"Bayi Saya, Kok, Belum Bisa Duduk" (1)

By nova.id, Rabu, 21 April 2010 | 02:24 WIB
Bayi Saya Kok Belum Bisa Duduk 1 (nova.id)

Kita mungkin cemas melihat bayi tetangga sudah bisa duduk atau berdiri, sementara si kecil belum mampu. Apakah perkembangan anak berkaitan dengan kecerdasan ?

"Kata para ahli, bayi akan "bilang" jika ia sudah/belum siap untuk melakukan sesuatu keterampilan. Misalnya ia belum siap duduk, maka ia akan terkulai atau miring ke samping kala didudukkan. Tapi jika ia sudah mampu menegakkan kepalanya (biasanya di usia 3-4 bulan) dan tak "runtuh" kala didudukkan, berarti ia sudah siap untuk posisi itu. Ia pun akan memberi tanda bila sudah lelah duduk, entah dengan merengek atau merosot.

Itu sebabnya perkembangan keterampilan motorik kasar pada bayi memiliki tahapan yang tak bisa diganggu gugat. Artinya,setiap tahapan harus dilalui dan dikuasai dulu sebelum si bayi berpindah ke tahapan berikutnya. Misalnya, untuk mampu duduk, kepalanya harus tegak dulu. Sebelum bisa berjalan, ia harus bisa bangun untuk berdiri dan merambat dulu. Tak pernah terjadi seorang bayi langsung bisa berjalan tanpa berdiri dan merambat lebih dulu.

Kendati demikian, tak berarti semua bayi akan menguasai suatu keterampilan di usia yang sama. Misalnya bayi A bisa duduk sendiri di usia 8 bulan, maka bayi B mungkin baru bisa melakukannya di usia 10 bulan. Karena,"Perkembangan anak bersifat individual," ujar psikolog Hera L. Mikarsa, Ph.D. dari Fakultas Psikologi UI.

BANYAK FAKTOR

Tapi jangan berpikir, perbedaan tadi disebabkan bayi yang satu lebih pandai dari yang lain. Perkembangan keterampilan, tegas Hera, tak ada pengaruhnya langsung dengan kecerdasan. Lain hal jika si bayi mengalami keterbelakangan mental. "Tapi itu pun kalau keterbelakangannya agak berat. Jika masih ringan, belum tentu perkembangan motorik kasarnya terlambat. Mungkin perkembangan bahasanya yang kelihatan telat," tutur Hera.

Setiap perkembangan, lanjut Ketua Program Profesi Fakultas Psikologi UI ini, merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan dan lingkungan. "Jadi, mungkin saja ia memang lebih lambat dibanding bayi lain. Apalagi jika lingkungannya tak memungkinkan ia melakukan aktivitas fisik." Misalnya, ia lebih kerap di ayunan atau "diikat" di kereta bayi. Tentu ia hanya punya sedikit kesempatan untuk mempelajari gerakan tubuhnya. "Praktis perkembangannya jadi terhambat."

Selain itu, faktor gizi dan kesehatan juga berpengaruh. Begitu pula faktor kematangan (maturation). Malah ada ahli yang bilang, faktor kematangan inilah yang lebih berpengaruh. Katanya, biar dilatih kayak apa pun, kalau otot-otot motoriknya memang belum matang, ya, tak akan bisa. Sebaliknya, tanpa dilatih pun, pada akhirnya akan bisa sendiri jika kematangannya memang sudah dicapai.

Yang jelas, kata Hera, untuk membantu mengembangkan keterampilan ini, bukan dengan cara melatih si bayi dalam arti di-drill. Tapi, "Berilah ia kesempatan untuk bergerak sehingga bisa berkembang secara wajar."

Jadi, biarkan bayi Anda mengikuti irama kecepatan perkembangannya sendiri. Ia akan menjadi bayi yang lebih gembira dan sehat. Rasa percaya dirinya pun lebih tinggi bila ia menemukan bahwa, "Aku dapat melakukannya sendiri."

Tahapan Perkembangan

1. Menggerakkan Kaki & Tangan Saat Berbaring

Sejak lahir, bayi sudah belajar menggerakkan kaki dan tangannya. Bentangkan tali di atas boksnya setinggi yang mampu ia gapai dengan tangannya atau disepaknya. Gantungi mainan (warna-warni dan berbunyi) di tali tadi. Ia pasti tertarik dan akan terangsang untuk menggerakkan tangan dan kakinya, berusaha menggapai dan menyepak/menendangnya.

2. Mengangkat Kepala Saat Ditelungkupkan

Biasanya terjadi di usia 2-3 bulan. Tapi ada juga bayi yang sudah mampu melakukannya sebelum usia 2 bulan, bahkan sebelum usia sebulan.

Agar si bayi mau mengangkat kepalanya, goyangkan mainan berbunyi di atas kepalanya. Atau panggil namanya dari arah depan. Bisa juga dengan membelai kepala dan lehernya di bagian belakang.

3. Memiringkan Badan Saat Berbaring

Umumnya terjadi di usia 3-4 bulan. Saat bayi berbaring, panggil namanya sambil Anda goyangkan mainan berbunyi atau tunjukkan mainan yang menarik dari arah sampingnya. Ia pun menjadi tertarik dan berusaha memiringkan badannya untuk menggapai mainan itu.

Rangsanglah sesering mungkin. Bergantian ke sisi kiri dan kanan, sehingga akhirnya ia dapat memiringkan badannya ke kiri maupun kanan.

4. Telungkup Sendiri

Setelah ia mampu memiringkan badannya, bantulah agar ia dapat telungkup. Saat ia miring ke kanan, letakkan kaki kirinya ke depan (dan sebaliknya bila ia miring ke kiri). Lalu goyangkan mainan berbunyi atau perlihatkan mainan berwarna menyolok agar ia mau menggapai dengan tangannya di sebelah atas. Dengan usaha menggapai itu, badan akan bergerak sehingga bayi tertelungkup.

Ulangi rangsangan ini sehingga akhirnya ia dapat telungkup sendiri. Umumnya di usia 4-5 bulan ia sudah bisa telungkup sendiri.

Saat ia tengkurap, jangan lupa letakkan mainan yang menarik di muka si bayi untuk melatihnya mengangkat kepala dan badan. Hal ini penting baginya untuk melatih keterampilan berikutnya, yakni belajar duduk.

5. Duduk

Bayi dapat ditarik ke posisi duduk pada usia 4-5 bulan, duduk dengan dibantu pada 5-6 bulan, duduk tanpa dibantu sebentar pada 6-7 bulan, dan duduk tanpa bantuan lebih kurang 10 menit pada usia 8 bulan. Akhirnya di usia 9-10 bulan, ia dapat duduk sendiri.

Dudukkan ia di pangkuan Anda atau di boksnya dengan diberi bantal di sekitarnya. Letakkan di depannya mainan yang menarik sehingga ia merasa perlu untuk mengangkat kepala dan badannya.

Biasanya bayi senang sekali didudukkan karena ia bisa melihat dunia yang lebih luas. Hal ini akan membantunya untuk belajar duduk.Bersambung

Julie Erikania/nakita