improvisasi yang dasarnya adalah kreativitas. "Secara non logic, hal ini akan merangsang kreativitas si bayi kelak." Untuk itu, sejak bayi harus sudah diperkenalkan bahwa harmoni itu bagus, indah, dan lebih enak daripada disharmoni. "Harmoni tak akan bisa diciptakan kalau tak dikenalkan sejak dini."
MUSIK SEDERHANA
Untuk tahap pengenalan, saran Adi Tagor, perkenalkan si bayi dengan nada-nada biasa yang harmoninya ringan. "Karena kemampuan penangkapan audile bayi masih sederhana." Misalnya, musik atau lagu sederhana yang tak memakai banyak instrumen atau komposisinya rumit. Selain itu, "Volume dan desibel musik sebaiknya jangan terlalu tinggi. Karena kemampuan diferensiasi si bayi juga masih terbatas, seperti membedakan setengah atau seperempat nada."
Contoh musik-musik sederhana semisal lagu-lagu lokal yang sifatnya membuat enak bayi. Antara lain, lullaby atau lagu-lagu keagamaan.
Yang harus diingat, pesan Adi Tagor, musik sudah mencerminkan sendiri peran apa yang ingin disampaikan, "Apakah pesan menenangkan atau menggelisahkan." Jadi, jangan putarkan lagu atau musik yang justru membuat si bayi gelisah semisal musik berirama keras.
Nah, sudah tahu, kan, sekarang apa pengaruh musik pada bayi?Hasto Prianggoro/nakita